Nyeri punggung bawah atau low back pain (LBP) ternyata bukan hanya dialami lansia. Penyakit itu juga menyerang usia produktif dan berpotensi mengganggu aktivitas harian bahkan menurunkan kualitas hidup.
Usia Produktif tapi Sudah Nyeri Punggung Bawah? Ini Tips Pencegahannya

Intinya sih...
LBP sering dialami di Indonesia, dengan 89% orang dewasa berusia 30-49 tahun pernah mengalami LBP dalam setahun terakhir.
Gejala LBP termasuk nyeri, ketegangan, atau kekakuan pada punggung bawah serta kesulitan berdiri tegak atau berjalan.
Pencegahan LBP meliputi perbaikan postur tubuh, teknik mengangkat beban yang benar, tetap aktif bergerak, menjaga berat badan dan pola makan bergizi.
1. Paling sering dialami di Indonesia
Data World Health Organization (WHO) tahun 2020 mencatatkan, LBP dialami 619 juta orang di seluruh dunia dan diprediksi meningkat menjadi 840 juta kasus pada 2050.
Penelitian yang dimuat di PubMed Central tahun 2021 itu menemukan bahwa sekitar 89 persen orang dewasa di Indonesia berusia 30--49 tahun pernah mengalami LBP dalam 12 bulan terakhir.
Tingginya kasus itu juga terlihat dari catatan Allianz Indonesia pada 2024, di mana LBP menjadi salah satu risiko kesehatan yang paling sering dialami nasabah.
2. Mengenali gejala sebelum terlambat
Menurut Provider Credentialing & Claim Cashless Medical Advisor Allianz Life Indonesia, dr. Maya Wardhani, LBP ditandai rasa nyeri, ketegangan, atau kekakuan pada punggung bawah, tepatnya di area antara tulang rusuk terakhir hingga lipatan bokong.
“Nyeri ini disebabkan adanya tekanan pada susunan saraf tepi daerah pinggang atau saraf terjepit. Jika dibiarkan, LBP bisa membatasi gerak, mengganggu aktivitas, menurunkan produktivitas, dan memengaruhi kualitas hidup,” kata dr. Maya dikutip keterangan resminya, Senin (11/8/2025).
Gejala lain yang perlu diwaspadai antara lain:
Nyeri menjalar ke pinggul, bokong, paha, atau tungkai.
Kekakuan otot dan keterbatasan gerak di punggung bawah.
Kesulitan berdiri tegak atau berjalan.
Sensasi terbakar, kesemutan, atau kelemahan otot di sekitar punggung bawah.
Jika tidak ditangani, LBP dapat berkembang menjadi nyeri kronis, menyebabkan kelemahan otot, gangguan saraf, bahkan memengaruhi fungsi ginjal dan saluran kemih.
3. Langkah pencegahan yang bisa dilakukan
Dr. Maya menyarankan pencegahan dimulai sedini mungkin, antara lain:
Perbaiki postur tubuh saat duduk, berdiri, atau mengangkat barang.
Gunakan teknik mengangkat beban yang benar: tekuk lutut, punggung tetap lurus, hindari membungkuk tiba-tiba.
Tetap aktif bergerak, misalnya dengan yoga, pilates, atau berenang, dan hindari duduk terlalu lama tanpa jeda.
Jaga berat badan dan pola makan bergizi, kaya kalsium dan vitamin D untuk kesehatan tulang.
4. Cara penanganan mandiri
Untuk kasus ringan, LBP dapat diatasi dengan:
Istirahat dan batasi aktivitas pemicu nyeri.
Terapi fisik seperti fisioterapi atau olahraga ringan.
Obat penghilang nyeri dan antiinflamasi sesuai resep dokter.
Terapi panas atau dingin untuk mengurangi nyeri dan peradangan.
Konsultasi cepat dengan tenaga medis jika gejala memburuk.
Allianz Indonesia juga mengingatkan pentingnya memanfaatkan layanan telekonsultasi untuk deteksi dini dan penanganan yang tepat sebelum kondisi makin parah.
“Menjaga kesehatan punggung adalah investasi jangka panjang. Kenali gejalanya, cegah perburukan sejak dini, dan tangani nyeri dengan cepat agar tubuh tetap bebas bergerak dan produktif setiap hari,” tutup dr. Maya.