5 Fakta Tentang Attachment Styles, Kenali Jenis dan Dampaknya pada Hidup Kamu

Intinya sih...
Attachment style adalah pola perilaku dan cara berpikir tentang hubungan yang terbentuk sejak kecil
Terdapat 4 jenis attachment style: secure, anxious-preoccupied, dismissive-avoidant, dan fearful-avoidant
Attachment style memengaruhi cara membangun hubungan, kesehatan mental, dan bisa diubah melalui terapi psikologis dan dukungan sosial
Pernah gak sih kamu bertanya-tanya kenapa sebagian orang kayaknya gampang banget menjalin hubungan, sedangkan yang lain selalu kesulitan? Salah satu jawabannya bisa jadi ada pada attachment style atau gaya keterikatan yang kita bawa sejak kecil. Tanpa sadar, pola ini bisa memengaruhi cara kita berhubungan, menyampaikan perasaan, bahkan menghadapi masalah dalam hubungan.
Makanya, memahami attachment style itu penting banget supaya kita bisa punya hubungan yang lebih sehat dan gak asal jalani saja. Yuk simak!
1. Apa itu attachment style?
Attachment style itu sebenarnya pola perilaku dan cara kita mikir soal hubungan yang terbentuk sejak kecil. Biasanya terbentuk dari hubungan kita sama orang tua atau pengasuh waktu kecil. Konsep ini pertama kali dikenalkan sama John Bowlby, seorang psikolog yang bilang kalau hubungan awal di masa kecil sangat menentukan cara kita menjalin hubungan saat dewasa.
Secara umum, ada 4 jenis attachment style. Pertama, secure attachment, yaitu gaya keterikatan yang sehat. Orang dengan tipe ini biasanya nyaman dengan kedekatan dan mandiri juga. Mereka bisa percaya sama orang lain tanpa drama, dan punya kepercayaan diri yang oke. Kedua, anxious-preoccupied attachment, atau bisa dibilang orang yang terlalu khawatir dalam hubungan. Mereka pengin banget dekat tapi takut ditinggalin, jadi cenderung posesif dan sering overthinking. Ketiga, ada dismissive-avoidant attachment, yaitu orang yang lebih nyaman sendiri dan gak suka terlalu dekat secara emosional. Biasanya sih kelihatan cuek dan dingin. Terakhir, fearful-avoidant attachment, gabungan antara takut dekat tapi juga takut sendirian. Mereka ingin hubungan yang dekat, tapi juga takut disakiti, jadi perilakunya sering gak konsisten.
Kalau kamu bisa mengenali gaya keterikatanmu sendiri, kamu jadi lebih sadar sama pola-pola hubungan yang selama ini kamu jalani. Dari situ, kamu juga bisa mulai belajar memperbaiki hal-hal yang selama ini bikin hubunganmu gak sehat.
2. Tipe attachment style yang perlu kamu tahu
Secure attachment adalah gaya yang paling sehat. Orang dengan gaya ini biasanya tumbuh dari lingkungan yang stabil dan penuh kasih sayang. Mereka gak takut sama kedekatan emosional, tapi juga gak tergantung sama pasangan. Hubungan yang mereka jalani cenderung stabil, nyaman, dan penuh kepercayaan. Mereka tahu cara menyelesaikan konflik tanpa drama berlebihan dan bisa komunikasi dengan jujur.
Lain cerita dengan yang punya anxious-preoccupied attachment. Mereka biasanya tumbuh dari pengalaman yang bikin mereka merasa gak aman. Akibatnya, mereka jadi selalu butuh kepastian dan pengakuan dari pasangan. Sering banget merasa cemas kalau pasangan gak kasih kabar atau berubah sikap dikit aja. Dalam hubungan, mereka bisa jadi terlalu lengket dan gak percaya diri, bahkan sampai mengorbankan diri sendiri demi mempertahankan pasangan.
Nah, kalau kamu termasuk orang yang lebih suka menjaga jarak dalam hubungan, bisa jadi kamu punya dismissive-avoidant attachment. Gaya ini muncul karena orang tersebut terbiasa mengandalkan diri sendiri sejak kecil. Mereka sering kali merasa gak nyaman kalau terlalu dekat secara emosional, dan lebih milih menyendiri. Dalam hubungan, mereka bisa terkesan dingin, tertutup, dan sulit membuka diri.
Yang terakhir, fearful-avoidant attachment biasanya muncul dari pengalaman traumatis atau hubungan masa kecil yang gak konsisten. Mereka ingin banget dekat dengan orang lain, tapi di sisi lain juga takut disakiti. Akibatnya, mereka jadi bingung sendiri dan sering bersikap tarik-ulur. Kadang pengin dekat, kadang menjauh. Hubungan jadi kayak roller coaster karena mereka sendiri belum selesai dengan rasa takut dan luka masa lalu.
