Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_20250807_132058.jpg
Pusat penelitian rempah PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk di Kabupaten Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)

Intinya sih...

  • Sido Muncul memanfaatkan limbah pabrik untuk menggantikan solar sebagai bahan bakar boiler, ramah lingkungan dan hemat biaya.

  • Setiap hari, sekitar 38 ton limbah organik dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler yang menghasilkan steam untuk proses produksi.

  • Bauran energi terbarukan Sido Muncul telah mencapai 91 persen, dengan rincian dari biomassa, listrik PLN bersertifik

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Semarang, IDN Times - Transisi energi tidak hanya sekadar urusan teknologi atau kebijakan pemerintah. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk membuktikan jika perubahan tersebut dimulai dari tempat paling sederhana, yakni limbah pabrik. Mereka memanfaatkan limbah pabrik ampas ekstrak jamu dan ranting pohon untuk diubah menjadi energi bersih yang menggerakkan mesin-mesin industri.

Lebih dari itu, Sido Muncul juga membuka pintu bagi generasi muda untuk belajar langsung soal transisi energi. Dalam program ENERGY EXPLORE 2025: Youth Leaders on the Path to Renewable Transition, puluhan anak muda diajak melihat langsung praktik energi terbarukan di pabrik seluas hampir 39 hektare (ha) itu.

"Saya jadi tahu kalau energi terbarukan itu bukan wacana, tapi sudah dijalankan langsung di industri. Dampaknya besar sekali, baik ke lingkungan maupun efisiensi produksi. Anak muda tidak boleh hanya jadi penonton. Kita harus paham, terlibat, dan menjadi bagian dari perubahan" kata peserta asal Jakarta yang tengah menempuh studi S2 Teknik Sistem Energi di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Margareta Rosemary (23).

1. Dari sampah bisa ke solusi bisnis

Perwakilan Unit Departemen Teknik Sido Muncul, Nur Khamidi saat menjelaskan pemanfataan biomassa di PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk di Kabupaten Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)

Sejak 2015, Sido Muncul mulai serius memanfaatkan biomassa dari limbah padat seperti ampas ekstrak jamu dan limbah organik dari pabrik. Hal itu dilakukan untuk menggantikan solar sebagai bahan bakar boiler. Hasilnya tidak hanya ramah lingkungan tapi juga lebih hemat biaya.

"Tadinya limbah ini jadi masalah karena menumpuk. Tapi sekarang justru jadi penyelamat produksi dan lingkungan,” kata Perwakilan Unit Departemen Teknik Sido Muncul, Nur Khamidi, Kamis (7/8/2025).

Setiap hari, sekitar 38 ton limbah organik dimanfaatkan Sido Muncul sebagai bahan bakar boiler yang menghasilkan steam untuk proses produksi. Bahkan, untuk menjaga kualitas kalori, perusahaan juga menggunakan wood pellet dari limbah industri mebel sebagai booster panas.

Menurut Khamidi, efisiensi biomass mencapai 80 persen, dan meski masih kalah dari gas, nilai ekonominya tetap unggul. Harga wood pellet Rp2.000/kg dengan 4.500 kilokalori (kkal), jauh lebih murah dibanding solar yang mencapai Rp19.000/liter kalori hanya 9.000 kkal.

2. Bauran energi hampir 100 persen

PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk di Kabupaten Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)

Dari catatan mereka, saat ini, bauran energi terbarukan Sido Muncul telah mencapai 91 persen. Dengan rincian sebagai berikut.

  • 61,23 persen dari biomassa

  • Sekitar 23,64 persen dari listrik PLN bersertifikat energi terbarukan (REC)

  • Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap sebesar 2.000 kWp (tahap 1), ditargetkan bertambah 1--2 MWp pada tahap 2

“Kami tidak hanya mengurangi emisi, tapi juga menghemat operasional. PLTS atap bisa menekan biaya listrik hingga 30 persen dibandingkan tarif PLN,” ujar Energy & Production Support Manager Sido Muncul, Iwan Setyo Wibowo.

