4 Topik yang Jangan Diungkapkan Terlalu Dini saat Menjalin Hubungan
potret pasangan sedang menghabiskan waktu bersama (pexels.com/Jose D´Alessandro)
Intinya Sih...
- Jangan membagikan drama keluarga pada tahap awal hubungan, karena dapat menyebabkan retraumatisasi dan mengganggu dinamika hubungan.
- Menunda pembicaraan tentang kondisi finansial, karena uang dapat memengaruhi jalannya hubungan dan membuat pasangan merasa kurang nyaman.
- Hindari membicarakan detail hubungan masa lalu dengan mantan, karena bisa membuat pasangan merasa insecure dan terbebani.
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saat kamu menjalin hubungan romansa dengan seseorang, kamu mungkin berharap bisa menemukan partner yang bersedia mendengar segala bentuk cerita yang ingin kamu bagi. Namun, demi hubungan jangka panjang yang sehat, menurut sisi pandang psikologi, ada beberapa hal yang sebaiknya tidak begitu saja kamu bagikan saat hubungan tersebut baru saja dimulai. Bukan artinya, kamu harus menjadi seseorang yang tertutup dan menyembunyikan banyak hal dari pasangan kamu. Tetapi, ada baiknya saat masih di tahap awal hubungan, kamu mempertimbangkan banyak terlebih dahulu.
Ada beberapa hal dalam hidup kamu yang nilainya tentu sangat berharga, sehingga untuk membaginya kamu memerlukan banyak pertimbangan. Pertimbangan ini juga bukan hanya karena hal tersebut bersifat sangat pribadi, tetapi juga dapat mempengaruhi jalannya kehidupan ke depannya. Terkadang, ada beberapa hal yang sebaiknya tidak diketahui orang lain, bukan? Terkadang, kamu juga sebaiknya membagikan hal-hal ini pada waktu yang lebih tepat dengan cara yang jauh lebih bermakna.
Jika kamu masih bingung, sejauh mana hal yang bisa kamu bagi dalam tahap hubungan yang masih dini, berikut ini beberapa topik yang jangan dibagikan dahulu, menurut psikologi!
1. Drama keluarga
potret pasangan sedang menghabiskan waktu bersama (pexels.com/Spora Weddings)Drama keluarga merupakan salah satu topik sensitif yang sering kali harus penuh pertimbangan untuk dibagikan, termasuk untuk seseorang yang akan menjadi pasanganmu di masa depan. Memang benar, berbicara mengenai orang tua yang sudah bercerai, keluarga yang punya banyak hutang, dan hal-hal serupa lainnya pada akhirnya perlu kepada calon pasanganmu. Di sisi lain, kamu tidak bisa langsung berbagi begitu saja, tanpa pertimbangan, karena drama keluarga merupakan sebuah topik yang sangat pribadi.
Menurut pekerja sosial Patricia Shelly, ada yang disebut sebagai retraumatisasi, yakni pengingat trauma di masa lalu secara sadar atau tidak sadar yang mengakibatkan terjadinya pengalaman peristiwa trauma awal. Berbagai trauma yang dihadapi seseorang, pasti salah satunya bisa menjadi pemicu. Oleh karena itu, saat ingin berbagi trauma tertentu kepada pasangan, kamu tidak bisa hanya mempertimbangkan diri sendiri, tetapi juga harus mempertimbangkan kondisi orang lain. Jangan sampai kamu dan pasangan jadi ibarat sedang saling melempar bom.
Baca Juga: 7 Tips Memilih Hadiah Bunga untuk Pasangan agar Lebih Mengesankan
2. Berapa banyak yang kamu hasilkan
potret pasangan menghabiskan waktu bersama (pexels.com/Alan Quirván)Kamu harus memahami bahwa uang itu penting dan juga dapat sangat memengaruhi jalannya suatu hubungan. Uang juga berkaitan dengan rasa malu, rasa bersalah, kekhawatiran, dan kekuasaan. Jadi, coba pertimbangkan kembali, kapan waktu paling tepat saat kamu harus memberitahukan kondisi finansial yang dimiliki kepada pasangan. Sebuah survei dilansir dari Hack Spirit, diketahui ada 38% pasangan yang bercerai karena masalah finansial. Namun, membicarakan masalah finansial ini terlalu cepat juga dapat membuat kamu dan pasangan merasa kurang nyaman.
