ilustrasi pasangan (pexels.com/Design Killer)
Seseorang yang terlibat dalam perselingkuhan seringkali menghadapi ketidakstabilan emosional dan kurangnya kedewasaan dalam mengelola perasaan mereka. Dorongan untuk berselingkuh bisa muncul dari ketidakpuasan diri, kebutuhan akan validasi, atau kurangnya kemampuan untuk mengatasi konflik dalam hubungan mereka. Pada saat reuni sekolah, di mana kenangan masa lalu dan interaksi sosial dapat memicu emosi yang kuat, individu yang tidak stabil secara emosional lebih rentan terhadap godaan untuk berselingkuh. Mereka mungkin tidak mampu menahan diri dari tindakan impulsif dan kurangnya kontrol diri dalam menghadapi situasi yang menantang.
Selain itu, kurangnya kedewasaan juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi keputusan untuk berselingkuh setelah reuni sekolah. Beberapa orang mungkin tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang konsekuensi dari tindakan mereka atau bagaimana cara mengelola emosi dan konflik dalam hubungan dengan cara yang sehat. Mereka mungkin cenderung menghindari kewajiban dan tanggung jawab yang melekat dalam hubungan dewasa, dan sebagai gantinya, memilih untuk menghindari masalah dengan mencari pelarian dalam hubungan selingkuh. Oleh karena itu, penting untuk mengenali bahwa ketidakstabilan emosional dan ketidakmatangan dapat menjadi faktor risiko dalam timbulnya perselingkuhan setelah reuni sekolah, dan individu perlu belajar mengelola dan mengatasi tantangan ini dengan cara yang lebih positif dan konstruktif.
Meskipun reuni sekolah adalah kesempatan untuk bertemu kembali dengan teman-teman lama dan merayakan kenangan masa lalu, namun hal itu juga bisa menjadi pemicu bagi perilaku yang tidak diharapkan seperti perselingkuhan. Penting untuk selalu mengingat nilai-nilai komitmen dan integritas dalam menjaga hubungan, serta menghargai dan memprioritaskan kebahagiaan pasangan. So, jangan jadikan reuni sebagai ajang kotor seperti ini, ya!