Raup Untung Dari Buang Sial, Kisah Penjual Emprit Peking di Semarang
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Matahari sudah bergerak keatas ubun-ubun ketika Wasito tampak bergegas memindahkan tumpukan wadah berisi kawanan burung di pelataran Klenteng Tay Kak Sie Semarang.
Tepat dibawah patung Laksamana Cheng Ho, beberapa kali ia menyeka peluhnya sambil kedua tangannya cekatan menata wadah tersebut. Meski cuaca terik, pria 44 tahun tersebut setia menanti pembeli yang mampir membeli dagangannya.
"Pandemik begini gak bisa dijagain. Seharian ini sudah laku 220 ekor. Ya lumayan dapatnya Rp150 ribu. Biasanya ramainya pas momen perayaan ibadah di klenteng atau akhir pekan," katanya ketika ditemui IDN Times, di depan Klenteng Tay Kak Sie, Senin (7/6/2021).
1. Burung emprit peking dipercaya bisa buang sial
Di depan Klenteng Tay Kak Sie, Wasito saban hari telaten menjual burung emprit peking. Burung yang ia jual itu dipercaya oleh masyarakat Tionghoa bisa menjadi sarana untuk membuang sial.
Wasito biasanya menangguk untung berlipat-lipat ketika Klenteng Tay Kak Sie menggelar acara sembahyangan berskala besar. Umat Tri Dharma yang mampir ke klenteng tersohor di Semarang itu kerap membeli burung emprit peking setelah memanjatkan doa di depan altar dewa-dewi.
Baca Juga: 9 Burung Habitat Asli Jateng yang Rawan Punah, Ayo Lindungi!
2. Warga Thionghoa percaya emprit peking jadi sarana buang sial sekaligus melapangkan rezeki
Salah satu yang rutin membeli burung emprit peking adalah Cik Ling. Perempuan peranakan Tionghoa ini percaya bahwa burung emprit peking mampu membuang segala kesialan yang menghinggapi hidupnya selama ini.
Dalam keluarganya secara turun temurun, Cik Ling selalu menggelar sembahyangan khusus untuk membuang sial di dalam klenteng. "Ini saya belinya enam ekor, jumlahnya sesuai dengan angka yang sudah dihitung di keluarga saya," kata wanita berusia 60 tahun tersebut sembari menerbangkan enam ekor burung emprit peking.
Cik Ling turut menghaturkan sejumlah harapan ketika menerbangkan burung emprit peking. Selain kepengin dilancarkan rezekinya, Cik Ling juga memohon kepada Tuhan agar diberi panjang umur dan diberi kesehatan.
3. Tidak sembarang orang bisa beli burung emprit peking
Editor’s picks
Menurut Wasito, ritual menerbangkan burung emprit peking merupakan hal yang lumrah dilakukan oleh umat Tri Dharma yang sembahyang di Klenteng Tay Kak Sie. Namun, katanya membeli burung emprit peking tak bisa dilakukan sembarang orang.
Wasito berujar burung emprit peking yang dibeli umat Tri Dharma biasanya dihitung dari patokan angka khusus. "Kebanyakan jumlah burung yang dibeli dihitung sesuai dengan umurnya. Patokan angkanya bisa sesuai perhitungan dari keluarganya. Sejak bertahun-tahun umat Tri Dharma percaya kalau burung emprit peking bisa buang sial. Pembelinya ada yang muda dan tua," terangnya.
Wasito merupakan generasi kedua penjual burung emprit peking. Sudah tiga tahun ia berjualan burung emprit peking setelah ayahnya meninggal pada medio 2017 silam.
Saban hari ia rutin berangkat pagi-pagi naik motor dari rumahnya di Kecamatan Ngampel, Kabupaten Kendal menuju Klenteng Tay Kak Sie. Ia baru pulang ketika menjelang Maghrib.
Wasito mendapat pasokan burung emprit peking atau dikenal dengan nama pipit peking dari Kabupaten Pati. Tiga hari sekali ia mendapat kiriman 500-700 ekor.
4. Wasito jualan emprit peking sebagai rasa baktinya kepada orang tua
Bagi dirinya, berjualan burung emprit peking tak hanya mencari nafkah. Tetapi juga menunaikan janjinya sekaligus rasa baktinya kepada sang ayahnya yang lebih dulu meniti usaha tersebut.
"Saya kan dulunya kerja di pabrik kayu lapis. Tapi habis bapak saya meninggal, saya mikirnya eman-eman kalau jualan burungnya gak ada yang nerusin. Ya sudah sampai sekarang saya gantikan bapak saya jualan burung di Tay Kak Sie," tuturnya.
5. Klenteng Tay Kak Sie batasi sembahyangan saat masa pandemik
Sedangkan informasi yang dihimpun dari Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN), ritual menerbangkan burung emprit peking jadi sebuah pelengkap ibadah yang dilakukan orang Thionghoa sejak ribuan tahun silam.
Ritual menerbangkan burung emprit peking sering dilakukan bersamaan dengan ibadah tolak bala yang digelar di klenteng-klenteng setelah perayaan Imlek.
"Untuk ibadah selama pandemik, di Tay Kak Sie kita batasi dulu umat yang beribadah. Yang penting harus mematuhi prokes, cuci tangan, pakai masker dan menghindari kerumunan," ungkap Andre Wahyudi, Pengurus Klenteng Tay Kak Sie.
Baca Juga: Perayaan Imlek 2572, Ritual Sembahyang di Klenteng Tay Kak Sie Dibatasi