Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Ekspor Sepatu dan Garmen dari Jateng Rawan Terdampak Tarif Impor AS

ilustrasi pabrik garmen (pexels.com/EqualStock IN)
ilustrasi pabrik garmen (pexels.com/EqualStock IN)
Intinya sih...
  • Pelaku industri perlu lakukan diversifikasi pemasaran untuk mengantisipasi dampak penerapan tarif 19 persen.
  • Pasar domestik masih kuasai 60 persen, perlu perluasan tujuan ekspor dan kerjasama dengan provinsi.
  • Perlu hilirisasi produksi dengan membuka pasar konvensional pada ekspor luar negeri dan meningkatkan inovasi produk.

Semarang, IDN Times - Sejumlah produk tekstil dan produk kayu dari Jawa Tengah yang menjadi langganan ekspor ke Amerika Serikat berpeluang terdampak pengenaan tarif sebesar 19 persen. 

Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko mengungkapkan produk produk yang terdampak penerapan tarif 19 persen dari Amerika Serikat mulai dari sepatu dan produk alas kaki, produk tekstil, furnitur dan kayu. 

"Tetapi karena peraturanya belum diberlakukan, maka dampaknya belum kita rasakan. Untuk produi tertinggi (ke Amerika) ya garmen, sepatu kemudian juga produk kayu dan olahan yang mesti kita antisipasi tapi mudah-mudahan tidak terjadi. Karena permintaan dari Amerika memang tergolong tinggi," kata Sujarwanto kepada IDN Times, Rabu (16/7/2025). 

1. Pelaku industri perlu lakukan diversifikasi pemasaran

ilustrasi karyawan pabrik (unsplash.com/Arno Senoner)
ilustrasi karyawan pabrik (unsplash.com/Arno Senoner)

Lebih lanjut lagi Sujarwanto menekankan setiap pelaku industri perlu melakukan diversifikasi pemasaran untuk mengantisipasi dampak yang akan muncul dari penerapan tarif 19 persen. 

Diversifikasi pemasaran juga bisa dibarengi dengan pengembangan kreativitas produk supaya ekspor dari Jawa Tengah diterima negara lain di luar Amerika Serikat. 

Tercatat laju perekonomian Jawa Tengah kuartal I 2025 sekitar 4,96 persen yang mana sekitar 60,3 persen didominasi konsumsi pasar domestik. 

Sedangkan kinerja ekspor kuartal I 2025 diklaim masih surplus dengan mencatatkan beberapa pertumbuhan produksi. 

2. Pasar domestik masih kuasai 60 persen

Kawasan peti kemas Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. (IDN Times/Dok Humas Pelindo Tanjung Emas)
Kawasan peti kemas Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. (IDN Times/Dok Humas Pelindo Tanjung Emas)

Meski demikan, berdasarkan hasil pertemuan dengan HIPMI dan Kadin, pihaknya beberapa kali ditekankan bahwa perlu perluasan tujuan ekspor. Selain itu kreativitas juga harus dimunculkan supaya segmentasi pasar bisa beragam. 

"Diskusi bersama HIPMI dan Kadin yang penting mereka minta bisa melakukan penganekaragaman pasar, ada uoaya kerjasama dengan provinsi. Pelaku usaha juga berharap menguatkan kerjasama dengan gubernur. Karena saat dikaji, pasar domestik masih menguasai 60 persen. Artinya ini bukti kalau pasar dalam negeri yang masih kuat dan bagus," tuturnya. 

3. Perlu hilirisasi produksi

WhatsApp Image 2025-07-16 at 10.48.23.jpeg
Infografis Tarif Ekspor RI ke AS Salah Satu Terendah di ASEAN (IDN Times/Aditya Pratama)

Untuk saat ini pihaknya mengharapkan supaya pelaku industri berani membuat terobosan dengan membuka pasar konvensional pada ekspor luar negeri. Di samping itu, katanya inovasi produk perlu ditingkatkan agar bisa menyambut peluang pasar yang baru. 

"Tim marketingnya harus berani buka pasar ke negara lain. Kedua memang harus melakukan inovasi produk sehingga pada saat barangnya dibutuhkan bisa langsung menyambut. Lalu hilirisasi produksi memang dibutuhkan. Inovasi dan mengembangkan produk kekijian juga sangat diperlukan saat ini," urainya. 

4. Gus Yasin yakin produk perikanan tidak kena tarif impor Amerika Serikat

IMG-20250716-WA0130.jpg
Wagub Jateng Gus Yasin Maimoen. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen saat meninjau pabrik perikanan PT Muria Bahari Indonesia (MBI) Kabupaten Kudus menekankan bahwa ekspor hasil perikanan masih aman dari tarif impor Amerika Serikat. 

"Kami memastikan, sampai saat ini untuk ekspor hasil ikan laut itu masih aman.  Akan tetapi, yang perlu diantisipasi ketika sudah berlaku pemberlakuan tarif impor AS pada Agustus nanti," kata Gus Yasin. 

Peluang pasar baru yang bakal dituju, kata dia, yakni negara di Eropa. Untuk menuju negara baru tujuan ekspor diharuskan memenuhi standar-standar persyaratan yang dibutuhkan. Salah satunya adalah mengindentifikasi lokasi penangkapan ikan tersebut. 

Oleh karenanya, pola administrasi tersebut perlu diedukasikan kepada para nelayan yang ada di Jateng, termasuk di tempat pelelangan ikan (TPI). Sebab,  suplai perikanan untuk industri didapatkan dari hasil tangkapan ikan nelayan.

"Supaya hasil-hasil tangkapan itu ada pencatatannya," ucap dia.

Lebih lanjut, sosok yang akrab disapa Gus Yasin itu mengaku telah menyampaikan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jateng tentang mekanisme pencatatan historis penangkapan ikan. Hal itu untuk diedukasikan kepada nelayan atau pelaku perikanan lain.

Tujuannya, kata dia, agar memudahkan industri dalam melengkapi berkas persyaratan, sesuai standar dari tujuan ekspor baru seperti di negara-negara Eropa.

"Pencatatan itu untuk mengetahui bagaimana status kelangkaannya (ikan), regulasinya, memonitor bagaimana dampak tangkapannya kepada alam. Ini yang harus kita jaga bersama-sama, dan bagus  sebetulnya untuk kita," katanya. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fariz Fardianto
Dhana Kencana
Fariz Fardianto
EditorFariz Fardianto
Follow Us