Teater Gema UPGRIS Tampilkan Cerita Naskah Legendaris Eugene O'Neill

Eugene O'Neill yang dikenal sebagai sastrawan dengan karya-karya drama klasik yang melegenda rupanya menjadi pemantik inspirasi pagelaran teater yang diadakan di Gedung Balairung Universitas PGRI Semarang (UPGRIS).
Para pemain Teater Gema pun memilih menampilkan pentas dengan alur cerita yang mengadopsi naskah Eugene yang berjudul Where the Cross is Made.
Orang dibalik pentas Teater Gema kali ini adalah Afrian Baskoro. Hampir 90 menit lamanya Naskah berbahasa Inggris terbitan 1923 itu diterjemahkan oleh asisten sutradara, Kartikawati.
Pementasan ini memukau 1.000 penonton dari berbagai elemen. Mulai pelajar, mahasiswa, guru, pelaku teater hingga masyarakat dalam dan luar Semarang.
Suguhan setting rumah berbentuk kapal besar cukup mengesankan. Empat aktor dengan karakter kuat masing-masing mengajak penonton larut dalam suasana.
1. Angkat isu parenting

Masa lalu kelam yang dialami Nat Bartlett membuatnya tumbuh menjadi lelaki yang penuh dan keraguan pesimisme. Dia terbelenggu dalam bayang- bayang obsesi ayahnya sendiri, Kapten Isaiah Bartlett yang telah pensiun dan menjadi gila.
Jejak waktu terhenti saat Marry Allen karam bersama harta karun dan seluruh awak kapalnya. Naskah drama satu babak ini berkisah pengalaman tentang traumatis berpadu dengan garis kabur antara kenyataan dan ilusi.
"Pentas produksi akhir tahun ini mengangkat isu yang merespon fenomena sosial di masyarakat, yaitu parenting, dan dampak psikologis anak atas pola asuh orang tua yang obsesif," kata sutradara pentas tersebut, Baskoro.
2. Naskah lawas tetap relate dengan situasi masa kini

Berangkat dari kegelisahan mengenai generasi saat ini, Baskoro memilih naskah kawak, tetapi yang dapat diterima oleh generasi saat ini karena masih punya relevansi dengan masyarakat zaman sekarang.
"Harapannya dengan mengangkat isu pendidikan orang tua ke anak ini, masyarakat lebih berhati-hati dalam menanamkan nilai-nilai ke anaknya, jangan sampai anak-anak mengalami pengalaman traumatis seperti yang dialami tokoh Nat," ujar Baskoro.
Pentas ini melibatkan berbagai pihak, salah satunya, yaitu seorang guru, dan juga ayah dari Kabupaten Kendal bernama Akhmad Sofyan Hadi alias Ian. Dia memerankan sosok Captain Isaiah Bartlett yang terobsesi melebihi batas.
Sebuah kehormatan baginya bisa ikut andil menjadi aktor dalam pentas ini Harapannya pentas ini mampu meneror siapa saja yang menyaksikan.
"Bahwa sebelum ramai dunia menggunakan minyak bumi, ternyata perburuan paus lebih dahulu ada untuk diambil minyaknya. Juga peristiwa-peristiwa lain di dalamnya seperti obsesi seorang ayah kepada anaknya sehingga membuat batas kenyataan dan ilusi menjadi nyaru," kata Ian.
3. Mudah-mudahan jadi tontonan sekaligus tuntunan

Dipadukan dengan latar rumah di daerah pesisir yang dibuat seperti kapal dan ilustrasi musik akrobat, pentas ini dapat menggiring penonton ke petualangan para pemburu paus.
"Pertunjukan teater kali ini sangat meriah karena ternyata penonton sangat antusias, bukan hanya dari seniman teater tapi juga masyarakat luas. Semoga pertunjukkan ini tidak hanya menyajikan totonan tapi juga tuntunan," tutur Ahmad Ripai, pembina Teater Gema.