Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa (Dok. IESR)
Institute for Essential Services Reform (IESR) menilai, hidrogen hijau--hidrogen yang dihasilkan dari energi terbarukan seperti surya, angin, biomassa, dan panas bumi--berpotensi besar untuk mempercepat dekarbonisasi sektor energi di Indonesia. Penekanan itu disampaikan saat Global Hydrogen Ecosystem (GHES) 2025 di Jakarta, Rabu (16/4/2025).
Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa menyatakan, berdasarkan analisis IESR, biaya produksi hidrogen hijau di Indonesia saat ini masih berada di kisaran USD 4,3 hingga USD 8,3 per kilogram. Namun, angka itu diproyeksikan turun drastis menjadi sekitar USD 2 per kilogram sebelum tahun 2040, atau bahkan bisa tercapai pada 2030 jika ekosistem energi hijau nasional segera dikembangkan.
"Untuk membangun ekonomi hidrogen hijau yang kompetitif, Indonesia butuh pendekatan terkoordinasi. Ini mencakup pengembangan teknologi, regulasi yang mendukung, mekanisme pembiayaan yang inovatif, dan kerja sama internasional," kata Fabby dilansir keterangan resminya kepada IDN Times, Minggu (27/4/2025).