Salah satu yang merasakan faedah dari promosi yang dilakukan Ganjar adalah Irfan Nurudin. Pelaku UMKM di Surakarta, Jawa Tengah kesehariannya menyulap batik yang kerap dijadikan bahan untuk busana menjadi sebuah sarung -yang identik dengan busana khas Jawa dan Indonesia, bahkan akrab di kalangan santri-santri pesantren- bercorakkan motif batik.
Pria yang merintis usahanya dalam tiga tahun terakhir itu rajin mempromosikan produk sarung batiknya yang berlabel Lar Gurda secara konvensional. Ia juga aktif beriklan secara daring, baik lewat media sosial maupun online shop yang dimiliki.
Kesempatan berharganya ketika orang nomor satu di Jawa Tengah, Ganjar Pranowo ikut memesan sarung batiknya lewat Twitter.
"Beli yang ini," tulis Ganjar saat me-reply unggahan produk sarung batik yang dijual Irfan di akun @largurda_ind.
Apa yang dilakukan Ganjar ternyata bukan kali pertama. Suami Siti Atikoh itu pernah memesan produk Lar Gurda pada 2017. Hanya geliat transaksi atau jual beli online kala itu belum gencar seperti era sekarang.
Sebagai pelaku UMKM, irfan mengapresiasi apa yang dilakukan Ganjar karena secara tidak langsung produknya di-endorsement olehnya.
"Itu bagus ya. (Ganjar) tidak jaga image. Kalo sebagai penjual ya senang banget. Sebab itu berarti pengakuan terhadap kami, mengenai produk dan kepercayaan. Trust itu penting bagi penjual via online," ungkap Irfan kepada IDN Times.
Meski masih berskala industri kecil, sedikit sentuhan endorsement dari Ganjar begitu memotivasi Irfan. Setidaknya menjadi ajang promosi gratis Lar Gurda kepada calon pembeli. Baginya, secara tidak langsung Ganjar turut memberi contoh dengan ikut berperan aktif menghargai produk UMKM karya anak bangsa. Tak cuma itu, Ganjar pun ikut mengampanyekan kepada masyarakat bahwa bertransaksi jual beli melalui daring sangat aman.
"Dengan begitu iklim investasi usaha sarung batik semakin bagus prospeknya. Karena usaha batik (pada umumnya) sudah mulai ramai lagi, setelah beberapa waktu lalu agak surut. Saat ini banyak usaha batik buka lagi," akunya.
Lar Gurda sendiri mempunyai 10 pembatik, tapi belum mempunyai pabrik tersendiri. Setiap bulannya, Irfan mampu memproduksi sekitar 400 sarung batik semi tulis dan lima buah sarung batik tulis.