Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi UMKM (IDN Times/Dhana Kencana)
ilustrasi UMKM (IDN Times/Dhana Kencana)

Intinya sih...

  • UMKM menyumbang lebih dari 60 persen PDB dan menyerap hampir 97 persen tenaga kerja di Indonesia.

  • Salah satu terobosan OJK adalah Securities Crowdfunding (SCF) untuk mempertemukan UMKM dengan investor.

  • Literasi keuangan mengajak masyarakat mengubah pola pikir dari konsumen menjadi pemilik aset.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Semarang, IDN Times – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jawa Tengah mengadakan Sosialisasi Alternatif Pendanaan UMKM dan Puncak Bulan Literasi Keuangan 2025 pada Rabu (20/8/2025)--Kamis (21/8/2025). Mereka ingin literasi keuangan tidak hanya berkutat soal angka, tapi bisa mengupayakan bagaimana masyarakat, terutama UMKM dan generasi muda memegang kendali atas masa depan finansialnya sendiri.

1. UMKM rentan pendanaan

Ilustrasi UMKM. (IDN Times/Aditya Pratama)

Seperti diketahui, UMKM menyumbang lebih dari 60 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap hampir 97 persen tenaga kerja di Indonesia. Meski demikian, Kepala OJK Jateng, Hidayat Prabowo mengaku, banyak di antara mereka masih kesulitan mendapatkan modal.

“OJK ingin menghadirkan instrumen pembiayaan yang inovatif agar UMKM tumbuh lebih kuat, mandiri, dan tetap terlindungi,” katanya dilansir keterangan resmi, Minggu (24/8/2025).

Salah satu terobosan OJK adalah Securities Crowdfunding (SCF), sebuah skema urun dana berbasis teknologi yang mempertemukan UMKM dengan investor. Ibarat “gotong royong digital”, SCF memungkinkan pelaku usaha kecil untuk mendapatkan modal tanpa harus bergantung pada pinjaman konvensional.

2. Mengubah pola pikir dari konsumen menjadi investor

Sosialisasi Securities Crowdfunding (SCF) di Semarang (Dok. OJK Jateng)

Literasi keuangan yang digaungkan OJK itu bukan cuma soal mengedukasi UMKM. Lewat kegiatan tersebut, masyarakat diajak mengubah pola pikir dari sekadar konsumen menjadi pemilik aset.

Direktur Perizinan Perorangan, Profesi Penunjang, dan Lembaga Penunjang Pasar Modal OJK, Muhamad Adi Wijoyo menekankan, dengan adanya POJK 17/2025, masyarakat saat ini memiliki kepastian hukum dalam berinvestasi melalui layanan urun dana.

“Instrumen ini tidak hanya memperluas akses pendanaan UMKM, tapi juga membuka peluang bagi masyarakat untuk menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi,” katanya.

Bendahara Umum Asosiasi Layanan Urun Dana Indonesia (ALUDI), Yandhi Surya menambahkan, sudah ada kisah sukses penerbit SCF di Jawa Tengah.

“Mereka bisa memperluas produksi, membangun reputasi di mata publik, dan memberi dampak nyata seperti penyerapan tenaga kerja,” ujarnya.

3. Literasi keuangan masih tertinggal

Kegiatan Investment Competition tingkat SMA/sederajat se-Jawa Tengah dan DIY di Semarang. (Dok. OJK Jateng)

Meski indeks inklusi keuangan Indonesia sudah mencapai 80,51 persen, Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2025 menunjukkan literasi baru di angka 66,46 persen. Praktis, banyak orang punya rekening bank atau bahkan investasi, tapi tidak sepenuhnya memahami manfaat dan risikonya.

OJK berupaya menutup gap tersebut dengan inovasi edukasi keuangan.

Ejawantahnya terlihat dari Investment Competition tingkat SMA/sederajat se-Jawa Tengah dan DIY. Dari ajang yang berlangsung sejak Mei hingga Agustus 2025, memunculkan tiga pemenang. Yakni juara satu SMA N 10 Bantul, juara dua SMA N 1 Salatiga, dan juara tiga SMK N 2 Pekalongan.

Menurut Kepala Biro Perekonomian Jateng, Agus Prasutio, kompetisi tersebut lebih dari sekadar lomba karena menjadi gerakan edukasi untuk melahirkan generasi muda yang melek pasar modal, cerdas berinvestasi, dan berintegritas. Indonesia Emas 2045 ada di tangan mereka.

Editorial Team