Pendamping Griya Welas Asih, Rosalia Amaya sedang memberikan penjelasan tentang para korban hamil di luar nikah di Jalan Seteran Tengah No 52 Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)
Selama tinggal di Griya Welas Asih, para calon ibu itu juga mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan skill seperti memasak, menyulam, menjahit dan lainnya. Tujuannya, agar setelah melahirkan dan keluar dari rumah singgah tersebut mereka benar-benar menjadi seorang ibu tunggal yang berdaya dan berdikari.
Rosa yang didampingi penasehat Griya Welas Asih, Jacky Chionander pada kesempatan tersebut juga menyampaikan, setelah ibu melahirkan pihaknya tidak menangani adopsi terhadap bayi tersebut.
‘’Anak-anak yang lahir dari ibu yang singgah di sini tidak bisa diadopsi oleh orang lain. Sebab, sudah ada perdamaian dengan keluarga. Anaknya menjadi anak keluarga, bisa menjadi anak orang tuanya atau mereka kasih ke panti asuhan karena nggak bisa merawat. Itupun juga atas persetujuan keluarga dan kami yang carikan panti asuhan,’’ ujar ibu rumah tangga itu.
Namun, lanjut dia, untuk proses adopsi atas persetujuan keluarga atau diserahkan ke panti asuhan itu jarang terjadi. Sebab, jiwa sang ibu sudah berubah. Meski ketika masuk ada penolakan terhadap janin di rahimnya, tapi saat anak lahir naluri keibuan keluar dan mereka semakin jatuh cinta dengan si bayi.