Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_3257.jpeg
Kegiatan ENERGY EXPLORE 2025 oleh Generasi Energi Bersih (GenB) Indonesia dan IESR di PT Alga Bioteknologi Indonesia (Albitec) di Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)

Intinya sih...

  • Albitec didirikan oleh Falasifah, fokus pada budidaya spirulina secara berkelanjutan dan memproduksi spirulina biru dengan nilai jual lima kali lipat dibanding spirulina hijau.

  • Albitec memanfaatkan PLTS dan PLTB untuk mendukung kebutuhan energi produksi dan kultivasi, serta mengurangi emisi karbon secara nyata.

  • Upaya Albitec penting untuk menjaga daya saing industri, terutama yang berorientasi ekspor, dengan pengurangan carbon footprint melalui pemanfaatan energi terbarukan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Semarang, IDN TImes - Siapa yang menyangka mikroalga berwarna hijau dan biru yang biasanya dikenal sebagai superfood ternyata bisa menjadi senjata andalan melawan krisis iklim sekaligus peluang bisnis di masa depan. Hal itu sukses dilakukan PT Alga Bioteknologi Indonesia (Albitec), perusahaan rintisan asli Semarang yang memproduksi spirulina untuk pangan, pakan, dan pewarna alami. Bahkan mereka juga menerapkan prinsip energi bersih di lini produksinya.

1. Dari laboratorium ke pasar luas

Produk powder Spirulina PT Alga Bioteknologi Indonesia (Albitec) di Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)

Albitec didirikan oleh Falasifah, yang merupakan lulusan Biologi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Albitec fokus pada budidaya spirulina secara berkelanjutan melalui sistem continuous cultivation.

Bahan bakunya seluruhnya berasal dari lokal dan kunci suksesnya ada pada nutrisi media budidaya, dan sel induk yang digunakannya yang tidak pernah diganti. Produk spirulina biru yang dihasilkan Albitec memiliki nilai jual lima kali lipat dibanding spirulina hijau biasa.

“Isolasi strain spirulina itu (menantang) dan susah, karena adanya mikroorganisme lain yang mungkin mengkontaminasi. Tapi kalau sudah terjaga, hasilnya bisa stabil dan berkualitas,” kata Falasifah kepada IDN Times, Kamis (7/8/2025)

Perjalanan Albitec dimulai dari riset skala kecil di masa pandemik COVID-19, yang berkembang melalui program-program inkubasi bisnis.

“Dulu kami masih skala kecil, lalu pitching di berbagai program inkubasi, sedikit demi sedikit usaha ini tumbuh (dengan modal-modal dari situ),” kenang Falasifah.

Kini, selain memproduksi spirulina untuk pangan dan pakan berprotein tinggi, Albitec juga memasok pewarna alami untuk industri batik. Produk spirulina biru (phycocyanin) menjadi unggulan karena nilainya jauh lebih tinggi dan pasarnya terus berkembang.

2. Manfaatkan PLTS dan PLTB

Falasifah, Direktur PT Alga Bioteknologi Indonesia (Albitec) Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)

Dalam operasionalnya, Albitec memanfaatkan Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) untuk mendukung kebutuhan energi produksi dan kultivasi. Meski targetnya ingin 100 persen memakai listrik PLN, perusahaan tetap mengoptimalkan sumber energi bersih demi efisiensi.

Penggunaan listrik fas tiga (3-phase) di Albitec untuk area produksi dipadukan dengan inovasi ramah lingkungan lain. Dampaknya, aktivitas itu mampu me-recycle 70 persen wadah galon sekali pakai menjadi fotobioreactor dan sistem penyerapan karbon dioksida (CO₂) oleh mikroalga.

“Bagi kami, ini bukan hanya soal fungsi produksi, tapi bagaimana mengurangi emisi karbon secara nyata,” ungkap Falasifah.

Lebih lanjut, menurutnya, mikroalga seperti spirulina bisa diproduksi sepanjang tahun di Indonesia, menyerap CO₂ dari udara, sekaligus menghasilkan bahan baku bernilai ekonomi tinggi. Model bisnisnya yang berbasis permaculture dan waste-to-value memungkinkan tidak ada limbah yang terbuang percuma dalam rantai pasokon produksinya.

3. Penurunan carbon footprint untuk tingkatkan daya saing

Produk Spirulina PT Alga Bioteknologi Indonesia (Albitec) di Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)

Langkah Upaya Albitec sejalan dengan dorongan pemerintah dan tren pasar global. Koordinator Subnasional Akses Energi Berkelanjutan Institute for Essential Services Reform (IESR), Rizqi M. Prasetya menilai upaya Albitec penting untuk menjaga daya saing industri, terutama yang berorientasi ekspor.

“Pengurangan jejak karbon menjadi hal krusial, apalagi dengan adanya kebijakan seperti Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) di Uni Eropa. Pemanfaatan PLTS oleh Albitec merupakan contoh baik penyediaan energi bersih yang berdampak pada penurunan carbon footprint produk,” jelas Rizqi.

IESR mencatat, dekarbonisasi sektor industri tidak hanya membantu pencapaian target Net Zero Emission (NZE) tahun 2060, tapi juga membuka peluang ekonomi baru berbasis energi terbarukan.

RIzqi menyebutkan, implementasi pengurangan carbon footprint melalui pemanfaatan energi terbarukan juga telah didorong oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah melalui Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah Nomor 500.9/0006073 Tahun 2025 tentang Akselerasi Transisi Energi melalui Pemanfaatan Energi Terbarukan pada Sektor Industri menuju Industri HIjau.

4. Ajang anak muda belajar soal spirulina

Kegiatan ENERGY EXPLORE 2025 oleh Generasi Energi Bersih (GenB) Indonesia dan IESR di PT Alga Bioteknologi Indonesia (Albitec) di Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)

Dalam rangkaian ENERGY EXPLORE 2025 yang digelar oleh Generasi Energi Bersih (GenB) Indonesia dan IESR, puluhan anak muda mengunjungi pabrik Albitec untuk belajar langsung soal energi bersih dan inovasi mikroalga. Margareta Rosemary (23), peserta asal Jakarta yang tengah menempuh S2 Teknik Sistem Energi di Universitas Gadjah Mada (UGM), mengaku pengalaman tersebut berharga untuknya.

“Penelitian saya juga soal mikroalga, tapi beda spesies. Saya chlorella kalau ini kan spirulina. Di sini saya jadi paham kalau energi terbarukan bisa langsung diaplikasikan di industri. Tidak cuma soal energi, tapi juga dampaknya ke lingkungan,” ujarnya.

Ketua GenB Indonesia, Ilham Maulana, bahkan menyebut spirulina sebagai super-solution.

“Spirulina bukan hanya superfood, tapi juga solusi untuk gizi, lingkungan, dan ekonomi. Albitec menunjukkan potret masa depan pangan dan energi rendah karbon,” kata Ilham.

Editorial Team