Ilustrasi tersinggung(Pexels.com/Keira Burton)
Sindiran halus lebih bersifat terselubung dan bisa diartikan dengan banyak makna. Seseorang yang menerima sindiran halus mungkin masih bisa menafsirkannya sebagai candaan atau pesan yang gak langsung. Hal ini membuat sindiran halus lebih aman digunakan dalam percakapan sehari-hari, terutama kalau tujuannya hanya untuk mengingatkan tanpa menimbulkan konflik.
Sedangkan sarkasme bersifat lebih terang-terangan dan langsung mengenai sasaran. Kalau sindiran halus masih bisa ditanggapi dengan senyuman, sarkasme sering kali terasa seperti serangan verbal yang menyakitkan. Misalnya, kalau ada seseorang yang gak membantu saat kerja kelompok, sindiran halusnya bisa seperti, “Wah, pasti kerja kita jadi lebih cepat karena ada yang spesial jadi pengamat.” Sementara sarkasmenya bisa lebih kasar seperti, “Gak heran kalau kerjaan kita gak kelar-kelar, habisnya kamu gak ada kontribusi apapun.” Jelas banget kan perbedaannya?
Gaya komunikasi itu bisa disesuaikan dengan situasi dan orang yang diajak bicara. Kalau kamu mau menyampaikan sesuatu tanpa menyinggung, sindiran halus bisa jadi pilihan yang lebih aman. Tapi kalau kamu berhadapan dengan orang yang memang udah akrab dan terbiasa dengan gaya bicara sarkastik, sarkasme mungkin masih bisa diterima dengan baik.
Tapi ingat, gak semua orang bisa menerima sarkasme dengan santai. Salah paham bisa saja terjadi, apalagi kalau orang yang kamu sindir merasa tersinggung atau gak terbiasa dengan gaya bicara seperti itu. Jadi, kalau gak mau drama atau konflik, lebih baik gunakan kata-kata yang lebih sopan dan tetap menjaga perasaan orang lain. Karena pada akhirnya, komunikasi yang baik adalah yang bisa dipahami dan diterima dengan nyaman oleh semua pihak.