Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi percakapan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi percakapan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Intinya sih...

  • Orang yang janjinya bisa dipegang memiliki ciri tidak terlalu banyak berjanji

  • Janji yang gak muluk-muluk menandakan kepercayaan yang lebih dapat dipegang

  • Rekam jejak ketika berjanji pada siapa pun menjadi penentu karakter seseorang

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Janji lebih dari sekadar ucapan biasa. Di dalam janji ada kesungguhan untuk menepati sesuatu yang belum terjadi saat ini. Janji juga biasa digunakan orang untuk mendapatkan kepercayaan atau kesempatan.

Maka pelanggaran atas janji yang telah disepakati bersama lebih menjengkelkan dari seseorang yang hanya lupa pernah berbicara sesuatu. Contohnya, seseorang lupa sudah pernah menceritakan pengalamannya padamu sehingga mengulanginya.

Kamu gak banyak dirugikan selain merasa bosan mendengarnya lagi. Namun, ketika orang mengingkari janjinya buat membahagiakanmu, artinya dirimu pasti menderita. Oleh karena itu, penting sekali kamu mampu membaca tanda orang yang janjinya dapat dipegang atau justru perlu diabaikan saja. Perhatikan, ya.

1. Justru tidak terlalu banyak berjanji

ilustrasi suasana kerja (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Sering kali orang mudah termakan segudang janji. Seolah-olah orang yang dapat menjanjikan ini itu pasti lebih bisa dipercaya daripada orang yang ogah berjanji. Atau, janjinya cuma sedikit. Padahal, tambah banyak janji yang diucapkan seseorang justru tambah rawan diingkari.

Janji sama dengan beban. Kian banyak beban yang harus dipikul, kian payah juga bagi seseorang. Sebagian besarnya pasti akhirnya ditinggalkan begitu saja. Itulah janji-janji yang mudah diucapkan, tapi tidak pernah diwujudkan.

2. Janjinya gak muluk-muluk

ilustrasi siap bekerja sama (pexels.com/Werner Pfennig)

Janji yang muluk tak berarti banyak. Bisa saja janjinya cuma satu, tetapi sangat sulit direalisasikan. Contohnya, orang yang mengajakmu bekerja sama dengan janji menaikkan laba perusahaan 10 kali lipat dalam waktu setahun.

Apa pun strategi yang dipaparkannya untuk mendapatkan keuntungan sebesar itu, sebaiknya dirimu gak usah memercayainya. Kamu tidak baru menjalankan usaha ini beberapa hari. Dirimu memang tak tahu segalanya. Akan tetapi, jelas kamu mengerti betapa sulitnya membuat laba naik 2 sampai 3 kali lipat dalam setahun. Apalagi 10 kalinya.

3. Rekam jejaknya ketika berjanji pada siapa pun

ilustrasi percakapan (pexels.com/August de Richelieu)

Semua hal yang dilakukan orang akan membentuk rekam jejak. Ada rekam jejak seseorang di dunia usaha kalau dia pernah menggelutinya. Ada pula rekam jejak terkait janjinya pada siapa pun. Aturan mainnya sederhana.

Kalau seseorang sering ingkar janji pada orang lain, tidak ada yang bisa diharapkan darinya. Sangat terbuka kemungkinan dirimu hanya akan menambah panjang daftar korban janji-janjinya. Bahkan bila tampaknya janji yang diingkari beda konteks dengan janjinya padamu. Semua itu menggambarkan wataknya yang asli.

4. Menyegerakan pemenuhan janji, bukan makin lama makin tak jelas

ilustrasi percakapan (pexels.com/RDNE Stock project)

Apakah kamu pernah merasa digantung oleh seseorang? Dia pernah menjanjikan sesuatu. Akan tetapi, sampai waktu lama berlalu gak ada tanda akan segera ditepati. Bahkan ketika dirimu mengingatkannya, ia tidak lantas bergegas menepati.

Ada saja alasannya yang membuat pemenuhan janji kian tidak jelas. Sekali saja dirimu mendapatkan perlakuan begini dari siapa pun, berhentilah memercayainya. Percaya dua kali pada orang yang gak mampu kasih kepastian atas janjinya sendiri sama dengan bersiap kembali kecewa.

5. Kalau tak mampu menepati segera memberi tahu tanpa banyak alasan

ilustrasi percakapan (pexels.com/cottonbro studio)

Memang tidak semua janji pasti bisa ditepati. Betapa pun besarnya kesungguhan seseorang ketika berjanji, ada hal-hal di luar kendalinya yang dapat terjadi. Contoh, pasangan dulu berjanji padamu akan membelikan rumah selambat-lambatnya setahun setelah menikah.

Faktanya, di tahun itu ia malah kehilangan pekerjaan atau harus membiayai orangtuanya yang sakit keras. Orang yang menyesali ketidakmampuannya menepati janji bakal segera mengatakannya. Tanpa alasan yang dicari-cari. Seperti harga rumah kian tidak masuk akal, belum ada perumahan yang lokasinya bagus, lagi marak penipuan oleh pengembang, dan sebagainya.

6. Berjanji dengan mindfulness, bukan saking bahagia atau sedihnya

ilustrasi dua orang pria (pexels.com/RDNE Stock project)

Mudahnya janji terucap dapat didorong oleh kondisi emosi yang naik atau turun secara tajam. Misalnya, orang yang sedang sedih dan kalut karena tekanan ekonomi. Ketika ia hendak meminjam uang, janjinya terdengar mustahil.

Seperti berapa pun bunganya tidak masalah, terpenting pinjaman segera cair. Logikanya, uang setara pinjaman saja dia tak memiliknya. Bagaimana ia akan dapat membayar bunga berapa pun yang diminta oleh pemberi pinjaman?

Demikian juga orang yang mendadak banyak berjanji saat bahagia sekali kurang bisa dipercaya. Dia hanya sedang di fase terlalu percaya diri. Mirip dengan orang yang mabuk. Saat kebahagiaannya mulai surut, ia bahkan tidak ingat akan janjinya atau menganggapnya cuma bercanda.

7. Tidak gentar menandatangani perjanjian tertulis

ilustrasi bersepakat (pexels.com/Khwanchai Phanthong)

Perjanjian tertulis seharusnya membuat pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian merasa lebih aman. Kamu sebagai orang yang dijanjikan sesuatu menjadi punya pegangan. Seandainya orang yang berjanji ingkar, ada bukti tertulis tersebut.

Pihak yang menjanjikan sesuatu juga semestinya gak perlu takut dengan perjanjian tertulis. Itu membatasi tanggung jawabnya padamu. Di dalam perjanjian jelas hak dan kewajiban masing-masing.

Dia tak bisa sembarangan didesak memenuhi tuntutan lain yang tak tertuang dalam perjanjian itu. Namun, jika seseorang menolak keras perjanjian tertulis berarti niatnya kurang baik. Atau, sedari awal ia sudah tahu kemampuannya di bawah apa yang dijanjikan.

Terkadang pengalaman 1 atau 2 kali dibohongi oleh orang yang pandai berjanji manis belum membuatmu kapok. Kamu kasih kesempatan lagi dan lagi untuknya. Mulai sekarang dirimu mesti lebih berhati-hati.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team