Harga Beras Turun, Semarang Alami Deflasi Minus 0,21 Persen di Mei

Semarang, IDN Times - Kota Semarang mengalami deflasi sebesar minus 0,21 persen di bulan Mei 2024. Adapun, deflasi ini dipicu oleh penurunan harga beras di pasaran.
1. Pantau stok cabai dan bawang merah

Selain beras, komoditas yang menyumbang deflasi antara lain daging ayam ras, tomat, angkutan antar kota dan cabai rawit.
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, pihaknya meminta kepada semua jajaran terkait untuk tetap waspada meskipun Kota Semarang mengalami deflasi.
“Saat ini yang menjadi perhatian, yakni sayur buncis sedang mengalami kenaikan harga dan bisa menjadi pemicu kenaikan inflasi,” ungkapnya, Sabtu (8/6/2024).
Selain itu, Pemkot Semarang juga terus memantau stok cabai dan bawang merah yang saat ini harganya mulai merangkak naik. Upaya ini untuk mengantisipasi inflasi ke depan di samping BBM dan tiket-tiket transportasi seperti kereta api dan pesawat.
2. Upayakan stok pangan aman

“Sehingga, saya tekankan kepada teman-teman dinas terkait untuk sinergi. Jika pada saat survei itu ditemukan di pasar ada stok yang tidak ada, mestinya ini kan tanggung jawab lurah pasar dan naik ke Dinas Perdagangan,” ujar perempuan yang akrab disapa Ita.
Selanjutnya, wali kota juga meminta kepada jajarannya untuk menyiapkan skema-skema pengendalian inflasi di bulan Juni ini. Sebagai upaya menekan angka inflasi, dirinya pun telah merancang skema seperti menurunkan subsidi pangan di samping pantauan stok-harga cabai dan bawang merah.
“Pemicu deflasi saat ini salah satunya harga beras turun. Kalau pemicu inflasi bawang merah dan cabai. Tapi cabai ini surplusnya lima hari, termasuk bawang merah tapi tanggal 17 Juni kan Idul Adha. Nah ini makanya kita harus pacu untuk bisa segera ada stok. Sehingga, tidak ada terjadi gejolak harga bahan pokok itu,” terangnya.
3. Genjot gerakan pasar murah

Lebih lanjut, Ita berharap Lurah Pasar terlibat dalam menjaga ketersediaan stok dan harga bahan pangan. Ke depan, ia telah mengajak Bank Indonesia untuk supervisi terkait peran Lurah Pasar.
“Lurah Pasar ini sangat berperan dalam pengendalian inflasi di pasar. Sehingga, saya juga nanti memberikan apresiasi kepada Lurah Pasar untuk melihat contoh pasar tradisional tapi konsepnya modern seperti di Bandung. Kemudian, juga rantai distribusi yang menjadi pemicu inflasi turun. Kenapa di Bandung dan Jakarta inflasi rendah, karena Jakarta punya food station yang dikelola oleh Pasar Jaya. Kemudian, di Bandung suplai bahan pokok di sekitarnya, karena memang ada perkebunan. Nah ini kita harus support dan saya minta kepada BPKAD untuk menginventarisir kalau bisa nanti dapat insentif untuk penanam cabai dan bawang. Sehingga ketersediaan stok bahan pokok bisa terjamin di Kota Semarang,” jelasnya.
Sementara itu, Pemkot Semarang dalam upaya pengendalian inflasi terus menggenjot Gerakan Pasar Murah. Lewat Pasar Pangan Rakyat Murah dan Aman (Pak Rahman) rencananya akan digelar sebanyak 23 kali di bulan Juni 2024. Selain itu juga dilakukan optimalisasi kios TPID. Koordinasi dengan Dinas Pertanian Kota Semarang terkait Gerakan menanam tanaman lokal pengganti beras juga terus digencarkan.de