Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Mantri BRI sedang menemui nasabah untuk memproses kredit dengan aplikasi BRISpot (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Sektor perbankan melakukan transformasi digital seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menjawab tantangan perubahan itu dengan menyiapkan infrastruktur untuk menunjang layanan serta gaya hidup digital yang serba cepat dan mudah.

Peluncuran BRIsat jadi tonggak transformasi digital

Mantri BRI sedang menemui nasabah untuk memproses kredit dengan aplikasi BRISpot (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Peluncuran satelit BRI yang diberi nama BRIsat di Guyana Prancis pada tahun 2016 menjadi tonggak peradaban baru layanan BRI kepada masyarakat di era digital. Melalui investasi yang menelan biaya sebesar Rp3,375 triliun itu, bank berplat merah ini menjadi bank pertama di dunia yang memiliki dan mengoperasikan telekomunikasi satelit. Selama tujuh tahun terakhir, BRIsat berperan vital dalam memastikan setiap jaringan kantor dan ATM BRI tetap terhubung ke data center BRI.

Bahkan, melalui poros satelit itu ekosistem digital BRI menjadi terus berkembang dan membawa berkah bagi para tenaga pemasar layanan perbankan yang menjadi ujung tombak seperti Mantri hingga agen BRILink dan Kredit Ultra Mikro (UMi) dalam menjangkau nasabah di daerah pelosok sekalipun. 

Seperti kisah Andy Budi Prasetyo, siang itu pria yang berprofesi sebagai marketing dan analisis mikro (Mantri) di BRI Unit LIK Kaligawe Kota Semarang ini mendatangi sebuah warung makan di Jalan Raya Kaligawe Semarang. Ia kemudian menyapa pemilik warung yang saat itu sedang melayani pelanggan. 

“Siang Bu Atmini, izin saya mau mengkonfirmasi data ibu terkait pengajuan pinjaman ke BRI. Boleh saya pinjam KTP-nya bu?” tutur Andy.

Atmini kemudian masuk ke dalam untuk mengambil KTP dan menyerahkan kepada Andy. Kemudian, pria berusia 34 tahun itu mengeluarkan ponsel miliknya dan membuka aplikasi BRISpot. Lalu, ia membuka fitur terkait berkas pengajuan pinjaman milik Atmini. Selain itu, Andy juga mengkonfirmasi terkait alasan Atmini ingin mengakses pinjaman di BRI.

“Benar ya, ibu akan meminjam Rp75 juta selama tiga tahun untuk renovasi rumah dan tambahan modal usaha?” tanyanya pada perempuan berusia 67 tahun itu. 

Tidak butuh waktu lama, setelah mencocokkan data nasabah dan menyalin beberapa berkas melalui aplikasi digital BRISpot, Andy menyampaikan bahwa Atmini esok hari bisa datang ke BRI Unit Kaligawe untuk tanda tangan surat perjanjian hutang dan pencairan kredit. 

Aplikasi digital pangkas proses kredit

Mantri BRI sedang menemui nasabah untuk memproses kredit dengan aplikasi BRISpot (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Dalam sekejap urusan antara Mantri BRI dan nasabah itu terselesaikan dengan menggunakan BRISpot. Andy menuturkan, sejak diluncurkan pada tahun 2019, aplikasi tersebut sangat menunjang pekerjaan mantri yang harus menjangkau nasabah dimanapun ia bertugas.

Kehadiran aplikasi digital itu mampu memangkas proses kredit yang relatif panjang menjadi sangat singkat. Yakni, dari yang semula butuh proses dalam hitungan minggu atau hari untuk sampai kepada keputusan kredit, menjadi bilangan jam bahkan menit.

“Proses kredit pakai aplikasi BRISpot ini mudah dan cepat. Langsung bisa diproses di tempat, nasabah juga tidak perlu datang ke cabang. Jadi, selama ada sinyal, melayani nasabah pakai BRISpot bisa one day service atau nasabah sering bilang sedino cair (sehari bisa cair, red),” kata Andy saat ditemui IDN Times, Jumat (10/2/2023). 