Editor’s picks
Jika salah satu pihak menghasilkan uang lebih banyak daripada pasangan lainnya, hal ini dapat mengganggu dinamika hubungan kalian. Di lain sisi, ini juga dapat membuat kamu tampak terlalu fokus terhadap masalah keuangan. Kamu mungkin bisa juga dianggap berorientasi hanya pada keuangan pasangan saja. Jika belum meresmikan hubungan ke pelaminan, psikolog Max Alberhansky menyarankan untuk melakukan pembicaran terkait finansial ini dalam enam bulan pertama. Terlebih jika pasangan terlihat belum nyaman untuk membicarakannya.
3. Detail spesifik tentang mantan kamu
potret pasangan menghabiskan waktu bersama (pexels.com/cottonbro studio)Beberapa orang biasanya tidak nyaman jika pasangannya terlalu banyak membicarakan hubungan masa lalunya bersama mantan. Terutama saat hubungan yang kamu habiskan bersama mantan itu cukup lama atau mungkin kamu memiliki lebih banyak mantan daripada dia. Detail mengenai mantan tersebut sebenarnya tidak penting untuk hubungan kamu masa ini. Jangan ceritakan detail mengenai bagaimana kamu dan mantan sudah hampir menikah, bagaimana kamu pernah membuatkannya sebuah lagu, atau menghadiahkan ini dan itu. Kamu juga tidak sebaiknya membangga-banggakan pencapaian mantan di depan pasangan.
Hubungan yang sekarang kamu jalin, saat ini masih ada di tahap awal, di mana artinya masih sangat rapuh. Jangan sampai kamu membuatnya merasa insecure hingga seperti sedang bersaing dengan mantan kamu. Menurut psikolog Michaela Thomas, yang terpenting adalah soal keseimbangan. Artinya, jika memang harus menceritakan soal mantan, terlebih di masa hubungan masih seumur jagung, lebih baik ceritakan secukupnya saja. Ada banyak alasan yang mungkin membuat kamu harus membicarakan mantan, namun lebih baik diurungkan saja.
4. Waktu ideal kamu tentang menjalin hubungan
potret pasangan menghabiskan waktu bersama (pexels.com/SHVETS production)Bersikap jujur dan terbuka dengan pasangan mungkin baik, namun jika kamu mengutarakan keinginan kamu seperti, "setahun lagi saya akan menikah, kemudian memiliki satu anak", langsung pada saat kamu baru mengenalnya, itu akan terdengar seperti sebuah beban untuknya. Saat kamu memberitahukan waktu-waktu ideal yang kamu inginkan untuk setiap perencanaan masa depan dalam hubungan, pasangan akan merasa seperti didesak. Di sisi lain, bisa jadi ini juga menimbulkan keraguan dan ketidakpercayaan diri darinya. Jadi, jangan terlalu membeberkan keinginan kamu tersebut secara spesifik.
Terlebih, saat ia tidak benar-benar bertanya soal waktu dan rencana kamu menjalin hubungan seperti apa ke depannya. Menurut sebuah penelitian, pasangan yang suportif dan menetapkan tujuan sambil terus bertumbuh itu jauh lebih baik, daripada menerapkan hubungan terlalu dini di dalam sebuah hubungan. Jadi, daripada kamu bersikap terlalu kaku, biarkan semuanya berjalan perlahan-lahan tapi pasti dan mengalir begitu saja. Apa yang harus kamu ingat adalah lebih baik memelihara hubungan romansa tersebut daripada menekan.
Saran dari psikologi di atas diakukan agar seseorang bisa menjalin hubungan ideal yang diimpikannya, namun tidak dapat dijadikan pedoman seutuhnya. Jika dalam perjalanannya, ada beberapa hal yang terlanjur atau tidak sengaja kamu beritahukan pada pasangan, tidak perlu terlalu khawatir. Pada dasarnya, jika pasanganmu memang mencintaimu, maka ia pun tak akan merasa ditekan, melainkan hanya akan menerima dan menghargai setiap bagian diri, termasuk keinginan kamu.
Baca Juga: 7 Kondisi Kesehatan yang Perlu Dicek Sebelum Menikah dengan Pasangan
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
