ilustrasi perempuan yang adaptif (pexels.com/Anete Lusina)
Tubuh perempuan sering dianggap ‘terlalu sensitif’ terhadap perubahan, padahal sensitivitas ini adalah mekanisme biologis yang adaptif. Badan Kesehatan Perempuan menekankan melalui laman resminya, bahwa fluktuasi emosi perempuan merupakan bagian dari sistem regulasi hormonal yang sehat.
Musim hujan memperlihatkan bagaimana tubuh merespons perubahan eksternal dengan cepat—bukan sebagai kelemahan, melainkan sebagai bentuk kewaspadaan biologis.
Emosi yang lebih intens di musim hujan bukan tanda kerusakan hormon, tetapi sinyal bahwa tubuh sedang menyesuaikan ritme internalnya dengan lingkungan.
Melihat sensitivitas sebagai kekuatan membantu kita berhenti menyederhanakan pengalaman biologis perempuan menjadi sekadar ‘hormonal’.
Musim hujan memang mengubah banyak hal, tetapi bukan dengan cara yang sering kita bayangkan. Hormon perempuan tidak melonjak drastis hanya karena hujan turun. Yang berubah adalah keseimbangan cahaya, suasana hati, ritme tidur, dan respons stres—semuanya saling terhubung dalam satu sistem tubuh yang kompleks.
Daripada menyebutnya mitos atau drama hormon, mungkin lebih adil menyebutnya sebagai bahasa tubuh yang sedang berbicara pelan-pelan. Dan seperti bahasa apa pun, ia layak didengar, bukan disalahkan.