Layanan undangan digital milik invitato Indonesia. (IDN Times/Dok Invinato Indonesia)
Di saat orang-orang belum familiar, ia menganggap penggunaan undangan digital punya tantangan tersendiri. Terlebih lagi di Jawa Tengah terutama Semarang belum pernah ada pernikahan yang memakai undangan digital.
Meski menciptakan undangan digital, mereka awalnya tetap membuat undangan fisik, namun di dalamnya tersedia QR Code.
"Kami kemudian kombinasikan undangan fisik dan website invitation. Jika undangan cetak itu dikasihkan kepada tamu orang tua dan tetangga, sedangkan yang digital untuk teman-teman. Cuman tamu undangan fisik juga bisa scan QR Code di hari H. Karena, QR Code-nya diselipkan ke dalam undangan fisik mereka masing-masing. Jadi ketika tamu datang, mereka tinggal menunjukkan kartu QR Code itu ke registrasi tanpa menulis dengan pena," jelasnya.
Alasannya membuat dua versi undangan pernikahan itu, Dinda mengungkapkan jika untuk menerapkan digital, ia sebut tidak semua usia bisa sepenuhnya menerapkan hal itu, terutama para lansia.
"Tetapi beda lagi untuk generasi orang tua, nenek, kakek saya nggak bisa dipaksakan untuk bisa berteman dengan digital. Karena itu, kami berikan solusi bikin undangan fisik dengan dilengkapi QR Code yang dicetak juga. Sehingga mereka bisa mengenal dengan pelan-pelan, bukan tiba-tiba terbiasa konvensional di switch menjadi digital dan pastinya akan kaget terkesan tidak friendly bagi mereka," katanya.
Semula tak ada di pikirannya untuk membuat undangan digital jadi bisnis. Lantaran, ia bersama suaminya agar pernikahannya berjalan dengan lancar tanpa kendala melalui kemampuannya di bidang start-up.
Ia menuturkan setelah pernikahan selesai, mulai bermunculan pesanan dari vendor yang dipercaya menangani saat pesta pernikahannya.
"Setelah pernikahan kami selesai, nggak ada planning untuk menjadi bisnis. Kita masih bekerja di sebuah company masing-masing. Tetapi kita mendapatkan beberapa pesanan dari vendor Semarang, entah dari vendor yang menangani pernikahan kami atau tidak menghubungi untuk membuatkan kliennya. Bahkan, saat itu kita belum punya patokan pricelist yang pasti. Dan juga pesanan masih mulut ke mulut antara sesama vendor yang merekomendasikan order ke kami," paparnya.