Ilustrasi ilustrator (Unsplash.com/rachaelgorjestani)
Untuk diketahui, Kemenparekraf melansir hingga Juni 2021, sektor ekonomi kreatif sudah menyumbangkan produk domestik bruto (PDB) sebesar Rp1.100 triliun dari 17 subsektor ekonomi kreatif (ekraf), yang didominasi fesyen, kuliner, dan kriya. Sumbangsih PDB sektor ekraf bagi Indonesia itu menjadi nomor tiga terbesar di dunia setelah Amerika Serikat dengan Hollywood dan Korea Selatan dengan K-POP.
Sebanyak 33,4 persen pelaku ekraf di Indonesia berasal dari subsektor fesyen, termasuk dari industri kecil dan menengah, yang mana totalnya mencapai 2,5 juta orang. Nilai ekspor subsektor fesyen juga yang terbesar, total mencapai 15 juta dolar AS pada 2019.
Sementara Industri Kecil Menengah (IKM) di sektor fesyen sejak 2019 telah mencatatkan kontribusi besar pada (PDB) yakni sebesar 19,5 persen, dari sebelumnya hanya 5,4 persen.
“SOVLO merangkul sebanyak-banyaknya ilustrator untuk melahirkan karya-karya unik dengan tema-tema positif dan pemberdayaan sehingga bernilai di pasar fesyen domestik bahkan jika perlu ekspor,” lanjut Sandiaga.
Dengan optimisme bahwa industri fesyen bisa bersaing di kancah ekonomi global, Kemenparekraf juga melakukan pendampingan melalui fasilitas-fasilitas yang bisa mendorong subsektor tersebut menjadi semakin besar. Kemenparekraf, lanjut Sandiaga, akan ikut mengeluarkan kebijakan untuk mendorong penggunaan karya fashion di dalam negeri, melancarkan ketersediaan bahan baku, sampai pada promosi, dan dukungan terhadap produk-produk fashion dalam negeri di pasar domestik dan global.