unsplash.com/Clem Onojeghuo
Sehelai baju atau celana yang ia permak, biasanya dibanderol dengan harga Rp8.000-Rp15.000. Baginya, harga itu tergolong sangat terjangkau ketimbang jasa penjahit lainnya.
"Ini situasinya pas sepi mas. Soalnya kan ada COVID, anak-anak sekolah diliburkan, jadinya sehari yang biasanya bisa diorder jahit bet seragam puluhan, sekarang gak ada yang ngorder. Ya pesanannya turun 60 persen lebih," sahut Sukiman, rekan sejawat Syukur.
Diakuinya selama ini masih setia memakai mesin jahit warisan orang tuanya. Meski kerap rusak, Sukiman masih bisa memperbaikinya.
"Ya mau gimana lagi. Tinggalan dari ibu saya cuma mesin ini. Harus pintar-pintar merawatnya biar gak gampang rusak," kata pria 45 tahun tersebut.
Dalam sehari ia bisa meraup penghasilan yang tak menentu. Namun begitu, ia tetap bangga. Dengan bermodalkan kemahiran menjahit segala jenis baju, paling tidak ia dan teman-temannya bisa mengangkat nama Desa Bojong sebagai pusatnya para penjahit andal.
"Semoga saja virus Corona segera mereda, Mas. Biar kita yang rutin keliling Semarang bisa dapat rezeki lebih banyak lagi," bebernya.