Anak asal Somalia saat mengerjakan soal matematika di Wisma Husada. IDN Times/Fariz Fardianto
Selepas adzan Maghrib, Tiara pun mulai mengumpulkan sekelompok anak pengungsi. Jumlahnya tak banyak. Kurang lebih ada 10 anak tekun belajar berhitung angkanya bersama Tiara.
Maryam, seorang anak pengungsi asal Afghanistan sangat antusias dengan apa yang diajarkan oleh Tiara. Ia yang sudah duduk di kelas 5 SD itu mengaku matematika jadi pelajaran favoritnya. Les berhitung yang diberikan oleh Tiara cukup membantunya ketika bersekolah di pagi hari.
"Saya kalau pagi sekolah, malamnya baru belajar di sini. Enak banget kalau diajari sam teacher Tiara. Saya jadi gampang ngerjain matematika," kata Maryam yang fasih bahasa Indonesia tersebut.
Tinggal di sebuah tempat penampungan bersama para pengungsi dari berbagai negara, bukanlah perkara mudah bagi Maryam. Sedari kecil ia telah ditempa agar dapat membaur dengan teman sebahayanya. "Orang-orangnya begitu baik kepada saya," ujarnya.
Walau tampak asyik belajar di wisma, namun tak sedikit di antara mereka yang masih memendam trauma. Khadijah salah satunya. Perjalananya mengungsi dari kampung halamannya di Mogadishu, Somalia hingga ke Indonesia, selalu membekas di ingatannya.
Ia beruntung bisa ditampung di Wisma Husada oleh Rudenim. Paling tidak hidupnya kini lebih aman. Kala itu Khadijah mengungsi bersama keluarganya ke Indonesia.
"Kalau sudah besar nanti, saya kepengin jadi dokter. Biar bisa menolong banyak orang," kata Khadijah yang diamini oleh Maryam.