Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi berkomunikasi dengan pasangan (pexels.com/Polina Zimmerman)

Intinya sih...

  • Komunikasi adalah fondasi hubungan yang tak boleh rapuh
  • Berbicara dengan nada tenang membuat pasangan merasa dihargai
  • Menggunakan kalimat "saya" dan mendengarkan dengan penuh perhatian meningkatkan kualitas komunikasi

Dalam hubungan apa pun, komunikasi adalah fondasi yang tak boleh rapuh. Tapi seiring waktu, kamu sering kali lupa: bahwa bicara itu mudah, yang sulit adalah menyampaikan maksud tanpa menimbulkan salah paham. Banyak pasangan akhirnya saling menjauh, bukan karena kurang cinta, tapi karena kata-kata yang salah tempat.

Jika kamu ingin hubungan yang sehat, kuat, dan tahan banting terhadap konflik kecil, kamu perlu belajar cara berkomunikasi dengan lebih bijak. Tidak cukup hanya jujur—harus ada empati, waktu yang tepat, dan cara menyampaikan yang tidak menyakiti. Berikut tujuh cara praktis agar komunikasi dengan pasangan tetap sehat dan tidak mudah berujung kesalahpahaman.

1. Bicara dengan nada tenang, bukan tinggi

ilustrasi berkomunikasi dengan pasangan (pexels.com/cottonbro studio)

Cara kamu menyampaikan sesuatu sering kali jauh lebih penting daripada isi pembicaraannya. Ketika kamu berbicara dengan nada tinggi, pasangan bisa merasa diserang atau dikritik, bahkan sebelum mereka sempat memahami maksudmu. Suara yang keras atau emosi yang meledak akan memicu pertahanan diri, membuat percakapan berubah jadi perdebatan. Di situ, maksud baikmu bisa hilang ditelan ego dan emosi.

Sebaliknya, ketika kamu menyampaikan isi hatimu dengan nada yang tenang dan stabil, pasangan akan merasa dihargai dan lebih terbuka untuk mendengarkan. Suasana hati yang kondusif akan membuat pesanmu lebih mudah diterima. Tenang bukan berarti lemah, tapi tanda bahwa kamu ingin menjaga kualitas komunikasi dan mengutamakan solusi, bukan drama.

2. Gunakan kalimat "saya" atau "aku", bukan "kamu"

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)

Menggunakan kalimat “saya” saat menyampaikan unek-unek akan membuat pasangan lebih mudah menerima maksudmu. Misalnya, alih-alih mengatakan, “Kamu selalu sibuk dan nggak peduli,” lebih baik ucapkan, “Saya merasa kurang diperhatikan akhir-akhir ini.” Fokus pada perasaanmu sendiri akan mengurangi kesan menyalahkan, dan membuka jalan untuk diskusi yang lebih sehat.

Kalimat yang diawali dengan “kamu” cenderung terdengar sebagai tuduhan. Saat pasangan merasa disalahkan, ia akan refleks membela diri atau balik menyerang. Tapi saat kamu menyampaikan perasaanmu sendiri, pasangan lebih mungkin berempati dan memahami sudut pandangmu. Ini bukan sekadar permainan kata, tapi cara menciptakan ruang aman untuk saling terbuka.

3. Dengarkan dulu, jangan langsung menyela

ilustrasi pria mendengarkan pasangannya (pexels.com/Katerina Holmes)

Mendengarkan adalah kunci penting dalam komunikasi yang sering kali terabaikan. Banyak orang terburu-buru menyela atau membalas sebelum pasangannya selesai bicara. Padahal, saat kamu benar-benar mendengarkan dengan penuh perhatian, kamu sedang menunjukkan bahwa pasanganmu berharga dan layak didengarkan tanpa gangguan.

Menahan diri untuk tidak memotong ucapan pasangan memang butuh latihan, tapi hasilnya sangat besar. Pasangan akan merasa dihargai, dan suasana komunikasi pun jadi lebih hangat. Kadang, yang dibutuhkan bukan solusi cepat, melainkan ruang untuk menumpahkan isi hati. Jadi, sebelum menjawab, pastikan kamu sudah benar-benar mendengarkan sampai tuntas.

