Kisah Super Roti Bekatul, Dari Berani Beda hingga Melanglang Buana

Semarang, IDN Times - Kunci membangun bisnis tidak sekadar butuh kesabaran, tapi juga ketekunan untuk terus belajar mengembangkan diri. Kunci itu diterapkan Ismiyati pemilik sekaligus pendiri Super Roti di Kota Semarang.
1. Berawal dari suami kena PHK
Perempuan berusia 49 tahun itu merintis usaha kuliner dengan membuat berbagai jenis roti sejak tahun 2011. Awal Ismi memulai usaha itu dari dapur rumah tangga dan dalam kondisi kepepet karena sang suami kena PHK.
‘’Saat itu suami kena PHK. Lalu, karena dari kecil saya suka bikin kudapan sehingga yang terpikir adalah membuat bakery,’’ ungkapnya saat ditemui di rumah produksi Super Roti di Jalan Batursari IV No 875, Sawah Besar, Kota Semarang, Rabu (10/7/2024).
Kemudian, Ismi yang saat itu masih bekerja sebagai karyawan dealer kendaraan bermotor memproduksi roti berbahan tepung terigu, sedangkan sang suami yang terakhir bekerja menjadi sales roti membantu memasarkan. Seiring waktu ia juga merekrut beberapa pekerja untuk mengembangkan usahanya.
2. Kursus untuk tingkatkan skill
‘’Setelah itu saya percaya bahwa bisnis itu butuh timing. Produk Super Roti bisa diterima karena memulai di waktu yang tepat. Waktu itu Lebaran, saat produsen roti lain libur, kami menitipkan roti-roti kami di toko tersebut. Setelah itu mereka mau dititipin Super Roti lagi, jenisnya macam macam ada pisang coklat, keju, pizza, donat,’’ kata perempuan yang akrab dipanggil Mbak Tul itu.
Ternyata, dengan begitu tidak cukup untuk membuat bisnis roti itu maju. Ia ingin penjualan roti-rotinya itu tidak sekadar dipasarkan dengan sistem konsinyasi. Akhirnya, ibu dua anak itu mengundurkan diri dari pekerjaannya untuk mengembangkan usahanya.
‘’Saya ingin bisnis ini bermanfaat lebih besar. Saya kursus juga untuk meningkatkan skill. Namun, ketika saya menerapkan standar resep, para karyawan bagian produksi justru keluar karena tidak sesuai dengan kebijakan itu. Saya pun kerja sendiri dan memberdayakan para tetangga agar omzetnya bisa dinikmati bersama,’’ jelas Ismi.
3. Produk roti ditolak swalayan
Kesempatan tersebut dimanfaatkan perempuan kelahiran Semarang ini untuk memperluas pasar. Ismi mendatangi ke beberapa swalayan di Kota Semarang untuk menitipkan produk rotinya, tapi ditolak semua.
‘’Alasannya, mereka bilang produkmu nggak ada pembeda. Dari situlah saya menyadari bahwa pembeda ini bagian dari value produk. Dari situ saya membuat produk yang berbeda dan
memakai bekatul sebagai bahan pembuat roti,’’ tuturnya.
Ismi memilih bekatul atau kulit ari bagian dalam yang timbul saat proses pemisahan beras dan kulitnya. Bahan bekatul ini kerap dikenal sebagai pakan ayam. Padahal kandungan bekatul ini memiliki banyak serat, vitamin dan antioksidan. Sehingga, produk roti bekatul ini membidik pasar konsumen yang menerapkan tren gaya hidup sehat.
4. Bidik kalangan menengah atas yang peduli kesehatan
‘’Setelah uji coba produk ini berkali-kali dan memilih pasarnya, ternyata produk ini cocok untuk kalangan menengah atas yang peduli dengan kesehatan. Mereka suka camilan sehat, tidak pernah berpikir harga, tapi lebih memilih manfaatnya,’’ jelasnya
Selain menggunakan bahan bekatul dari kelompok tani di Semarang dan Boyolali, Super Roti Bekatul juga memakai bahan lokal lain seperti gula aren kelapa dari Kebumen. Adapun, disamping memikirkan inovasi dan bahan yang digunakan untuk membuat produk, Ismi juga mencari peluang untuk mengembangkan usahanya menjadi lebih besar dan dikenal.
Akhirnya, ia bergabung menjadi UMKM binaan Telkom Indonesia sejak tahun 2017. Selama menjadi mitra binaan banyak keuntungan yang diperoleh Ismi untuk mengembangkan Super Roti. Yakni, selain mendapat fasilitas modal usaha, roti bekatul dari Super Roti juga mendapat kesempatan memperluas pasar melalui pameran-pameran baik di dalam maupun luar negeri. Roti bekatul bersama Telkom melanglang buana hingga ke Dubai.
5. Juara pertama pengolah roti terbaik di dunia
Bahkan, belum lama ini, Ismiyati melalui roti bekatul Super Roti berhasil meraih juara pertama pengolah roti terbaik di dunia di Paris, Perancis. Kompetisi itu diikuti oleh 150 negara dan 3.500 peserta. Pada kompetisi itu Ismi harus mengolah roti yang mudah dibuat dan bahan bakunya ada.
‘’Lalu, saya bikin resep, saya foto lalu di-voting. Alhamdulillah, produk Super Roti menjadi juara pertama. Dari semua yang saya raih ini tentu saya ingin terus membesarkan Super Roti, dimana jika orang pengen cari roti sehat pasti ke Super Roti,’’ terangnya.
Adapun, kepada para UMKM lain yang sedang berjuang dan berkembang, Ismi berpesan agar jangan suka meraih sesuatu dengan instan tapi nikmati prosesnya. ‘’Nikmati prosesnya dan lewati, sehingga bisa merasakan nikmatnya jatuh bangun,’’ tandasnya.