Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi keluarga (pexels.com/Emma Bauso)
ilustrasi keluarga (pexels.com/Emma Bauso)

Intinya sih...

  • Anak broken home memiliki kepekaan emosional yang lebih tinggi, memahami kebutuhan pasangan dan anak, serta mengutamakan komunikasi terbuka.

  • Mereka menghargai arti keluarga lebih dalam, ingin menciptakan keluarga yang utuh, dan lebih sabar menghadapi konflik rumah tangga.

  • Anak broken home memiliki motivasi kuat untuk tidak mengulangi pola keluarganya, belajar mengelola emosi sejak dini, dan menciptakan lingkungan rumah yang suportif.

Tidak sedikit orang menganggap bahwa anak yang tumbuh di keluarga broken home akan mengalami kesulitan membangun rumah tangga harmonis di masa depan. Namun, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Banyak dari mereka yang justru memiliki kesadaran yang lebih besar untuk memperbaiki pola keluarga di masa mendatang.

Hal ini lantaran adanya kesadaran akan pentingnya keharmonisan, terutama setelah merasakan sendiri pahitnya perpisahan orang tua. Pengalaman tersebut menjadi pelajaran hidup yang membentuk tekad mereka untuk tidak mengulang kesalahan yang sama. Berikut lima alasan mengapa anak broken home tetap bisa membangun keluarga yang harmonis.

1. Memiliki kepekaan emosional yang lebih tinggi

ilustrasi keluarga (pexels.com/Agung Pandit Wiguna)

Anak broken home umumnya tumbuh dengan kepekaan emosional yang lebih tinggi. Mereka terbiasa membaca situasi dan memahami perasaan orang lain sejak kecil. Hal ini membuat mereka lebih berhati-hati dalam bersikap, terutama saat menghadapi pasangan atau anak.

Dengan kepekaan ini, mereka bisa memahami kebutuhan emosional pasangan dan anak-anaknya. Mereka cenderung mengutamakan komunikasi terbuka agar hubungan tetap hangat. Kepekaan tersebut menjadi bekal penting untuk menciptakan keluarga harmonis di masa depan.

2. Menghargai arti keluarga lebih dalam

ilustrasi piknik bersama keluarga (pexels.com/Kampus Production)

Mereka yang tumbuh di keluarga broken home biasanya sangat menghargai arti kebersamaan. Mereka tahu bagaimana rasanya kehilangan kehangatan keluarga, sehingga ingin memberikan hal yang berbeda pada keluarganya nanti. Mereka tidak ingin anak-anak mereka merasakan kesepian yang sama.

Keinginan untuk menciptakan keluarga yang utuh menjadi motivasi besar dalam hidup mereka. Mereka akan berusaha keras menjaga hubungan dengan pasangan tetap sehat. Menghargai arti keluarga membuat mereka lebih sabar menghadapi konflik rumah tangga.

3. Memiliki motivasi kuat untuk memperbaiki pola lama

ilustrasi sarapan bersama keluarga (pexels.com/August de Richelieu)

Banyak anak broken home yang memiliki motivasi kuat untuk tidak mengulangi pola keluarganya. Mereka belajar dari masa lalu dan berusaha membangun kehidupan yang lebih baik. Kesadaran tersebut membuat mereka lebih bijak dalam mengambil keputusan.

Saat mengalami masalah dengan pasangan, mereka akan berusaha menyelesaikan dengan cara yang sehat. Mereka terbiasa memikirkan dampak jangka panjang untuk anak-anaknya kelak. Motivasi untuk memperbaiki pola lama menjadi kekuatan besar dalam membangun keluarga harmonis.

4. Belajar mengelola emosi sejak dini

ilustrasi piknik bersama keluarga (pexels.com/Kampus Production)

Tumbuh di keluarga broken home sering membuat anak belajar mengelola emosi sejak kecil. Mereka memahami bagaimana menghadapi rasa marah, sedih, atau kecewa tanpa meluapkannya sembarangan. Pengalaman ini membuat mereka lebih dewasa dalam mengatur emosi di masa depan.

Saat membangun keluarga, kemampuan mengelola emosi sangatlah penting. Mereka bisa menghindari konflik besar hanya karena masalah sepele. Kedewasaan emosional ini menjadi fondasi penting untuk menciptakan keluarga yang penuh kasih sayang dan saling menghormati.

5. Mampu menciptakan lingkungan rumah yang suportif

ilustrasi keluarga (pexels.com/Polesie Toys)

Karena pernah merasakan lingkungan rumah yang tidak nyaman, anak broken home biasanya ingin menciptakan rumah yang suportif bagi keluarganya. Mereka akan membangun suasana rumah yang aman, nyaman, dan penuh dukungan. Mereka memahami bahwa rumah harus menjadi tempat pulang yang menenangkan.

Mereka juga berusaha menjadi pasangan dan orang tua yang bisa diandalkan. Mereka mengutamakan komunikasi dan kejujuran dalam keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa masa lalu tidak selalu menentukan masa depan, selama seseorang mau belajar dan berusaha.

Itulah lima alasan mengapa anak broken home tetap bisa membangun keluarga yang harmonis. Masa lalu memang membentuk diri seseorang, tetapi pilihan di masa depan tetap berada di tangan masing-masing. Anak broken home pun berhak memiliki kehidupan keluarga yang bahagia dan damai, asalkan mereka mau belajar dari pengalaman dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team