Meski demikian, Iwan mengakui transisi energi juga punya tantangan. PLTS atap, misalnya, hanya bisa digunakan maksimal 15 persen dari kapasitas listrik terpasang karena aturan teknis jaringan PLN. Selain itu, biomassa butuh gudang besar dan harus dijaga kualitasnya, terutama saat musim hujan yang membuat bahan bakar jadi lembap.

3. Offset karbon mencapai 1.500 ton CO₂

Produk PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk di Kabupaten Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)

Dengan pendekatan tersebut, Sido Muncul mampu menurunkan emisi GRK dari energi sebesar 9.020 ton CO₂e per tahun, dengan offset karbon dari biomassa sebesar 1.500 ton CO₂. Data itu juga sudah diverifikasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).

Iwan menyebutkan, biomassa organik yang digunakan tidak dihitung dalam emisi langsung karena termasuk bagian dari siklus hayati. Jika limbah organik dibiarkan membusuk, justru menghasilkan metana (CH₄) yang lebih berbahaya daripada CO₂.

“Kami menerapkan prinsip keberlanjutan, tidak hanya untuk bisnis tapi juga untuk masa depan lingkungan. Oleh karena itu kami manfaatkan (limbah organik) untuk biomassa,” tegas Iwan.

4. Industri bisa menjadi guru masa depan energi

Program ENERGY EXPLORE 2025: Youth Leaders on the Path to Renewable Transition di PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk di Kabupaten Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)

Dalam kunjungan yang diinisiasi oleh Generasi Energi Bersih (GenB) dan IESR itu, para peserta tidak hanya diajak melihat teknologi. Mereka juga berdiskusi langsung dengan manajemen pabrik. Peserta mendapatkan pemahaman mengenai tantangan praktis dan teknis dari implementasi energi terbarukan di industri nyata.

“Dari Sido Muncul kita belajar bahwa industri besar bisa tetap tumbuh tanpa mengorbankan lingkungan. Pemanfaatan biomassa dan pemasangan PLTS atap sebagai sumber energi di sini menjadi inspirasi bagi pelaku industri lain untuk beralih ke solusi rendah emisi," aku Ketua Nasional Generasi Energi Bersih Indonesia, Ilham Maulana.

Menurut Koordinator Subnasional Akses Energi Berkelanjutan IESR, Rizqi M Prasetyo, inisiatif seperti itu penting untuk memperkuat keterlibatan generasi muda.

“Transisi energi memerlukan peran semua pihak, termasuk anak muda sebagai agen perubahan. Praktik baik seperti yang dilakukan Sido Muncul perlu direplikasi ke industri lain,” ujarnya.

5. Langkah Sido Muncul perlu direplikasi

Energy and Production Manager Sido Muncul, Iwan Setyo Wibowo saat menjelaskan sumber energi PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk di Kabupaten Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)

Rizqi menyebutkan, Sido Muncul telah membuktikan jika industri tidak hanya bisa menjadi pengguna energi, tapi juga pendidik dan inspirator dalam transisi energi nasional. Langkah-langkah konkret mereka bukan hanya mendukung target pemerintah mencapai 23 persen bauran energi terbarukan di tahun 2025, tetapi juga mendorong kesadaran generasi muda untuk ikut bergerak.

“Sektor industri berkontribusi lebih dari 75 persen dari total pemasangan PLTS atap di Jawa Tengah. Langkah Sido Muncul membuktikan bahwa energi terbarukan tidak hanya ramah lingkungan, tapi juga efisien secara ekonomi. Praktik ini patut ditiru oleh industri lain,” ungkapnya.

RIzqi berharap, praktik pemanfaatan energi terbarukan di industri seperti Sido Muncul perlu ditingkatkan dan direplikasi di industri lain di Jawa Tengah, sebagaimana didorong oleh Pemerintah Provinsi melalui Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah Nomor 500.9/0006073 Tahun 2025 tentang Akselerasi Transisi Energi melalui Pemanfaatan Energi Terbarukan pada Sektor Industri menuju Industri HIjau.

Editorial Team