Bocoran Kunci Sukses Produk UMKM Indonesia Agar Bisa Ekspor ke Eropa

Semarang, IDN Times - Produk batik asal Jawa Tengah masih sulit menembus pangsa pasar ekspor khususnya ke Eropa. Faktor utamanya adalah masih kurang tepatnya cara mempresentasikan produk batik ditambah dengan motif yang ditawarkan terlalu primitif.
1. Masih banyak yang salah arti dengan kata ekspor

Hal itu disampaikan oleh Perwakilan Diaspora Inggris, Juniar Mahameru kepada IDN Times belum lama ini, saat dirinya melakukan kurasi terhadap puluhan produk UMKM di Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Jawa Tengah. Menurut Juniar masih banyak yang belum memahami arti dari kata ekspor ke luar negeri.
Sebab, tidak sedikit yang mengartikan ekspor dengan kegiatan berjualan di luar negeri. Padahal ekspor sendiri merupakan kegiatan yang dicatat di pabean, baik keluar maupun masuk, serta ada pemasukan bagi devisa negara.
"Banyak yang beli batik di luar negeri. Satu hingga 20 potong. Apakah itu ekspor? Ikut pameran di luar negeri bukan ekspor. Namanya pedagang keliling internasional," kata Juniar.
2. Kesalahan presentasi menjadi titik gagal ekspor sebuah produk

Faktor lain belum mampunya produk batik ekspor ke Eropa lantaran ada kesalahan saat presentasi produk tersebut. Kondisi tersebut juga membuat produk-produk batik asli Indonesia sulit menembus pasar Eropa.
"Di (masyarakat) kita ada filosofi-filosofi pada motif batik. Misal Gunungan Wijaya Kusuma, Gatotkaca, Parang Sewu, Udan Liris. Sampai di (Eropa) sana tidak bisa related. Contohnya motif Beras Kecer, mereka orang-orang di sana tidak pernah melihat beras," ungkap Juniar.
3. Baru satu motif batik Indonesia yang ekspor Eropa
Ditanya apakah sudah ada produk batik asal Jawa Tengah yang melakukan ekspor ke Eropa, Juniar menyatakan hingga saat ini belum ada. Namun untuk motif batik dari Indonesia sudah ada yang ekspor ke Eropa, yaitu motif batik Cirebon, Megamendung.
"Ada satu-satunya motif yang ekspor di Eropa, batik motif Megamendung. Ada di Paris Fashion Week. Motif Megamendung ada di baju-baju summer-nya Mark & Spencer. Motif Indonesia ada yang masuk? ada. Tapi produk batik Indonesia belum ada yang masuk," jelas Juniar.
4. Bermitra dengan diaspora menjadi kunci bisa ekspor

Juniar berharap para pelaku UMKM di Indonesia bisa bermintra dengan warga Indonesia di luar negeri, termasuk mereka yang aktif dalam kegiatan diaspora.
"Kuncinya dan PR-nya jangan malu bermintra dengan orang luar atau kami (para diaspora) yang tinggal di luar negeri. Kami ada network di Inggris, Amerika, Prancis, yang bisa bantu. Misal, yuk kita kawinkan batik bercerita ini di museum ini," harap Juniar.
Dengan bermitra tersebut, imbuh Juniar, bisa menjadi ladang evaluasi dan koreksi produk, termasuk kualitas para UMKM, untuk siap ekspor ke luar negeri, termasuk ke Eropa.