7 Cara Menanggapi Teman yang Sering Passive-Aggressive, Kamu Pernah?

Intinya sih...
Jangan terpancing emosi saat teman nyindir atau kasih komentar pasif-agresif
Tanyakan secara lembut tapi tegas maksud teman dengan cara sopan dan terbuka
Jangan terlalu diambil hati, validasi perasaan mereka tanpa membenarkan sikapnya
Punya teman yang sering menyindir halus, diam-diam ngambek, atau selalu bilang "gak apa-apa" padahal jelas marah? Nah, itu ciri-ciri klasik perilaku passive-aggresive. Sikap ini bisa bikin hubungan pertemanan jadi serba salah. Mau ditanya, mereka bilang gak kenapa-kenapa. Mau dibiarkan, nanti jadi panjang urusannya.
Kalau terus-terusan dibiarkan, sikap passive-aggressive bisa bikin kamu capek mental, bingung sendiri, atau bahkan mulai ikut-ikutan bersikap gak sehat. Tapi jangan khawatir, ada kok cara-cara yang bisa kamu lakukan untuk menghadapi teman seperti ini tanpa memperkeruh keadaan. Yuk, simak satu per satu!
1. Jangan terpancing emosi
Saat temanmu mulai menyindir atau kasih komentar yang pasif-agresif, hal pertama yang penting kamu lakukan adalah: jangan terpancing. Reaksi spontan seperti langsung membalas sindiran atau jadi sinis balik cuma akan memperkeruh suasana. Sifat passive-aggressive biasanya muncul dari perasaan gak nyaman atau kesulitan menyampaikan emosi secara langsung. Jadi, kalau kamu juga ikut emosional, situasinya bisa makin buntu.
Menunjukkan ketenangan bisa jadi sinyal kalau kamu gak mudah dimanipulasi secara emosional. Kamu juga kasih contoh bahwa komunikasi bisa dilakukan dengan cara dewasa dan terbuka. Bahkan, sikap tenangmu bisa bikin mereka sadar sendiri bahwa cara mereka menyampaikan unek-unek kurang tepat.
2. Tanyakan secara lembut tapi tegas
Daripada menebak-nebak maksud mereka, lebih baik langsung tanyakan dengan cara yang sopan tapi jelas. Misalnya, "Kamu tadi nyindir aku ya? Kalau iya, aku pengin tahu maksudnya biar gak salah paham." Kalimat semacam ini bikin kamu terkesan dewasa dan terbuka untuk ngobrol, bukan langsung menghakimi.
Kalau mereka bilang "gak kok, biasa aja," kamu tetap bisa memercayai omongannya dan tetap mengatakan kalau kamu siap mendengarkan apabila temanmu merasa sedang gak nyaman denganmu. Sikap ini menunjukkan kamu gak takut konfrontasi, tapi juga gak mencari ribut. Kadang mereka butuh didorong secara halus supaya mau bicara langsung.
3. Jangan terlalu diambil hati
Teman yang bersikap passive-aggressive biasanya menyampaikan rasa kesalnya lewat cara yang gak langsung, bahkan menyakitkan. Tapi penting untuk kamu sadari bahwa itu lebih tentang mereka, bukan tentang kamu. Perilaku seperti ini biasanya datang dari ketidakmampuan mengelola emosi sendiri, bukan karena mereka benar-benar membenci kamu.
Dengan tidak terlalu diambil hati, kamu bisa menjaga batas emosimu tetap sehat. Tetap jaga jarak aman secara mental. Jangan terlalu merasa bersalah, apalagi kalau kamu tahu kamu gak salah. Fokus pada dirimu sendiri dan hindari masuk ke dalam drama yang gak perlu.
4. Validasi perasaan mereka, tapi jangan membenarkan sikapnya
Kalau kamu tahu mereka sedang kesal atau merasa tersinggung, kamu bisa mengakui perasaannya tanpa membenarkan cara penyampaiannya. Misalnya, "Aku ngerti kalau kamu mungkin kecewa, dan itu wajar. Tapi aku lebih nyaman kalau kita bisa ngobrol langsung aja daripada sindir-sindiran."
Dengan begitu, kamu menunjukkan empati tapi tetap menjaga batas sehat dalam hubungan. Kamu gak mengabaikan emosi mereka, tapi juga gak membiarkan perilaku pasif-agresif jadi kebiasaan. Ini bisa membantu mereka belajar bahwa menyampaikan perasaan secara langsung itu jauh lebih efektif dan dihargai.
5. Jaga jarak kalau sudah terlalu toxic
Kalau kamu sudah mencoba komunikasi terbuka tapi temanmu tetap bersikap manipulatif, menyakitkan, atau bikin kamu lelah secara emosional, gak ada salahnya untuk menjaga jarak. Bukan berarti kamu musuhan, tapi kamu berhak melindungi kesehatan mentalmu.
Teman yang terus-terusan pasif-agresif bisa menguras energi dan bikin kamu overthinking. Kadang yang kamu butuhkan bukan debat panjang, tapi ruang untuk bernapas. Prioritaskan hubungan yang sehat dan saling menghargai. Kalau suatu saat mereka berubah, kamu bisa menyambut mereka dengan sikap yang lebih tenang.
6. Fokus pada respons, bukan pada reaksinya
Kamu gak bisa kontrol cara orang bersikap, tapi kamu bisa kontrol bagaimana kamu merespons. Kalau mereka nyinyir, sindir, atau cuek, kamu bisa memilih untuk merespons dengan bijak. Jangan ikut menyindir atau membalas dengan cara serupa, karena itu hanya memperpanjang lingkaran toxic.
Kamu bisa cukup bilang, "Aku lebih nyaman kalau kita ngomong terus terang aja ya, biar gak saling salah paham." Dengan begini, kamu tetap pegang kendali atas dirimu sendiri. Dan itu bentuk kekuatan yang jauh lebih berharga daripada sekadar "menang debat".
7. Tawarkan jalan komunikasi yang lebih sehat
Kalau kamu masih ingin mempertahankan hubungan, ajak mereka untuk membangun komunikasi yang lebih sehat. Misalnya, kamu bisa bilang kalau kamu lebih suka mengobrol secara langsung dan siap mendengarkan apa pun omongannya. Omongan seperti itu menunjukkan kalau kamu terbuka dan peduli, tapi juga tegas soal batasan.
Kadang orang yang pasif-agresif bersikap begitu karena merasa takut ditolak atau gak bisa menyampaikan perasaan secara langsung. Dengan kamu membuka jalan yang lebih baik, kamu bantu mereka merasa lebih aman untuk jujur. Dan siapa tahu, itu jadi titik balik buat hubungan kalian jadi lebih sehat.
Menghadapi teman yang sering bersikap passive-aggresive memang tricky. Tapi dengan tetap tenang, tegas, dan menjaga batas yang baik, kamu bisa tetap waras tanpa kehilangan empati. Ingat ya, kamu juga berhak ada di hubungan yang saling terbuka, jujur, dan sehat, termasuk dalam pertemanan.