Semarang, IDN Times - Institute for Essential Services Reform (IESR) menilai hidrogen hijau dapat menjadi solusi strategis untuk mempercepat dekarbonisasi di Indonesia sekaligus mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Hidrogen hijau berpotensi menggantikan bahan bakar fosil di sektor yang sulit ditekan emisinya, seperti transportasi, besi dan baja, petrokimia, hingga penyimpanan energi.
IESR: Hidrogen Hijau Jadi Kunci Dekarbonisasi Industri Indonesia

Intinya sih...
Menurut IESR, pemanfaatan energi terbarukan untuk memproduksi hidrogen hijau sejalan dengan visi Asta Cita Indonesia Emas 2045. Indonesia memiliki potensi energi surya, angin, air, dan biomassa yang melimpah.
Dua sektor utama yang diperkirakan menjadi pengguna terbesar hidrogen hijau adalah ketenagalistrikan dan industri. Hidrogen hijau bisa menggantikan bahan bakar fosil di berbagai sektor.
IESR menilai ada tiga langkah penting untuk mempercepat pengembangan ekosistem hidrogen hijau di Indonesia, di antaranya: kebijakan dan regulasi
1. Potensi hidrogen hijau di Indonesia
Menurut IESR, pemanfaatan energi terbarukan untuk memproduksi hidrogen hijau sejalan dengan visi Asta Cita Indonesia Emas 2045. Indonesia memiliki potensi energi surya, angin, air, dan biomassa yang melimpah, sehingga bisa menjadi modal utama produksi hidrogen hijau.
Berdasarkan Peta Jalan Hidrogen dan Ammonia Nasional, permintaan hidrogen Indonesia diproyeksikan mencapai 11,7 juta ton per tahun pada 2060, sementara kapasitas produksinya bisa mencapai 17,5 juta ton per tahun. Angka ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga eksportir hidrogen bersih.
Chief Executive Officer (CEO) IESR, Fabby Tumiwa mengungkapkan, produksi hidrogen global tumbuh pesat dalam lima tahun terakhir. Hingga 2025, kapasitas hidrogen bersih yang dikomitmenkan mencapai lebih dari 6 juta ton per tahun, sedangkan permintaan baru sekitar 3,6 juta ton per tahun.
“Lebih dari USD 110 miliar sudah dikomitmenkan untuk lebih dari 500 proyek hidrogen di dunia. Jumlah proyek sejak 2020 meningkat 7,5 kali lipat. Meski sekitar 3 persen dibatalkan karena ketidakpastian kebijakan dan pasar, kondisi ini bagian dari dinamika pasar yang sehat,” ujar Fabby saat webinar Road to Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD), Jumat (12/9/2025).
Fabby menekankan, fokus pengembangan hidrogen hijau tidak hanya membangun kapasitas produksi, tetapi juga memastikan pasar tumbuh dengan dukungan regulasi, insentif, serta model bisnis yang menarik bagi investor.
2. Sektor prioritas adalah industri dan listrik
Manajer Program Dekarbonisasi Industri IESR, Juniko Nur Pratama menuturkan, dua sektor utama yang diperkirakan menjadi pengguna terbesar hidrogen hijau adalah ketenagalistrikan dan industri.
“Dalam industri amonia dan pupuk, hidrogen hijau bisa menggantikan hidrogen dari gas alam. Di besi dan baja, hidrogen hijau berpotensi menggantikan batubara dalam mengolah bijih besi. Sementara itu, sektor kimia dan metanol dapat memanfaatkannya untuk menghasilkan biofuel dan bahan kimia ramah lingkungan,” jelas Juniko.
Menurutnya, adopsi hidrogen hijau dapat mendorong lahirnya teknologi rendah emisi, menurunkan biaya produksi, sekaligus memperkuat ketahanan energi nasional.
3. Strategi percepatan ekosistem hidrogen
IESR menilai ada tiga langkah penting untuk mempercepat pengembangan ekosistem hidrogen hijau di Indonesia, di antaranya:
Kebijakan dan regulasi jelas — termasuk insentif fiskal dan non-fiskal agar proyek lebih bankable.
Membangun permintaan domestik — terutama di sektor industri dan listrik untuk menjamin kepastian pasar.
Lokasi proyek strategis — dekat dengan sumber energi terbarukan dan pasar pengguna agar efisien secara ekonomi dan teknis.
Dengan strategi itu, IESR optimistis Indonesia bisa mempercepat penurunan emisi, meningkatkan pembiayaan hijau, serta memperkuat posisi hidrogen hijau sebagai pilar transisi energi.
Isu hidrogen hijau menjadi salah satu fokus dalam Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2025 yang berlangsung pada 6--8 Oktober 2025. Di hari ketiga, akan digelar Green Hydrogen Forum bertema Establishing Indonesia’s Green Hydrogen Ecosystem. Forum IETD akan menghadirkan perusahaan penyedia teknologi dan pengguna akhir hidrogen hijau untuk mempresentasikan rencana bisnis kepada lembaga keuangan.