Wali Kota Salatiga, Yuliyanto bercerita bagaimana hangatnya suasana keberagaman umat di wilayahnya yang memiliki total penduduk 195.010 jiwa tersebut.
"Sikap toleransi untuk hidup berdampingan dengan semua agama dan ras sudah biasa di sini. Dari 39 etnis yang tinggal di Salatiga, semuanya bisa hidup damai, rukun tanpa ada masalah. Di sini suasananya kondusif gak ada gesekan. Termasuk di lingkunagn keluarga, masyarakat dan di tingkat kota," ujar pria yang telah memimpin Salatiga selama dua periode tersebut dalam diskusi bertemakan Salam Ramadan, Cerita Indonesia yang digelar IDN Times melalui live Instagram, pada Senin (3/5/2021).
Pola hidup masyarakat yang guyup rukun itu tampak saat umat Muslim menjalankan ibadah salat tarawih. Maupun ketika umat Kristen menggelar ragam pawai Paskah dan Natal serta upaya pihaknya yang memberikan ruang beribadah bagi umat Hindu dan Buddha.
Ia mengatakan saat pandemik melanda semua daerah, pelaksanaan salat tarawih yang dibatasi 50 persen dapat diterima semua warga dengan tenang.
"Masyarakat muslim mau tarawih silakan, mau pawai ta'aruf silakan. Yang Kristen mau pawai Natal paradise atau paskah silakan. Kita berikan ruang juga bagi umat Hindu dan Buddha. Semuanya kita berikan kesempatan yang sama. Sehingga warga merasa diwongke," katanya.
"Hanya saja saat pandemik, kita harus membatasi jamaah salat tarawih separuhnya. Jumatan juga digelar terbatas, aktivitas buka bersama cukup di rumah, tidak harus mengundang khalayak ramai," imbuhnya.