Papan nama Kwaci cap Gadjah yang dipertahankan di tokonya (IDN Times/Fariz Fardianto)
Tidak diketahui secara pasti mengenai era kejayaan Kwaci Cap Gadjah, namun di dalam tokonya masih dapat dilihat sisa-sisa peninggalan sejarah saat meraih popularitasnya. Pada ruang tamunya masih terdapat papan nama produknya, lengkap dengan guratan tulisan Mandarin.
Uniknya, gambar Gajah sebagai logo paten Kwaci Cap Gadjah masih dipertahankan sampai sekarang.
"Sebelum pandemik ada 10 orang yang kerja. Kalau dulu bisa sampai 20 pekerja. Proses pemasarannya di wilayah lokal Semarang. Biasanya menyasar ke warung-warung," paparnya.
Di dalam toko, Yongki bilang sebagai kenang-kenangan, Sucipto selaku pemilik Kwaci Cap Gadjah sengaja memasang display patung gajah berukuran 15 sentimeter dan beberapa bungkus kuaci yang sangat ikonik.
"Bungkusnya yang dipajang di sini ukuran besar untuk isi kuaci 4 ons dan 2 ons. Lambangnya tetap gajah khas Thailand. Sekarang penjualannya turun drastis. Penyebabnya ya persaingan yang ketat. Industri camilan juga tumbuh subur di Semarang," pungkasnya.