Adapun, kata Andy, keunggulan lain dari BRISpot ini paperless, tidak perlu mencetak berkas-berkas calon debitur dan pengelolaan pun dilakukan secara digital.  

Karyawan BRI yang sudah delapan tahun menjadi mantri ini setiap hari terjun ke lapangan untuk menemui nasabah secara door to door dari berbagai kalangan seperti pedagang pasar, nelayan, dan UMKM. Tidak hanya menawarkan pembiayaan, Andy juga membangun komunitas dan ekosistem digital di kalangan tersebut. 

“Dari komunitas itu saya juga mengembangkan ekosistem digital BRI. Jadi, ibaratnya Mantri BRI ini bukan sekadar mencari nasabah untuk hutang, tapi juga mengedukasi masyarakat tentang layanan keuangan seperti jadi konsultan keuangan agar pembukuan jual beli mereka lebih tertib, ngajarin pakai transaksi pakai aplikasi BRImo, cara narik uang di ATM tanpa kartu, dan lainnya. Intinya, sebagai Mantri BRI harus punya jiwa tulus melayani,” tandasnya. 

Jangkau nasabah mikro lewat agen Kredit UMi

Seorang agen BRILink yang juga agen kredit UMi melayani nasabah dalam bertransaksi keuangan. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Selain Andy, Mufarrikah juga merasakan berkah dengan bergabung dalam ekosistem digital BRI. Agen BRILink dan UMi ini. Pedagang toko kelontong di Jalan Karangkimpul RT 3 RW 1, Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang ini sudah tujuh tahun menjalani peran sebagai agen BRILink dan UMi. 

Perempuan berusia 54 tahun ini awalnya ragu menjadi agen BRILink karena merasa dirinya gaptek alias gagap teknologi. 

“Awal-awal susah gimana caranya pakai aplikasinya di handphone . Kalau salah mencet nanti transaksinya ambyar. Namun, saya dibantu sama teman-teman Mantri BRI dan akhirnya bisa,” katanya.

Kini Mufarrikah tidak hanya menjadi agen BRILink yang melayani pembayaran tagihan listrik, cicilan angsuran motor, BPJS, beli pulsa dan token listrik saja. Namun, ibu tiga anak ini juga menjadi agen Kredit UMi yang menyalurkan pinjaman dengan aplikasi BRISpot. Kini jumlah nasabah pinjaman yang dikelola Muffarrikah mencapai 30 orang dengan nilai pinjaman Rp3 juta—Rp10 juta.

“Saya juga melayani orang yang mau pinjam uang tanpa agunan. Mereka bisa pinjam maksimal Rp10 juta dengan jangka waktu cicilan 6 bulan. Rata-rata yang pinjam sih tetangga buat modal usaha. Memang saya pilih nasabah yang dekat-dekat saja biar nagihnya nggak susah,” katanya.

Selama menjadi agen BRILink dan Kredit UMi, Mufarrikah dapat menambah pemasukan keluarga. Hasil tersebut ia gunakan untuk bayar sekolah anak dan belanja kebutuhan sehari-hari.

Pengalaman dan kisah ujung tombak BRI yang paling dekat melayani masyarakat itu sesuai prinsip transformasi digital Go Smaller, Go Shorter dan Go Faster. Adapun, digitalisasi BRI dilakukan dengan mengacu pada tiga kerangka kerja utama, yaitu Digitizing Core, Digitizing Ecosystem dan New Digital Proposition.

Untuk diketahui, Digitizing Core adalah digitalisasi proses bisnis yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan fokus pada efisiensi. Kemudian, pada Digitizing Ecosystem, BRI berusaha menyiapkan platform-platform digital untuk mendorong BRI masuk ke dalam bisnis ekosistem value chain sehingga diharapkan bisa menjadi sumber pertumbuhan baru di sisi Current Account Saving Account (CASA), Fee Based Income (FBI) dan nasabah baru BRI.

Sedangkan, New Digital Proposition, BRI melakukan inovasi teknologi finansial dengan pendekatan digital secara penuh dan bisnis model baru yang dapat memberikan layanan kepada nasabah dengan lebih cepat, lebih baik dan lebih efisien.

