Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Mengapa Investasi Perasaan kepada Gebetan Sering Gagal Total?

ilustrasi gebetan (pexels.com/cottonbro studio)
Intinya sih...
  • Merasa dekat dengan gebetan membuat harapan besar, tapi sering berakhir gagal
  • Orang bisa mendekatimu hanya untuk teman, pelarian, atau hiburan tanpa niat serius
  • Terlalu cepat membayangkan hubungan jauh dan merasa kecewa karena ekspektasi tidak sesuai realitas

Merasa berdebar-debar ketika dekat dengan gebetan merupakan hal yang wajar, terlebih apabila setiap pesan dibalas dengan cepat dan percakapan terasa menyenangkan. Namun, mengapa pada akhirnya semua itu justru berakhir dengan kegagalan? Rasanya seperti sudah berinvestasi besar-besaran pada gebetan, tetapi hasilnya nihil.

Terutama bagi kamu yang mudah terbawa perasaan, situasi semacam ini dapat membuat diri enggan membuka hati lagi. Sebelum kamu semakin kehilangan harapan dan menyalahkan diri sendiri, penting untuk memahami alasan mengapa investasi perasaan kepada gebetan sering kali malah gagal total.

1.Gebetan kerap memiliki motivasi yang tidak konsisten

ilustrasi gebetan (pexels.com/Jonathan Borba)

Terkadang, seseorang mendekatimu bukan karena ingin menjalin hubungan yang serius, melainkan hanya ingin mencari teman berbincang, pelarian dari masa lalu, atau sekadar mengisi waktu senggang. Hal semacam ini kerap kali tidak terlihat pada awalnya, namun akan terasa ketika kamu mulai menaruh perasaan terlalu dalam. Ketika kamu merasa hubungan ini memiliki harapan, ternyata bagi dia hanya sebatas teman. Ketidaksesuaian niat ini membuat investasi perasaan menjadi jebakan.

Terlebih di era ini, banyak orang cenderung lebih suka mencari validasi melalui perhatian dari orang lain tanpa niat menjalin hubungan yang serius. Bagi mereka, aktivitas seperti saling menyapa, berbincang intens, atau bertemu beberapa kali bukanlah tanda keseriusan, melainkan hanya bagian dari rutinitas sosial yang fleksibel. Ketika kamu sudah merasa spesial, mereka justru masih menganggap semua itu sebagai hiburan semata.

2.Perasaanmu tumbuh terlalu cepat dibandingkan perkembangannya

ilustrasi gebetan (pexels.com/Boris Ivas)

Salah satu alasan hubungan dengan gebetan sering gagal adalah karena kamu terlalu cepat membayangkan hal-hal yang jauh, padahal interaksi masih berada di tahap pendekatan. Misalnya, baru mengenal selama satu atau dua minggu, kamu sudah membayangkan pergi berlibur bersama, memperkenalkannya kepada teman-teman, bahkan membayangkan dia hadir pada ulang tahunmu tahun depan. Harapan yang tumbuh terlalu cepat ini membuat ekspektasimu tidak sesuai dengan realitas.

Sementara kamu sudah menyusun rencana hubungan, gebetanmu masih berada pada tahap penjajakan yang santai. Hal ini bisa membuatmu merasa kecewa, sebab kamu telah menginvestasikan waktu, perhatian, bahkan kenyamanan pribadi untuknya. Sayangnya, bagi dia, semua itu masih sekadar percobaan. Ketimpangan perasaan ini sering kali menjadi akar dari kegagalan investasi emosional.

3.Kamu tidak mampu membaca tanda-tanda peringatan dengan jelas

ilustrasi gebetan (pexels.com/Katerina Holmes)

Perasaan yang terlalu dalam kadang membuatmu abai terhadap hal-hal kecil yang sebetulnya merupakan sinyal penting. Misalnya, dia sering menghilang, sering ingkar janji, atau hanya hadir ketika membutuhkan sesuatu. Tanda-tanda ini kerap diabaikan karena kamu lebih fokus pada momen manis yang pernah terjadi. Padahal, itu bisa menjadi peringatan awal bahwa hubungan ini tidak akan berlanjut.

