Semarang, IDN Times - Suasana Jalan Mahesa Utara II, di Pedurungan Tengah pagi itu tampak lengang. Tepat di depan rumah bercat cokelat, sebuah plang petunjuk donor darah terpasang di depan pagar.
Tak lama kemudian muncul seorang pemuda tanggung yang membuka pintu. "Mari masuk, Mas. Eyang lagi di kamar," katanya, Selasa (11/8/2020).
Orang yang ditunggu akhirnya keluar. Dengan dibantu cucunya, Slamet menyambut ramah di ruang tamu. Slamet merupakan satu dari tiga mantan tentara pelajar (TP) yang masih hidup di Semarang.
Di usianya yang sudah 90 tahun, ingatannya masih tajam saat menceritakan kisahnya yang ikut bertempur dalam agresi militer Belanda. "Saya termasuk bekas tentara pelajar yang masih hidup sampai saat ini. Saya lahir 1 April 1930. Pas ikut tentara pelajar, umur saya baru 16 tahun," kata kakek satu anak dan satu cucu ini.