Penyaluran kredit tumbuh positif

Ilustrasi penggunaan Brimo. (Dok. BRI)

Sementara, kinerja mantri dan agen Kredit UMi dengan menggunakan BRISpot tersebut berdampak pada pertumbuhan kredit di BRI Unit LIK Kaligawe. 

Kepala Unit BRI LIK Kaligawe Semarang, Dicky Mochamad Abadi mengatakan, penyaluran kredit tumbuh sebesar 10 persen pada tahun 2022 dibandingkan tahun sebelumnya. Bahkan, meski banyak debitur yang terdampak tapi proses penyaluran kredit tetap berjalan karena layanan dilakukan secara digital. 

“Walaupun kondisi pandemik kami tetap menyalurkan kredit kepada nasabah. Hal itu didukung dengan aplikasi BRISpot. Jadi, meski tidak bisa tatap muka, mantri tetap bisa melayani nasabah secara daring,” katanya. 

Selanjutnya, penggunaan BRISpot di wilayah BRI Regional Office (RO) Semarang terbukti sangat efektif dan meningkatkan efektivitas tenaga pemasar baik di segmen Mikro, Kecil (SME) dan Konsumer (KPR dan Briguna). Aplikasi mobile device tersebut berhasil membuat proses kredit menjadi lebih cepat, efisien, paperless dan digital base. 

Assistant Manager Business Consumer BRI RO Semarang, M Naufal menyampaikan, jika di rata-rata saat ini produktivitas tenaga pemasar meningkat 20 persen sampai dengan 30 persen. Selain itu, BRISpot telah menerapkan mitigasi risiko yang memadai dengan disematkannya fitur geotagging yang bisa mendokumentasikan titik lokasi nasabah secara akurat saat proses kredit. 

“Teknologi tersebut sangat memudahkan pemutus setiap saat dapat melakukan pengecekan berdasarkan informasi-informasi yang sudah ada di sistem. Hal ini dilakukan sebagai fungsi dual control dan pengawasan untuk memastikan kebenaran proses kredit. Penggunaan BRISpot di segmen konsumer oleh tenaga pemasar saat ini pun sudah hampir mencapai 100 persen,” ungkapnya saat dikonfirmasi, Rabu (15/2/2023).

Selain itu, penggunaan BRISpot sangat berdampak positif dan menjadi bagian penting di dalam pertumbuhan kredit di wilayah BRI RO Semarang. 

Naufal menjelaskan, hal tersebut dikarenakan aplikasi digital ini memiliki keunggulan dan kunci, yaitu berupa kecepatan karena dengan proses digitalisasi melalui aplikasi ini proses kredit hanya memakan waktu satu hari saja. Sementara, pada umumnya pengajuan kredit di bank memerlukan waktu relatif lama karena kebutuhan administrasi dan analisa oleh pihak bank. 

“Maka dari itu, RO Semarang pun berkomitmen untuk terus memfasilitasi nasabah dalam pembayaran digital, dengan harapan di sektor e-commerce, dapat mengalami pertumbuhan dua hingga tiga kali lipat,” tandasnya. 

Jaga loyalitas nasabah

Gedung BRI (Dok. Bank BRI)

Sementara Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eko Listiyanto menambahkan, menjaga loyalitas nasabah menjadi tugas berat dalam transformasi digital. Sebab, saat ini setiap bank juga melakukan upaya digitalisasi demi menggaet nasabah. 

“Setiap tahun mereka (bank, red) meng-update fitur layanan karena melihat kompetitor layanannya semakin cepat atau tidak lemot dan mudah,” ujarnya saat dikonfirmasi, Kamis (16/2/2023).

Namun, menurut Eko, persoalan tidak selesai setelah bank terdigitalisasi. Industri jasa keuangan tersebut juga harus tetap update pada segmen bisnis. Upaya ini agar layanan digital yang dimiliki tereksplorasi keunggulannya sehingga tidak kalah dengan pembayaran startup .

Editorial Team