Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_20250708_114259.jpg
Kepala Dinas ESDM Jateng Agus Sugiharto. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Intinya sih...

  • Daftar waduk berpotensi dipasangi PLTS Apung, termasuk kesiapan investor BUMN

  • Butuh nilai investasi besar dan edukasi masyarakat terkait energi bersih

  • Indonesia Power lirik potensi energi terbarukan, Ahmad Luthfi akan koordinasi dengan bupati

Semarang, IDN Times - Sejumlah wilayah Jawa Tengah akan memiliki proyek PLTS Apung menyusul adanya kesiapan sejumlah investor BUMN seperti PLN Indonesia Power. Berdasarkan pengakuan Dinas ESDM Jateng, sejumlah wilayah waduk memiliki potensi pengembangan energi baru terbarukan. Salah satunya dengan pemanfaatan PLTS Apung. 

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng, Agus Sugiharto mengungkapkan pengembangan PLTS mendatang bisa jadi tak hanya sebatas di Waduk Kedungombo dan Waduk Gajahmungkur.

"Di sini, ESDM melakukan sosialisasi dan edukasi agar bisa transisi energi. Harapan kami nantinya ke depan memiliki energi ramah lingkungan," tutur Agus, Kamis (10/7/2025). 

1. Daftar waduk yang berpotensi dipasangi PLTS Apung

Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) memanfaatkan drone dan kecerdasan buatan untuk memeriksa keandalan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di wilayah Riau. (dok. Pertamina)

Untuk saat ini Indonesia Power memang memiliki kesiapan yang matang untuk membangun proyek PLTS Apung di Waduk Kedungombo Sragen dan Waduk Gajahmungkur Wonogiri. 

Menurut Agus kawasan Waduk selain memiliki sumber daya ikan karamba, juga memiliki kemanfaatan lain berupa tempat pengembangan energi listrik bersumber panel surya. Sebab perairan waduk yang luas memiliki daya tampung yang memadai untuk peralatan panel surya.

"Selain Kedungombo dan Gajahmungkur, kita sebenarnya bisa mengembangkan PLTS Apung di Jragung Karangjati Ungaran, Waduk Jatibarang Semarang, belum lagi di Bendungan Bener Purworejo atau di Karangnanas Kabupaten Blora. Itu potensinya besar untuk didayagunakan. Tentunya bisa mengoptimalkan kebutuhan tenaga surya," urainya. 

2. Butuh nilai investasi besar

Kondisi parasut paralayang berserta atlet saat tercebur ke Waduk Gajahmungkur Wonogiri. (IDN Times/Dok Humas Polda Jateng)

Walau begitu, tantangan yang ada saat ini ialah gangguan yang muncul di masyarakat perlu diminimalisir melalui proses-proses edukasi yang masif dan sosialisasi yang menyeluruh. Di samping itu juga biaya dan perawatannya yang mahal dan tidak mudah.

“Kondisi ekonomi tidak semuanya bisa menjangkau. Kemudian juga butuh teknologi yang enggak semua orang bisa merawat. Kesadaran masyarakat kita mengenai pentingnya EBT juga masih kurang. Di sisi lain, pemerintah masih berikan subsidi kepada energi fosil yang membuat warga terlena,” akunya. 

Sedangkan dari pengembangan skala besar seperti PLTS Apung, investasi yang dikucurkan pun tidaklah kecil. Meskipun, ia tak membeberkan berapa sebenarnya ongkos untuk pengembangan dan pembuatan PLTS terapung di waduk tersebut.

“Teknologi yang kita gunakan belum mampu produksi sendiri. Kita masih tergantung luar. Sehingga produksi PLTS dalam negeri harga masih mahal,” sambungnya.

3. Masyarakat perlu diedukasi penyediaan energi bersih

Petugas saat melakukan pembersihan panel surya di Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Tanjung Uma, Kota Batam (IDN Times/Putra Gema Pamungkas)

Oleh karenanya, tugas Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng adalah melakukan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya penyediaan energi listrik bersih. Selain itu, ikut andil dalam hilirisasi pengembangan green industry atau industri hijau untuk mempercepa terwujudkan EBT.

4. Indonesia Power lirik potensi energi terbarukan

Gubernur Jateng Ahmad Luthfi disyutinh oleh wartawan yang meliput acara rembug Jawa Tengah. (IDN Times/Dok Humas Pemprov Jateng)

Sebelumnya diberitakan bahwa Direktur Pengembangan Bisnis dan Niaga Indonesia Power, Julita Indah menuturkan, pembangunan PLTS Apung Kedungombo dan Gajahmungkur Wonogiri masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). 

Pembangunan PLTS tersebut ditargetkan bisa dimulai pada tahun 2025, dengan lama pengerjaan kurang lebih 14 bulan. Masing-masing pembangkit diproyeksikan bisa menghasilkan daya 100 Mega Watt. 

"Pembangunan untuk PLTS tidak butuh waktu lama. Harapannya di tahun 2026 akhir atau awal 2027 sudah bisa memulai commercial operation," kata Jullta  usai melakan audiensi dengan Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi. 

Terwujudnya pembangunan kedua PLTS itu, lanjutnya, diharapkan dapat meningkatkan perekonomian karena berpotensi menyerap ratusan tenaga kerja. 

5. Ahmad Luthfi akan koordinasi dengan bupati

Gubernur Jateng Ahmad Luthfi bertemu jajaran direksi Indonesia Power di ruang kerjanya. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi mendukung upaya pembangunan PLTS terapung tersebut. Apalagi program tersebut, akan mendukung pengembangan industri hijau.

"Nanti saya koordinasi dengan bupati, karena masuk PSN, jadi harus jalan," katanya.

Luthfi pun membeberkan, belum lama ini dirinya bertemu Duta Besar Uni Eropa dan perwakilan 12 negara Uni Eropa di Kota Surakarta. Dalam pertemuan itu sempat disinggung mengenai industri hijau. Investor beberapa kali menanyakan mengenai ketersediaan energi hijau yang mereka butuhkan, jika berinvestasi di Jawa Tengah. 

"Prinsipnya kami dukung. Ini harus diwujudkan karena kita sedang dorong investasi dan selalu yang ditanyakan adalah ketersediaan green powernya ada apa tidak," katanya didampingi Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Jateng Sujarwanto Dwiatmoko.

Editorial Team