Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Cara Menyampaikan Keluh Kesah ke Pasangan tanpa Menyulut Konflik

illustrasi pasangan (pexels.com/Luiz Woellner Fotografia)
Intinya sih...
  • Memilih waktu yang tepat untuk berbicara, hindari saat emosi sedang tinggi
  • Gunakan kalimat "Aku merasa" daripada "Kamu selalu" agar pasangan tidak defensif
  • Fokus pada solusi yang bisa diambil bersama, hindari mengungkit masalah lama

Menjalani hubungan asmara gak selalu mulus. Ada masa-masa ketika perasaan mulai penuh sesak oleh keluh kesah yang gak bisa ditahan. Tapi, menyampaikan isi hati ke pasangan itu butuh cara yang tepat. Kalau sembarangan, yang ada malah menambah masalah dan memicu pertengkaran yang sebetulnya bisa dihindari.

Hubungan yang sehat dibangun atas dasar komunikasi dua arah yang terbuka, tapi tetap saling menghargai. Menyampaikan unek-unek bukan sekadar soal mengeluarkan isi hati, tapi juga bagaimana membuat pasangan merasa dihargai dan gak disalahkan. Supaya hubungan tetap hangat dan gak makin keruh, berikut ini lima cara menyampaikan keluh kesah ke pasangan tanpa menyulut konflik.

1. Pilih waktu yang tepat, jangan saat emosi sedang memuncak

illustrasi pasangan (pexels.com/August de Richelieu)

Salah satu kesalahan umum dalam menyampaikan keluhan adalah terburu-buru bicara saat emosi sedang tinggi. Dalam kondisi itu, kata-kata yang keluar sering kali kasar, tajam, atau malah menyakiti. Pasangan jadi defensif, diskusi malah berubah jadi debat. Padahal, niat awal hanya ingin didengar dan dimengerti.

Memilih waktu yang tepat memberi ruang untuk berpikir jernih dan menata kalimat. Misalnya, tunggu sampai suasana hati reda dan situasi sedang tenang. Bisa setelah makan malam atau di akhir pekan ketika gak banyak tekanan dari aktivitas lain. Obrolan jadi lebih santai, dan kemungkinan untuk disalahpahami jauh lebih kecil.

2. Gunakan kalimat “Aku merasa”, bukan “Kamu selalu”

illustrasi pasangan (pexels.com/Juan Vargas)

Salah satu penyebab konflik saat menyampaikan keluh kesah adalah penggunaan kalimat yang menyudutkan. Frasa seperti “Kamu selalu begini” atau “Kamu gak pernah ngerti” akan langsung memicu pertahanan diri. Pasangan merasa diserang, lalu mulai mencari pembelaan. Akhirnya, percakapan berubah jadi adu argumen, bukan saling mendengarkan.

Lebih baik gunakan kalimat “Aku merasa” untuk menggambarkan perasaan tanpa menyalahkan. Contohnya, “Aku merasa sedih ketika janji makan malam dibatalkan tanpa kabar.” Kalimat seperti ini lebih menyentuh karena menunjukkan sisi emosional tanpa menunjuk-nunjuk. Pasangan jadi lebih terbuka untuk mendengarkan dan merespons dengan empati.

3. Fokus pada solusi, bukan mengungkit masalah lama

illustrasi pasangan (pexels.com/Gera Cejas)

Menyampaikan keluh kesah sering kali menggoda untuk mengungkit masa lalu. Sayangnya, hal ini justru memperkeruh suasana. Alih-alih menyelesaikan masalah sekarang, hubungan malah kembali dibebani hal-hal lama yang belum tentu relevan. Pasangan juga bisa merasa diserang dan kehilangan semangat memperbaiki keadaan.

Lebih baik arahkan obrolan pada solusi yang bisa diambil bersama. Misalnya, jika merasa kurang diberi perhatian, coba ajak bicara soal waktu berkualitas yang bisa diatur ulang. Diskusi semacam ini memberi harapan, bukan rasa bersalah. Tujuannya adalah menciptakan perubahan yang saling menguntungkan, bukan saling menyalahkan.

4. Dengarkan balik apa yang pasangan rasakan

illustrasi pasangan (pexels.com/Keira Burton)

Kadang, saat sedang menyampaikan keluhan, fokus hanya pada diri sendiri. Padahal, hubungan yang sehat itu dua arah. Pasangan juga punya versi cerita dan perasaan yang perlu dipahami. Kalau cuma ingin didengar tanpa mau mendengarkan, komunikasi akan terasa timpang dan gak adil.

Setelah menyampaikan isi hati, berikan ruang bagi pasangan untuk merespons. Dengarkan dengan sungguh-sungguh tanpa memotong atau menyela. Tunjukkan bahwa keluh kesah itu bukan ajang menyalahkan, tapi kesempatan untuk saling belajar. Dari sana, hubungan bisa tumbuh dengan lebih matang dan seimbang.

5. Gunakan sentuhan fisik atau nada suara yang lembut

illustrasi pasangan (freepik.com/jcomp)

Nada bicara dan bahasa tubuh punya peran besar dalam menyampaikan pesan. Meski kata-katanya benar, kalau disampaikan dengan nada tinggi atau nada ketus, hasilnya tetap menyakitkan. Begitu juga dengan ekspresi wajah atau gerakan tubuh yang terlihat defensif. Semua itu bisa menurunkan kualitas komunikasi, bahkan sebelum kata-kata selesai diucapkan.

Menyentuh tangan pasangan, menatap dengan lembut, atau menggunakan nada suara yang tenang bisa membuat obrolan terasa lebih personal dan hangat. Sentuhan fisik ringan bisa mengubah suasana jadi lebih nyaman. Pasangan juga merasa aman untuk mendengarkan, bukan merasa sedang diadili. Ini adalah cara sederhana tapi efektif untuk menjaga hubungan tetap harmonis meski sedang membahas hal sensitif.

Menyampaikan keluh kesah bukan hal yang salah, justru jadi tanda bahwa hubungan masih ingin diperjuangkan. Yang penting, caranya gak sembarangan dan tetap menjaga perasaan pasangan. Komunikasi yang sehat akan membawa hubungan ke arah yang lebih dewasa.

Daripada menyimpan unek-unek sendiri dan membiarkannya meledak, lebih baik ungkapkan dengan cara yang hangat dan penuh rasa hormat. Dengan begitu, keluhan bisa jadi jembatan, bukan jurang, dalam hubungan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us