Kemampuan untuk membedakan antara perhatian yang tulus dan sekadar basa-basi sangatlah penting tapi tidak semua bisa langsung membedakannya. Sayangnya, karena kamu sudah merasa nyaman dan memiliki harapan, kamu akhirnya mengabaikan intuisi. Kamu memilih untuk percaya bahwa dia sedang sibuk, bukan karena dia tidak berminat. Dari sinilah biasanya hubungan mulai retak perlahan hingga akhirnya benar-benar berakhir.

4.Kamu tidak memiliki batas jelas antara kasih sayang dan kebutuhan akan perhatian

ilustrasi gebetan (pexels.com/Samson Katt)

Banyak orang merasa telah jatuh cinta, padahal sebenarnya mereka hanya membutuhkan validasi. Rasa senang karena diperhatikan, menerima pesan setiap pagi, dan mendapat respons terhadap unggahan media sosial bisa tampak seperti cinta, namun sejatinya itu hanya bentuk kebutuhan akan pengakuan. Jika kamu tidak menyadari hal ini, kamu akan mudah merasa jatuh cinta padahal hanya ingin merasa dihargai.

Masalahnya, ketika perasaan ini tidak dibalas dengan intensitas yang sama, kamu akan merasa sangat kecewa. Padahal, gebetanmu tidak bersalah karena sejak awal tidak pernah memberikan janji apa pun. Kamu merasa dikecewakan oleh ekspektasimu sendiri, bukan oleh dia. Pahami dahulu apakah kamu benar-benar tertarik pada dirinya sebagai pribadi, atau hanya ingin merasa spesial karena diberi perhatian.

5.Gebetan lebih fokus pada diri sendiri daripada koneksi emosional

ilustrasi gebetan (pexels.com/Budgeron Bach)

Banyak orang yang sedang fokus pada pencapaian pribadi, pemulihan dari hubungan masa lalu, atau sekadar menikmati masa sendiri tanpa ingin terikat komitmen. Mereka mungkin  perhatian, sering mengajak berbicara, bahkan memberikan sinyal yang ambigu. Namun, di balik itu semua, prioritas utama mereka bukanlah membangun hubungan, melainkan pengembangan diri. Jika kamu menginginkan hubungan yang serius, bertemu dengan orang seperti ini hanya akan membuatmu merasa berjalan di tempat.

Koneksi emosional memerlukan dua individu yang sama-sama hadir dan memiliki keinginan untuk saling mengenal lebih dalam. Apabila salah satu pihak masih lebih banyak memikirkan dirinya sendiri, hubungan akan berjalan tidak seimbang. Bukan karena kamu kurang menarik, melainkan karena waktu dan tempatnya belum tepat. Maka, kegagalan bukan disebabkan oleh dirimu, tetapi karena perbedaan fokus yang terlalu jauh.

Pada akhirnya, investasi perasaan memang rentan gagal apabila tidak dilakukan dengan kesadaran penuh terhadap siapa yang sedang dihadapi dan apa yang benar-benar dirasakan. Kegagalan bukan berarti kamu lemah atau terlalu mudah terbawa perasaan, melainkan bagian dari proses pembelajaran untuk mengenali mana hubungan yang layak diperjuangkan dan mana yang hanya menjadi persinggahan.

Jadi, apabila suatu hari kamu merasa pernah membuang waktu karena menyayangi orang yang salah, anggap saja itu sebagai pelajaran berharga untuk mengetahui siapa yang pantas kamu perjuangkan selanjutnya. Sebab pada waktunya nanti, seseorang yang kamu investasikan perasaan akan datang dengan niat yang setara.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us