4. Ulangi untuk memastikan, bukan memelintir

ilustrasi berkomunikasi dengan pasangan (unsplash.com/Matheus Câmara da Silva)

Dalam percakapan yang mulai rumit atau menyangkut emosi, kesalahpahaman bisa mudah terjadi. Salah satu cara untuk mencegahnya adalah dengan mengulangi apa yang kamu tangkap dari ucapan pasangan. Misalnya, “Jadi maksud kamu, kamu ingin aku lebih terbuka tentang hal-hal yang bikin aku stres, ya?” Kalimat seperti ini terdengar sederhana, tapi sangat ampuh untuk memperjelas.

Kamu tidak sedang mengulangi seperti anak sekolah, tapi sedang menunjukkan bahwa kamu benar-benar berusaha mengerti. Ini akan membuat pasangan merasa dihargai, sekaligus membuka jalan bagi percakapan yang lebih dalam. Mengonfirmasi isi pesan bisa menghindarkan kamu dari salah tafsir yang sering kali menjadi awal konflik besar.

5. Pilih waktu dan tempat yang tepat

ilustrasi berkomunikasi dengan pasangan (pexels.com/Monstera Production)

Kamu mungkin punya hal penting untuk disampaikan, tapi kalau waktunya tidak tepat, pesan itu bisa jadi bumerang. Misalnya, saat pasangan baru pulang kerja dalam keadaan lelah, atau sedang sibuk mengejar tenggat waktu, pembicaraan serius justru akan memperkeruh suasana. Bukannya menemukan solusi, kamu malah menambah beban emosinya.

Pilih waktu ketika kalian sama-sama rileks, tidak terganggu, dan siap secara emosional untuk berdiskusi. Tempat juga berpengaruh—suasana yang tenang dan nyaman akan membantu percakapan berjalan lebih terbuka. Mengatur momen bicara bukan berarti drama, tapi strategi agar setiap kata punya ruang untuk diterima dengan baik.

6. Jangan asumsikan, lebih baik tanyakan

ilustrasi berkomunikasi dengan pasangan (pexels.com/Gary Barnes)

Asumsi adalah jebakan dalam hubungan. Ketika kamu mulai menebak-nebak perasaan atau maksud pasangan tanpa bertanya langsung, kamu membuka peluang besar untuk salah paham. Misalnya, kamu merasa diabaikan dan langsung menyimpulkan bahwa pasanganmu sudah tidak peduli, padahal bisa saja dia sedang terbebani sesuatu yang tidak kamu ketahui.

Daripada membiarkan pikiranmu dipenuhi oleh asumsi, lebih baik ajukan pertanyaan dengan cara yang lembut dan penuh empati. “Aku perhatikan kamu akhir-akhir ini lebih diam, kamu sedang stres?” atau “Ada yang bisa aku bantu?” adalah kalimat kecil yang bisa membuka ruang besar untuk pengertian. Ingat, asumsi membangun jarak, tapi pertanyaan membangun koneksi.

7. Akui salah dan mau minta maaf

ilustrasi mengakui kesalahan pada pasangan (pexels.com/SHVETS production)

Tidak ada komunikasi yang berjalan mulus setiap saat. Terkadang, kamu bisa terpancing emosi, salah ucap, atau tidak sengaja menyakiti pasangan. Di momen seperti itu, kemampuan untuk mengakui kesalahan adalah bentuk kedewasaan yang penting dalam menjaga kehangatan hubungan.

Saat kamu berkata, “Aku tadi kelewatan, maaf ya,” kamu sedang menunjukkan bahwa kamu lebih peduli pada hubungan daripada pada gengsi. Minta maaf bukan soal kalah atau menang, tapi tentang menghargai perasaan pasangan dan membuka ruang untuk perbaikan. Kata maaf yang tulus bisa meredakan ketegangan, memperbaiki komunikasi, dan menguatkan ikatan kalian berdua.

Hubungan yang kuat dibangun dari komunikasi yang sehat—bukan dari seberapa banyak bicara, tapi seberapa dalam saling memahami. Mulailah dari hal-hal kecil: nada suara, pilihan kata, dan waktu yang tepat. Karena sering kali, keharmonisan hubungan tidak ditentukan oleh kata-kata besar, tapi oleh cara kamu menyampaikan hal-hal kecil dengan penuh empati.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team