Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Dekarbonisasi Industri: Kunci Tingkatkan Daya Saing Produk Domestik

Salah satu sesi di event Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2024 yang diadakan Institute for Essential Services Reform (IESR) di Jakarta, 4–6 November 2024. (Dok. IESR)
Intinya sih...
  • Indonesia memperkuat transisi energi untuk daya saing produk domestik di pasar global
  • Dekarbonisasi sektor industri diperlukan untuk mengurangi emisi dan meningkatkan daya saing produk domestik
  • Pemerintah sedang menyusun peta jalan dekarbonisasi untuk sektor industri dengan dukungan dari IESR

Semarang, IDN Times — Indonesia terus memperkuat komitmennya dalam transisi energi demi mengamankan daya saing produk-produk domestik di kancah internasional. Upaya itu menjadi penting di tengah meningkatnya standar keberlanjutan global dan kebijakan baru dari Uni Eropa berupa Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM), yang akan diterapkan secara resmi pada tahun 2026. Kebijakan tersebut memberikan pajak tambahan pada produk dengan jejak karbon tinggi, seperti semen, pupuk, listrik, besi dan baja, serta aluminium.

1. Emisi di sektor industri tinggi

Manajer Program Transformasi Sistem Energi IESR, Deon Arinaldo saat menjadi pembiacara di salah satu sesi event Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2024 yang diadakan Institute for Essential Services Reform (IESR) di Jakarta, 4–6 November 2024. (Dok. IESR)

Institute for Essential Services Reform (IESR) melihat, percepatan transisi energi menuju energi terbarukan dan dekarbonisasi sektor industri adalah langkah strategis yang perlu diprioritaskan.

“Dekarbonisasi kebutuhan energi panas industri dapat memangkas emisi secara signifikan, sehingga mengurangi jejak karbon sektor industri dan meningkatkan daya saing produk domestik,” kata Manajer Program Transformasi Sistem Energi IESR, Deon Arinaldo, dalam wawancaranya pada Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2024.

Deon menjelaskan, konsumsi energi di Indonesia pada 2022 masih didominasi oleh sektor industri yang mencapai 43,90 persen. Tingginya konsumsi itu berdampak pada meningkatnya emisi dari sektor industri hingga 30 persen, mencapai 400 juta ton setara karbon dioksida dibandingkan tahun 2021.

“Jika tidak ada upaya dekarbonisasi untuk mencapai net zero emission (NZE) pada 2050, emisi di sektor industri bisa meningkat dua kali lipat,” tambahnya.

Lebih dari 60 persen pelaku industri di Indonesia, menurut Deon, sebenarnya sudah bersedia melakukan dekarbonisasi. Meski demikian, mereka masih menunggu komitmen kuat dari pemerintah untuk menciptakan level of playing field yang setara. Hal itu menjadi krusial mengingat persaingan di pasar global yang makin ketat dengan adanya CBAM.

2. Peta jalan dekarbonisasi dan strategi pemerintah

White Smoke Coming Out from a Building (www.pexels.com)

Saat ini, pemerintah Indonesia tengah menyusun peta jalan dekarbonisasi untuk sektor industri, dengan dukungan dari IESR. Peta jalan itu mencakup berbagai sektor, termasuk industri ringan seperti tekstil, makanan dan minuman, otomotif, keramik, dan kaca.

“Selain menyusun peta jalan, pemerintah juga perlu menetapkan strategi agar transisi energi dan dekarbonisasi dapat menjadi bagian integral dari pertumbuhan industri,” jelas Deon.

Potensi perubahan pasar, seperti penggunaan ammonia sebagai bahan bakar di industri pupuk dan sumber energi alternatif, menjadi peluang yang harus segera dimanfaatkan Indonesia. Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat menjadi pemain penting dalam pasar yang lebih hijau dan berkelanjutan, sekaligus memperkuat daya saing produk domestik.

3. Dukungan energi kompetitif untuk pertumbuhan industri

Presiden RI, Prabowo Subianto membuat akun Instagram baru dengan username @presidenrepublikindonesia. (instagram.com/presidenrepublikindonesia)

Dewan Pakar Prabowo-Gibran, Ning Wilawati, dalam sesi “Shifting Indonesia Economy and Industry Amidst Energy Transition” di IETD 2024 (5/11/2024) menyampaikan bahwa penting bagi pemerintah untuk mendukung pertumbuhan industri melalui penyediaan energi yang lebih bersih dan berbiaya kompetitif.

“Dengan energi yang terjangkau, industri dapat tumbuh secara berkelanjutan dan mewujudkan cita-cita Presiden mencapai pertumbuhan ekonomi delapan persen,” kata Ning.

Langkah itu sejalan dengan visi pemerintah Prabowo-Gibran yang ingin memastikan transisi energi dapat berjalan adil dan merata, tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us