3. Dampak attachment style terhadap hubungan
Attachment style kita sangat memengaruhi cara kita membangun dan mempertahankan hubungan. Mulai dari cara komunikasi, menghadapi konflik, sampai bagaimana kita mengekspresikan perasaan cinta. Orang dengan gaya secure attachment biasanya bisa menjalin hubungan yang sehat dan stabil. Mereka terbuka, jujur, dan tahu cara menyelesaikan masalah tanpa menyalahkan. Pasangan pun merasa dihargai dan aman dalam hubungan. Sebaliknya, mereka yang punya anxious-preoccupied sering kali merasa cemas, terlalu butuh perhatian, dan khawatir ditinggal. Hal ini bisa bikin pasangan merasa tertekan dan hubungan jadi gak seimbang.
Sementara itu, orang dengan gaya dismissive-avoidant sering kali menjauh secara emosional. Mereka lebih milih diam daripada ngobrolin masalah. Pasangan bisa merasa diabaikan atau gak penting. Gak jarang hubungan jadi renggang karena gak ada kedekatan emosional. Sedangkan mereka yang punya gaya fearful-avoidant sering kali bersikap gak konsisten. Mereka bisa sangat hangat satu saat, lalu tiba-tiba menjauh. Hubungan jadi penuh ketidakpastian dan bikin pasangan bingung.
Kalau kita bisa mengenali gaya keterikatan masing-masing, kita bisa belajar bagaimana cara membangun komunikasi yang lebih sehat dan memperbaiki pola yang selama ini bikin hubungan kita gak berjalan lancar.
4. Pengaruh attachment style terhadap kesehatan mental
Gak cuma soal hubungan, attachment style juga bisa ngaruh ke kesehatan mental, lho. Orang dengan secure attachment cenderung punya kestabilan emosi yang lebih baik. Mereka bisa menghadapi stres dengan lebih tenang, punya rasa percaya diri yang sehat, dan gak mudah terguncang saat menghadapi masalah. Sebaliknya, gaya keterikatan yang tidak aman, seperti anxious, avoidant, dan fearful, sering dikaitkan dengan tingkat kecemasan yang lebih tinggi, depresi, bahkan kesulitan dalam mengelola stres.
Orang dengan gaya keterikatan tidak aman mengalami tingkat kesepian dan kecemasan yang lebih tinggi selama pandemi COVID-19. Gaya keterikatan yang tidak sehat bisa menyebabkan rendahnya rasa percaya diri dan kesulitan menjalin hubungan sosial. Kalau kamu merasa attachment style kamu membawa dampak negatif buat mentalmu, itu tanda untuk mulai mencari bantuan dan memperbaiki pola pikir serta kebiasaan yang mungkin merugikan dirimu sendiri.
5. Bisa gak sih attachment style diubah?
Kabar baiknya, attachment style itu bukan sesuatu yang permanen. Dengan kesadaran diri, kemauan untuk berubah, dan dukungan yang tepat, kita bisa berproses menuju attachment style yang lebih sehat. Salah satu cara paling efektif adalah lewat terapi psikologis. Ketemu dengan terapis yang paham soal attachment bisa bantu kamu memahami pola hubunganmu, kenapa kamu bertindak seperti itu, dan gimana cara mengubahnya. Selain itu, latihan mindfulness dan refleksi diri juga bisa bantu kamu jadi lebih sadar terhadap emosi dan pola pikir yang muncul secara otomatis.
Yang gak kalah penting adalah menjalin hubungan dengan orang-orang yang suportif dan bisa dipercaya. Lingkungan yang sehat bisa jadi ‘pelatihan’ alami buat membentuk pola keterikatan yang lebih aman. Hubungan yang stabil dan terapi yang tepat bisa membantu seseorang memperbaiki gaya keterikatan mereka. Jadi, meskipun attachment style terbentuk sejak kecil, kita tetap bisa berubah dan tumbuh jadi versi diri yang lebih sehat dan bahagia.
Attachment style memang terbentuk dari pengalaman masa kecil, tapi bukan berarti kita harus terus-terusan terjebak di dalamnya. Dengan memahami diri sendiri, menerima bahwa perubahan itu mungkin, dan membuka diri untuk belajar, kita bisa menciptakan hubungan yang lebih sehat dan hidup yang lebih tenang. Semakin kita kenal diri, semakin besar juga peluang kita buat jadi pribadi yang lebih utuh dan bahagia.