Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi nyeri otot betis (freepik.com/wayhomestudio)
ilustrasi nyeri otot betis (freepik.com/wayhomestudio)

Intinya sih...

  • Akar masalah cedera tidak sekadar otot

  • Sistem saraf yang sehat membantu pemulihan

  • Perbedaan nyeri otot dan nyeri saraf

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Semarang, IDN Times - Banyak orang mengira nyeri otot atau cedera yang tidak kunjung sembuh disebabkan oleh lemahnya otot. Menurut ahli, akar masalahnya justru sering berasal dari gangguan sistem saraf.

1. Akar masalah cedera tidak sekadar otot

ilustrasi melatih otot punggung atas (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Dokter Spesialis Neurologi sekaligus Direktur DRI Clinic, dr. Irca Ahyar menjelaskan, banyak kasus cedera tidak pulih optimal karena terapi hanya berfokus pada otot, padahal sumber gangguan sering kali ada di sistem saraf.

“Pasien sering datang dengan keluhan yang sama meski sudah fisioterapi, stretching, atau istirahat cukup. Kalau nyeri muncul lagi, itu artinya ada sinyal dari sistem saraf yang belum seimbang. Ototnya tidak salah, tapi sarafnya yang belum pulih,” jelasnya.

Ia menekankan, saraf adalah “kabel utama” tubuh, yang bertugas mengirimkan pesan antara otak dan otot. Jika jalur itu terganggu, otot bisa terasa lemah atau nyeri tanpa sebab yang jelas.

“Tubuh sebenarnya memberi peringatan dini. Kalau nyeri muncul berulang di tempat yang sama, atau sering kebas, itu tanda sistem saraf sedang bermasalah,” tambah Irca.

2. Sistem saraf yang sehat membantu pemulihan

ilustrasi saraf terjepit di bagian punggung (freepik.com/freepik)

Menurut Irca, banyak terapi tradisional terjebak pada perbaikan gejala tanpa menelusuri akar masalah.

“Kalau kita hanya memperbaiki otot tanpa memperhatikan jalur sarafnya, itu seperti menambal ban tanpa mencabut paku. Hasilnya tidak akan bertahan lama,” ujarnya.

Ia menjelaskan, pendekatan neurologis yang ia terapkan digunakan untuk menilai bagaimana otak, saraf, dan otot berkomunikasi. Setiap pasien menjalani pemeriksaan individual untuk mengetahui bagian tubuh mana yang mengalami disfungsi.

“Kami ingin pasien tahu apa yang terjadi pada tubuhnya. Saat mereka paham sumber nyerinya, proses pemulihan jadi lebih cepat dan efektif,” tambahnya.

Irca melanjutkan, sistem saraf yang berfungsi optimal memungkinkan tubuh merespons gerakan secara efisien. Menurutnya, pemulihan sejati terjadi ketika jalur komunikasi antara otak dan otot kembali lancar.

Begitu saraf dibenahi, otot bekerja lebih efisien, gerak tubuh seimbang, dan proses penyembuhan terjadi secara alami,” jelasnya.

3. Perbedaan nyeri otot dan nyeri saraf

ilustrasi pasien dengan nyeri otot (pexels.com/Yan Krukau)

Irca juga membedakan antara nyeri otot dan nyeri saraf, sebagai berikut:

  • Nyeri otot biasanya muncul setelah aktivitas fisik, terasa pegal dan kaku.

  • Nyeri saraf bersifat menusuk, menjalar, atau muncul tanpa sebab yang jelas.

Tidak hanya atlet, pekerja kantoran, guru, hingga ibu rumah tangga juga rentan mengalami gangguan saraf karena kebiasaan postur yang salah. Duduk lama di depan laptop, misalnya, dapat menekan saraf dan menyebabkan nyeri punggung atau kesemutan.

“Pemeriksaan saraf sebaiknya dilakukan secara berkala, bukan hanya saat sakit. Ini bagian dari pencegahan,” kata Irca.

Ia mencontohkan, beberapa pasien datang dengan keluhan lutut sakit, namun hasil pemeriksaan menunjukkan masalah utama justru berada di saraf panggul.

“Jadi bukan tempat yang sakit yang harus diobati, tapi sumbernya,” akunya.

4. Pemulihan untuk jangka panjang

ilustrasi pengobatan saraf dan otot (pexels.com/Karolina Grabowska)

Banyak pasien ingin segera kembali beraktivitas setelah nyeri mereda. Namun, Irca mengingatkan bahwa regenerasi saraf membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan otot.

“Pemulihan itu bukan sprint, tapi maraton. Yang penting bukan cepat sembuh, tapi pulih dengan benar,” ujarnya.

Pandangan itu sejalan dengan pendapat Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Prof Nofi Marlina Siregar, yang menekankan pentingnya latihan bertahap untuk mencegah cedera.

“Kalau tubuh tidak dilatih secara bertahap, risikonya tinggi. Keseimbangan antara otot dan saraf harus dijaga. Kebugaran bukan cuma otot kuat, tapi juga sinergi keduanya,” kata Nofi.

Editorial Team