Dulu Jadi Primadona, Pusat Kuliner Banjarnegara yang Tak Seramai Dulu

Intinya sih...
- Ny Eny N-Jaya, pedagang aneka juice dan es di Pusat Kuliner Banjarnegara, memulai usahanya sejak 18 tahun lalu, terus berjuang hingga sukses.
- Pedagang di Pusat Kuliner Banjarnegara terdampak pandemi Covid-19, banyak yang bangkrut atau berhenti berdagang karena modal menipis.
- Ketua Paguyuban Pedagang Kuliner Banjarnegara mengungkapkan permasalahan tentang akses masuk ke kuliner, panasnya gedung, dan parkir gratis yang dapat memunculkan masalah baru.
Banjarnegara, IDN Times - Jika anda berkunjung ke Pusat Kuliner Banjarnegara, coba sesekali mampir stand N-Jaya. Tempat ini menjual aneka juice dan es. Ada Es kuwut, sup buah, es teler, es campur, capcin, es jeruk dan masih ada lainnya.
Berbincang - bincang dengan IDN Times, Minggu (9/3/2025), walau suami Ny Eny seorang PNS, namun ia sudah sedari muda senang berjualan, sehingga aktifitas ini tidak pernah ditinggalkan hingga saat ini. Bagi Ny Eni, itu semua menjadi memotivasi dirinya untuk terus bangkit dan berkarya di bidang UMKM.
"Lagipula sekarang jaman semakin susah, biaya hidup, sekolah atau kuliah tinggi, Jadi, kalau kita hanya mengandalkan satu sumber saja sangat berat menanggung beban hidup ini,"katanya.
1. Bertahan selama 18 tahun
Ny Eny N-Jaya, mengaku merintis berjualan prodak aneka juice dan beragam es buah sejak 18 tahun yang silam dan hingga sekarang produknya masih sama. "Dulu Saya berjualan di rumah, kemudian mulai mencari tempat terbuka seperti alun-alun dan tempat keramaian lain, Hingga akhirnya kenal dengan paguyuban pedagang yang yang ada di Banjarnegara,"kata Eny.
Perjuangan terus dilakukan bagaimana mengenalkan produk es yang dijualnya Hingga berhasil sukses mengukir nama N - Jaya seiring kolega dan pelanggan meningkat. Sekitar 5 tahun silam, saat nyaman berjualan di Alun Alun Banjarnegara, tiba - tiba diminta pindah ke Pusat Kuliner Banjarnegara.
Awal kepindahan, Pusat Kuliner Banjarnegara selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai kalangan, ada pelajar, mahasiswa, pegawai, dan komunikasi kepemudaan lain yang ada di kota ini sering tampak kumpul di sini.
2. Sempat terpuruk saat Covid-19
Namun saat virus mematikan Covid -19 mengalahkan semuanya, seolah dunia jadi gelap. Kala keuangan pemerintah difokuskan untuk menanggulangi wabah ini, masyarakat dibatasi hidupnya. Kegiatan dilakukan tertutup sehingga nyaris tidak ada pertemuan di muka umum.
Toko, toko tutup, termasuk pusat kuliner selaku dijaga ketat petugas Polres Banjarnegara. Dari sinilah kehidupan para pedagang di Pusat Kuliner Banjarnegara mulai hancur. Semakin hari modal dan dagangan terus menipis hingga akhirnya bangkrut. Banyak diantara pedagang memutus untuk berhenti sambil menunggu situasi membaik. Namun ada yang benar - benar terpuruk dan tidak mampu lagi berdagang karena kolaps.
"Alhamdulillah kami termasuk yang beruntung, karena mampu bertahan saat terjadi wabah corona. Ya kami selama ini memang banyak mengandalkan pelanggan mas. Kalau tidak memiliki pelanggan yang setia, kami pun mungkin sudah bangkrut. Karena pembeli baru sangat kecil prosentasenya," ujarnya.
3. Akses terlalu sempit
Ketua Paguyuban Pedagang Kuliner Banjarnegara Joni Tri Sasmoyo mengapresiasi para pedagang di Pusat Kuliner Banjarnegara berinovasi seperti halnya yang dilakukan oleh Ny Eny dan ada juga beberapa lainnya. Disebutkan akses masuk ke Kuliner memang sangat sempit. Kemudian keberadaan tembok depan memang sangat mengganggu pemandangan Gedung Kuliner Banjarnegara.
"Gedung hampir tidak terlihat dari lintasan jalan. Padahal kita berada di jalan nasional. Jadi idealnya ya dibuat sama seperti Kantor Dekranasda , sehingga halaman jadi tampak lega, Kalau kemarin, heboh pedagang minta parkir digratiskan,"kata Joni.
Joni juga menyebut perlu adanya pembenahan jenis UKM yang ada dan Ia sependapat jika trotoar dibuang, karena akan membuka akses masuk bagi kendaraan besar. Keberadaan Pusat Kuliner Banjarnegara sendiri sudah lima tahun belum ada pembenahan.
"Salah satu yang sering dikeluhkan dalah panas. Karena minimnya ventilator dalam gedung ini. Sehingga perlu dilakukan pembenahan atau penambahan alat pendingin, Kami kira jika masalah ini bisa dibenahi, pusat kuliner kembali ramai. Kalau masalah parkir tidak begitu menjadi soal,"jelasnya.
4. Juru parkir tetap diperlukan
Mengulik berbagai permasalahan yang begitu kompleks di Gedung Kuliner Banjarnegara memang membutuhkan sebuah keberanian dan terobosan ke depan. Namun munculnya keinginan para pengunjung dan pedagang membebaskan biaya parkir di Pusat Kuliner Banjarnegara bukan sebuah penyelesaian malah akan menimbulkan masalah baru seperti kasus pencurian sepeda motor dll.
Menurut Wawan, Bagian Parkir di Kantor Dishub Banjarnegara, bahwa juri parkir memiliki peran ganda. Di satu sisi dia juga mengatur lalu lintas dan tempat parkir, juga keamanan kendaraan yang diparkir. Sehingga jika parkir di Pusat Kuliner Banjarnegara digratiskan, maka 6 jukir yang biasa bekerja di sini, kena PHK.
"Kalau sudah begini, siapa yang menanggung coba, parkir tetap harus diberlakukan karena selama ini kemananan dan ketertiban Pusat Kuliner Banjarnegara juga menjadi tanggung jawab 6 jukir,"jelasnya.