Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
guru agama Konghucu SMPN 1 Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Kepri bernama Afat. (IDN Times/Fariz Fardianto)
guru agama Konghucu SMPN 1 Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Kepri bernama Afat. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Semarang, IDN Times - Tahapan seleksi pendidikan Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS) di Akpol Semarang diwarnai kisah-kisah unik. Berbagai kalangan masyarakat pun mencoba peruntungan menjadi anggota kepolisian melalui jalur SIPSS. 

Tak kurang 100 orang dinyatakan lolos seleksi SIPSS gelombang I tahun ini. Satu di antaranya adalah seorang guru agama Konghucu SMPN 1 Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Kepri bernama Afat. Pria berumur 23 tahun ini rela datang jauh-jauh dari pulau seberang demi mengikuti seleksi SIPSS. 

Dan usaha memang tak pernah mengkhianati hasil. Afat jadi salah salah satu peserta seleksi yang terpilih sebagai siswa SIPSS. 

1. Afat merupakan lulusan STIKIN Purwokerto

Gubernur Akpol Irjen Pol Krisno Halomoan Siregar menyematkan pangkat di pundak siswa SIPSS. (IDN Times/Dok Akpol Semarang)

Jebolan Pendidikan Agama Konghucu STIKIN Purwokerto ini berkata informasi pembukaan SIPSS di mana dibutuhkan jurusan yang dia tempuh saat kuliah. 

"Seleksi awalnya mulai November 2024 di Pusat Misi Internasional Tangerang, kemudian dilanjutkan rangkaian seleksi lainnya," tuturnya dalam keterangan yang diterima IDN Times, Minggu (9/3/2025). 

2. Termotivasi berkat temannya di Akpol

Ia pun bilang bahwa ketertarikannya pada institusi kepolisian karena dirinya menaruh harapan agar banyak melayani masyarakat. Selain itu, dia juga termotivasi lihat rekannya bernama Michael Josua sudah diterima di Akpol.

Pada pelaksanaan SIPSS 2024 juga ada rekannya bernama Dokter David yang juga pemeluk Konghucu sudah berdinas di Brimob Polda Papua.

“Saya melihat Polri ini menjunjung tinggi pluralitas dan mengabdi kepada masyarakat. Ini sesuai dengan yang saya pelajari di Konghucu, mempunyai jiwa yang suka berbagi,” urainya. 

3. Tekun beribadah selama pendidikan SIPSS

Apel upacara 100 siswa SIPSS di Akpol Semarang. (IDN Times/Dok Akpol Semarang)

Afat memeluk Konghucu sejak kecil. Sebagai informasi, Afat berasal dari Majelis Agama Konghucu Indonesia (Makin) Depok. Ia kerap sembahyang di tempat yang disebut Lithang, juga Kong Miao termasuk Kelenteng. 

Lithang, sebutnya merupakan ruang kesusilaan untuk melakukan kegiatan ritual sembahyang dan belajar, sementara Kong Miao digunakan untuk bersembahyang kepada Tuhan dan menghormati sosok besar dalam agama Konghucu yakni Nabi Khung Ce alias nabi penyempurna agama Konghucu.

Saat mengikuti pendidikan SIPSS, Afat tak mendapat kesulitan berarti ketika menjalankan ibadahnya. Meskipun, dia lebih banyak berdoa, dibandingkan sembahyang yang memerlukan tempat khusus hingga alat sembahyang lainnya seperti dupa, lilin dan sesaji persembahyangan.

“Pengasuh di sini, memberikan saya kesempatan seluas-luasnya untuk beribadah menurut keyakinan saya. Saya sendiri saat pendidikan dan pengasuhan ini, tetap bisa rutin berdoa, saya juga membawa kitab suci saya, Kitab Sishu atau kitab pokok untuk beribadah sebagai renungan refleksi ke dalam diri untuk mengaktualisasikan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari,” akunya. 

Editorial Team