Kisah 4 Penjaga Lintasan Kereta Api Tak Berpalang di Cilacap

Banyumas, IDN Times – Empat warga Desa Gentasari, Kecamatan Sampang, Cilacap, yaitu Riki Umar Mukti, Setiono, Kartiko, dan Aguskaeko, mulai menjadi sorotan publik di banyumas raya, pasalnya keempatnya adalah relawan dalam menjaga perlintasan kereta JPL 420 Cilacap.
Inisiatif ini berawal pada 2019 sebagai respon terhadap seringnya kecelakaan di perlintasan tersebut. Meski tanpa fasilitas memadai dan gaji tetap, keempat relawan ini bekerja demi keselamatan warga yang melintasi rel kereta.
"Kami bersama teman teman hanya bermodal niat mulia dan dilandasi semangat untuk berbuat kebaikan bagi masyarakat, tak lebih,"kata Agus Kaeko, salah satu relawan kepada IDN Times, Jumat (4/10/2024)
1. Usul pemdes direspon dishub

Dikisahkan, awalnya pendapatan mereka hanya dari sumbangan warga. Namun, setelah pemerintah desa mengetahui peran mereka, langsung diusulkan untuk menerima honor dari Dinas Perhubungan Kabupaten Cilacap sebesar Rp 1.200.000 per bulan dam terealisasi.
Meskipun kini pos jaga sudah direnovasi menjadi semi permanen, fasilitas masih sangat minim, tanpa adanya toilet dan perlengkapan penunjang lainnya. Mereka juga masih mengandalkan penglihatan dan jadwal kereta untuk mengawasi lalu lintas kereta api.
" Alhamdulillah sudah perhatikan pemerintah, walau kadang ada yang protes, tetapi mereka tetap berusaha menjelaskan kepada pengendara atau pengguna jalan yang lain untuk menunggu kereta yang akan melintas,"jelasnya.
2. Pos jaga langsung direnovasi

Usaha para relawan tak luput dari sapphire group sebuah perusahaan yang eksis dalam bidang property di banyumas dan jawa tengah yang turun memberi bantuan berupa renovasi pos jaga, penggantian palang pintu dan perlengkapan tanda keselamatan berupa rompi dan tentunya sembako.
Brand Director Sapphire Grup, Vincentius Suda Kedang, menekankan pentingnya melanjutkan semangat keswadayaan tersebut di masa kini dengan kampanye mager yang artinya mari bergerak.
"Kami melihat hal serupa pada pribadi-pribadi yang dengan ikhlas menjadi penjaga palang pintu kereta, meski bukan pegawai KAI. Ini menjadi motivasi bagi kami untuk ikut berkontribusi melalui gerakan mager alias mari bergerak," ujarnya.
3. KAI sebut Pentingnya kolaborasi
Sementara Manager Humas KAI Daop 5 Purwokerto, Feni Novida Saragih, menyatakan pentingnya kesadaran masyarakat mengenai keselamatan di perlintasan sebidang.
Menurut Feni, pemberian bantuan yang ditandai dengan peletakan batu pertama renovasi pos jaga ini menjadi arti penting bahwa kolaborasi masyarakat dan pemerintah dalam menjaga keselamatan di perlintasan sebidang.
"Kami mengapresiasi Sapphire Grup atas kontribusinya dalam membantu renovasi dan sosialisasi keselamatan di perlintasan ini, dharapkan semakin banyak pihak yang terlibat menjaga keselamatan,"jelasnya.
4. Mager alias mari bergerak

Sebagai perusahaan investasi, Sapphire Grup melibatkan diri dalam isu-isu sosial, lingkungan, kesehatan, dan energi bersih melalui gerakan "Mager: Mari Bergerak".
Salah satu program yang dilakukan adalah renovasi pos jaga dan penggantian palang pintu perlintasan di JPL 420 Desa Gentasari, Sampang, Kabupaten Cilacap. Selain itu, program serupa juga dilaksanakan di sembilan titik lain di wilayah Cilacap dan Tegal.
"Kami menyediakan perlengkapan seperti palang pintu, lampu tongkat lalu lintas, rompi dan topi, jas hujan, bendera darurat, serta paket sembako. Harapan kami, komunitas dan perusahaan lain turut terlibat dalam isu keselamatan lalu lintas ini," tambah Vincentius.
Acara "Mager: Mari Bergerak" ini dihadiri oleh jajaran PT KAI Daop V Purwokerto, Dinas Perhubungan Kabupaten Cilacap, Komunitas Railfans Spoorlimo, dan Railfans Tegal, sebagai bentuk dukungan terhadap upaya bersama untuk meningkatkan keselamatan di perlintasan kereta api.
Dengan kampanye ini, Sapphire Grup berharap dapat menginspirasi lebih banyak pihak untuk terlibat dalam gerakan sosial yang berdampak positif bagi keselamatan publik dan lingkungan.