5 Alasan Kenapa Social Media Cleanse Bisa Jadi Soft Reset Terbaik buat Gen Z

Pernah gak sih kamu merasa capek banget padahal gak ngapa-ngapain? Scroll TikTok berjam-jam, buka Instagram tiap 5 menit sekali, stalking akun random, terus tiba-tiba ngerasa anxious tanpa sebab yang jelas.
Ini bukan cuma kamu, kok. Banyak dari kita yang gak sadar kalau paparan terus-menerus ke social media itu bisa nguras energi mental. Kadang yang kita kira hiburan, justru jadi beban yang gak kelihatan. Dan dari sinilah ide “social media cleanse” muncul—bukan sekadar detox digital, tapi semacam soft reset buat ngereset ulang pikiran dan emosi.
Sebagai generasi yang paling dekat sama internet, Gen Z sering banget ketemu distraksi di mana-mana. Notifikasi kayak suara panggilan darurat buat perhatian kita, padahal gak semua penting. Nah, social media cleanse itu bukan berarti anti teknologi.
Ini soal ambil jarak sejenak biar kamu bisa kembali punya kendali penuh atas waktu dan fokusmu. Kayak reboot HP yang udah ngelag, kita juga butuh jeda supaya gak stuck di loop yang itu-itu aja. Yuk, kita bahas kenapa social media cleanse bisa jadi soft reset yang kamu butuhin sekarang juga.
1. Mengembalikan fokus ke diri sendiri, bukan validasi orang lain
Salah satu efek samping dari media sosial yang paling gak kerasa adalah kita jadi tergantung sama validasi eksternal. Setiap kali nge-post sesuatu, tanpa sadar kita nunggu likes, comments, views.
Lama-lama, self-worth kita jadi ditentukan sama angka-angka itu. Ketika kamu ambil jeda dari sosial media, kamu ngasih ruang buat diri sendiri untuk mengenali nilai tanpa harus diukur dari reaksi orang lain. Kamu belajar buat ngerasa cukup tanpa applause dari luar.
Saat cleanse, kamu bisa lebih jujur sama diri sendiri—apa yang bikin kamu bahagia tanpa harus diposting? Apa yang ingin kamu kerjain tanpa harus kelihatan produktif di mata followers? Ini bukan cuma soal istirahat dari layar, tapi soal membangun koneksi lebih dalam sama diri sendiri. Dan percayalah, itu priceless banget.