Menguak Keunikan Mimi dan Mintuna, Ikan yang Ampuh Bikin Suami-Istri Jadi Rukun

Nur Hayati telah menggeluti pekerjaan sebagai pengepul mimi lan mintuno sejak 10 tahun. Ia meneruskan usaha ibunya yang sejak puluhan tahun lamanya menjadi pengepul mimi lan mintuno. 

"Sudah 10 tahun lebih saya jadi pengepul mimi. Awalnya ibu saya yang sering jualan mimi, lama-lama banyak nelayan Mangkang yang nawarin terus ibu saya jadi pengepul. Setelah ibu saya meninggal, saya yang meneruskan usahanya sampai sekarang," kata Nur ketika berbincang dengan IDN Times. 

Nur berkata jumlah mimi yang ditangkap nelayan selama bulan ini sangat sedikit. Sebab, saat ini air laut sedang surut sehingga tak banyak mimi yang muncul ke permukaan. 

Para nelayan baru menyetorkan mimi dalam jumlah banyak ketika memasuki bulan Februari-Juli.

"Kalau pas air pasang atau pesisir lagi kena banjir rob, nah nelayan di sini benar-benar panen besar. Yang nyetor mimi ke tempat saya bisa seratus nelayan. Satu nelayan malah sering dapat 10 ekor mimi. Kalau dihitung sehari bisa dapat 50 ekor pas air pasangnya naik. Tapi kalau kayak bulan ini ya dapatnya paling belasan ekor," ungkap wanita berusia 44 tahun ini. 

Nur pun menunjukkan mimi lan mintuno hasil tangkapan dari nelayan Mangkang. Ketika ditimbang, bobot mimi seberat 7-8 ons. 

Mimi lan mintuno sebenarnya berwujud dua ekor ikan yang saling menempel satu sama lain selama hidup di laut. Mimi adalah ikan betina. Sementara mintuno ikan jantan. 

"Tapi pas ditangkap nelayan yang diambil cuman miminya tok. Yang jantan dibuang karena kecil, gak ada dagingnya. Makanya, mimi lan mintuno sejak lama jadi perlambang kesetiaan, ibaratnya hanya bisa dipisahkan oleh maut. Dan mimi punya banyak khasiat kalau diolah jadi masakan," kata Nur lagi.

Eka Setiawati, salah satu anak Nur berkata hanya kalangan orang tertentu yang bisa mengolah mimi menjadi masakan yang lezat. Pasalnya, jika salah memasak, orang yang mengonsumsi mimi justru bisa keracunan. 

Menurutnya racun yang ada di tubuh mimi berada di area kotorannya. Letak persisnya di atas ekor mimi yang bentuknya keras dan lancip. Memasak mimi pun membutuhkan waktu setengah jam sampai tiga jam. 

"Mimi betinanya yang kita masak. Prosesnya musti hati-hati. Soalnya kalau kotorannya gak dibuang, yang makan malah bisa keracunan. Kalau dari awal, miminya yang sudah mati kita bersihkan pakai air mengalir, semua kotorannya dikerok lalu dibuang. Bisa dipilih seluruh tubuhnya mimi kita rebus atau bisa juga cuma diambil telur dan dagingnya. Telur dan dagingnya mimi kalau diambil bisa sebanyak satu piring nasi. Habis itu, tinggal milih sesuai selera. Kalau direbus minimal tiga jam. Kalau mau dikukus jadi campuran botok, dipepes cuma butuh setengah jam. Atau bisa juga dibuat diurap jadi gudangan," ujar Eka sambil menjelaskan teknik memasak mimi yang aman. 

Bagi kebanyakan orang Jawa, Nur melanjutkan mimi berkhasiat menyembuhkan segala macam penyakit. Konon berbagai persoalan rumah tangga bisa disembuhkan dengan mengonsumsi mimi. 

Jika pasangan suami istri tak kunjung memiliki anak, dengan memakan telur mimi maka bisa meloloskan keinginan si istri agar secepatnya diberi momongan. 

"Banyak kok yang order ke saya minta dibuatkan masakan dari telur mimi. Biasanya yang datang suami istri yang belum punya anak, orang Jawa dari dulu percaya dengan makan telur mimi bisa cepat punya momongan," urainya. 

Di samping itu, tak jarang sejumlah suami istri yang sedang cekcok dan yang nyaris cerai juga kerap memesan mimi kepada Nur. Para pengantin baru bahkan kerap mampir ke rumah Nur untuk sekedar mencari syarat dengan mengonsumsi telur mimi. 

"Mimi yang sudah dimasak sering dibuat tombo atau istilahnya syarat untuk membuat rumah tangga jadi rukun, tidak cekcok dan kembali harmonis. Pengantin baru juga sering nyari. Kalau ada keluarga yang sakit juga bisa disembuhkan dengan makan daging mimi, harapannya bisa berumur panjang. Ada yang miminya dijadikan sajen, hanya direbus lalu telur dan dagingnya dimakan. Untuk cangkangnya mimi bisa jadi perantara untuk tolak bala. Percaya gak percaya rumah kalau dipasangi hiasan cangkang mimi pasti aman dari tindak kejahatan. Kayak maling gitu jadi takut masuk ke rumah tersebut," jelasnya. 

Hampir saban hari, Nur mengaku menjual mimi ke Pantai Ngebum Kaliwungu Kendal. Pelanggannya tersebar dari berbagai daerah. Mulai, Kaliwungu, Semarang, Solo, Gunungpati, Mijen, Boja sampai merambah kabupaten/kota di Pantura. 

"Mimi hidup harganya Rp10 ribu, pas diolah jadi botok, pepes, gudangan harganya jadi Rp30 ribu. Dari awalnya ibu saya jualan mimi di Pantai Ngebum terus dilanjutin ke saya lama kelamaan banyak orang ikut jualan mimi. Kalau di Kendal setiap Dugderan pasti yang dicari telur mimi. Sudah jadi tradisi turun-temurun," akunya. 

Bekti, seorang warga Semarang juga mengamini apa yang dikatakan Nur soal khasiat yang didapat dari mengonsumsi telur atau daging mimi. "Emang banyak benernya, orang kalau kepengin cepet punya anak pasti nyarinya telur mimi," tambahnya.