Kegiatan pertemuan antar siswa pramuka berkebutuhan khusus dimulai dari pembukaan yang dihadiri Ketua Kwartir Pramuka Kota Semarang Bambang Pramusinto.
Lalu kegiatan dilanjutkan dengan bermain 10 jenis lomba permainan motorik. Nama-nama lombanya pun tergolong nyentrik. Macam lomba jalangkung, air emas, bola tuyul, salome, evaluasi bom, kolong terbang, lembing turbo, sibuta dari goa hantu, cincin permata sampai crazzy ball.
Tak cuma siswa tuna rungu yang tampil dalam kegiatan. Hampir semua siswa ketunaan lain seperti tuna netra, tuna grahita, autis, tuna wicara dan tuna daksa juga tak mau kalah ikut lomba.
"Satu lomba diikuti sepuluh siswa-siswi," timpal seorang kakak pembina.
Selain kerseruan mengikuti lomba, acara pertemuan antar siswa pramuka berkebutuhan khusus juga diisi dengan kegiatan membaca buku braille.
Pihaknya berharap adanya kegiatan tersebut bisa jadi ajang silaturahmi antar sekolah, antar siswa bahkan jadi ajang saling menguatkan mental antar orang tua.
"Makanya kita perlu adakin kegiatan kayak gini biar bisa menjalin pertemanan antar siswa disabilitas, menjalin keberanian, saling menguatkan. Dan juga buat menunjukkan pemahaman bagi orang tua bahwa anak-anak mereka juga kuat dan terampil seperti anak pada umumnya," ungkapnya.
Bagi Agustian Zaki Rahmanto, seorang siswa Kelas XI SMA dari SLBN Semarang, kegiatan pertemuan antar siswa pramuka berkebutuhan khusus memang mengasyikkan.
Ia tak lagi canggung. Apalagi minder melihat kemampuan siswa lain saat lomba.
"Tadi nulis pakai tali, main nuang air ke gelas. Masukan bola ke keranjang. Ini sangat asyik," akunya.
Ia mengharapkan kegiatan di Maerokoco bisa terulang kembali di tahun berikutnya karena walaupun terasa udara panas, namun semua siswa termasuk dirinya tetap semangat dan riang gembira.
"Di sini panas tapi kita tetap semangat, jangan takut panas sebagai anak pramuka. Saya juga dapat teman baru," ujar Zaki.