Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Seorang karyawan mengecek produk cangkir Naruna Keramik di Salatiga. (IDN TImes/Dhana Kencana)

Salatiga, IDN Times - Tidak sedikit pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tumbang akibat pandemik COVID-19. Bisnis macet alias berjalan mulus lantaran minim bahkan tidak ada permintaan pasar.

Satu dari mereka yang bertahan adalah Naruna Ceramic. UMKM asal Salatiga, Jawa Tengah berbasis kriya keramik itu memproduksi cangkir, gelas, mug, piring, dan mangkuk berbahan dasar tanah liat. Bagaimana dan apa saja strateginya?

1. Mengubah target pasar

Pelaku UMKM Naruna, Roy Wibisono mengecek produk cangkir keramik di Salatiga. (IDN Times/Dhana Kencana)

Sang pemilik (owner) UMKM Naruna, Roy Wibisono mengaku bersyukur karena saat COVID-19 mengganas di Tanah Air justru usahanya mampu ekspor ke berbagai negara. Seperti Australia, Inggris, Jerman, Belgia India, Qatar, dan Arab Saudi.

Jebolan Jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu mengaku mengubah target pasar dari yang semual berfokus pada Business to Business (B2B) menjadi Business to Customer (B2C)

"Saat (pandemik COVID-19) itu saya mengubah target pasar, dari yang semula ke kafe-kafe, coffeshop, dan resto atau B2B menjadi B2C alias ke personal individu-individu. Paling tidak dengan begitu (penjualan satu atau dua), masih ada pemasukan," kata pria berusia 51 tahun itu kepada IDN Times di Salatiga.

2. Serius memanfaatkan teknologi informasi

Editorial Team

Tonton lebih seru di