Ramalan Lukisan Pagebluk, Jadi Kenyataan Akibat Munculnya Virus Corona

Lie Sah Ju merupakan salah satu pelukis peranakan Tionghoa

Semarang, IDN Times - Setiap lukisan punya daya pikat tersendiri. Tak jarang sebuah karya lukisan juga menyimpan pesan yang dapat dimaknai beragam cerita. Termasuk lukisan milik Lie Sah Ju, seorang pelukis berdarah Thionghoa yang tinggal di Jalan Mulawarman V RT 03/RW I, Banyumanik, Semarang

Lie sudah menekuni seni lukis sejak usia 6 tahun. Lelaki yang kini berumur 77 tahun itu secara konsisten masih rutin menciptakan ragam lukisan yang identik dengan cerita sejarah perjuangan bangsa Indonesia maupun kisah-kisah kehidupan masyarakat sekitar. 

1. Lukisan pagebluk mengandung unsur ramalan bencana kemanusiaan

Ramalan Lukisan Pagebluk, Jadi Kenyataan Akibat Munculnya Virus CoronaIlustrasi Gempa (IDN Times/Sukma Shakti)

Satu dari sekian banyak lukisannya, menurutnya karyanya berjudul pagebluk menyimpan pesan yang aneh. Berbeda dengan lukisan kebanyakan yang digoreskan pada kanvas, untuk lukisan pagebluk, Lie justru membuatnya dalam kertas karton seukuran buku tulis. 

"Lukisan pagebluk saya bikin waktu teringat dengan pesan yang disampaikan oleh seorang kenalan di Kudus," kata Lie yang punya nama Indonesia Trisno Yuwono tersebut, Minggu (22/8/2021). 

Lie bercerita lukisan pagebluk ia buat pada awal dekade tahun 2000 atau sekitar 15 tahun lalu. Ia mengingat kala itu dirinya yang sedang berpergian ke arah Kabupaten Kudus, kebetulan bertemu dengan sosok misterius. 

"Nama orang itu Mbah Aliyah. Ketika bertemu di Kudus, dia bertukar cerita mengenai banyak hal. Dia juga berpesan kepada saya bahwa suatu saat nanti di negeri ini akan ada sebuah bencana yang bikin orang meninggal dimana-mana. Dia bilang, akibat bencana itu, orang-orang mati tanpa sebab di rumah sakit," ujarnya. 

Baca Juga: Bercokol Sejak 1948, Kwaci Cap Gadjah Akhirnya Bangkrut Dihantam Pagebluk

2. Lie bikin empat lukisan pagebluk

Ramalan Lukisan Pagebluk, Jadi Kenyataan Akibat Munculnya Virus CoronaLie Sah Ju sering melukis memakai carkul atau arang lunak. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Mbah Aliyah juga seakan meramalkan jika bencana itu merupakan pertanda bangsa Indonesia berada dalam fase pagebluk. Dimana orang-orang mengalami penyakit misterius. Tidak ada obatnya. Tapi angka kesakitannya sangat parah. 

"Kemudian karena saya tanya tentang Mbah Aliyah ini kepada teman saya. Sosok tersebut memang diberi kharomah sehingga bisa melihat kehidupan di masa depan. Seketika 15 tahun lalu saya bikin empat lukisan yang menggambarkan pagebluk yang dia maksud. Ternyata yang disampaikan Mbah Aliyah benar-benar terjadi. Indonesia sekarang dilanda virus corona. Keadaannya juga sama persis yang disampaikan oleh beliau," terangnya. 

Empat lukisan pagebluk tersebut kini masih tersimpan rapi di rumah Lie yang asri. Lie menyebut lukisan pagebluk jadi pengingatnya kepada Sang Khalik jika dirinya harus berpegang teguh pada pepatah Jawa yang berbunyi eling lan waspodo. 

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

"Saya harus mengingat keadaan pada hari ini untuk dijadikan kewaspadaan pada masa mendatang," terangnya. 

3. Lie berkawan dengan keponakan pelukis Dullah

Ramalan Lukisan Pagebluk, Jadi Kenyataan Akibat Munculnya Virus CoronaLie Sah Ju memandang lukisan bocah gerilyawan yang tak lain merupakan keponakan dari pelukis Dullah. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Lie kini tekun melukis di rumahnya. Sudah ada ratusan lukisan bercorak realis yang ia ciptakan. Ia mahir melukis realis berkat ketekunanya saat berguru dengan maestro pelukis Dullah di Surakarta (Solo). 

Ada satu lukisan realis yang ia anggap paling membekas di hatinya. Lukisan tersebut bergambar seorang anak kecil yang gagah berani melompat dari kereta kuda. Cerita pada lukisan itu, Lie bilang berasal dari fakta sejarah yang dialaminya sendiri. 

Bocah yang ia lukis bernama Suharko. Waktu agresi militer Belanda kedua, Suharko masih berusia 15 tahun. Suharko tak lain merupakan keponakan dari pelukis Dullah. Sosok Suharko sebagai anak kecil yang turut berperang melawan pasukan Belanda sangat menginspirasinya. 

"Suharko pas umur 15 tahun, dia ikut berjuang jadi gerilyawan paling kecil. Lokasi pertempuran waktu itu di Karanganyar. Hebatnya dia berani menabrakan andong miliknya ke tentara Belanda. Kisahnya dia ceritakan semuanya pas ketemu saya di Bali tahun 1970," akunya.

4. Lie mahir melukis kehidupan sosial masyarakat

Ramalan Lukisan Pagebluk, Jadi Kenyataan Akibat Munculnya Virus CoronaIlustrasi alat melukis. pexels.com/Tatiana

Lalu selepas pergolakan kemerdekaan, Suharko akhirnya memilih meneruskan pendidikan militernya dengan bergabung dengan korps kepolisian. Selain itu baik Suharko maupun Lie juga sama-sama menggeluti seni lukis realis seperti yang diajarkan oleh Dullah. 

Jika Lie mahir melukis suasana kehidupan manusia, Suharko justru condong gemar melukis tanaman. 

"Kami berdua sangat akrab. Suharko kemudian jadi anggota Brimob, dia juga pernah jadi Bareskrim Mabes Polri. Kalau bicara soal lukisan, kita beda minset. Kalau saya spesialis sejarah dan sosial manusia, sedangkan dia lebih suka melukis kembang. Atas keakraban saya dengan dia, makanya saya abadikan kisah perjuangannya ke dalam sebuah lukisan. Saya melukisnya pakai carkul atau arang lunak. Lukisannya saya buat awal tahun ini dan baru selesai tanggal 6 Juni kemarin. Suharko meninggal di usia 80 tahun lebih," urainya. 

Baca Juga: Mantan Pejuang Dwikora Jadi Murid Kesayangan Maestro Pelukis Dullah

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya