Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa. (Dok. IESR)
Institute for Essential Services Reform (IESR) menilai, klaim Hashim tidak akurat dan tidak berbasis data. Menurut Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, JETP tetap berjalan sesuai rencana dengan pendanaan sebesar $20 miliar yang sudah disepakati, yang mana terdiri dari $10 miliar dari International Partners Group (IPG) dan $10 miliar dari Glasgow Financial Alliance for Net-Zero (GFANZ).
Dana tersebut bukan dalam bentuk bantuan langsung tunai, melainkan dalam skema hibah, bantuan teknis, investasi ekuitas, dan pembiayaan proyek.
IESR mencatat, hingga Desember 2024, negara pendonor dalam IPG telah mengucurkan hibah dan bantuan teknis sebesar $230 juta untuk 44 program, sementara $97 juta untuk 11 program lainnya masih menunggu persetujuan.
Selain itu, $1 miliar telah dialokasikan untuk investasi ekuitas dan pinjaman pada delapan proyek, termasuk pembiayaan proyek PLTP Ijen sebesar $126 juta dari International Development Finance Corporation (DFC) milik pemerintah AS.
"Total pendanaan $5,2--6,1 miliar juga tengah dalam proses persetujuan untuk 19 proyek lainnya, sementara $2 miliar dialokasikan sebagai jaminan proyek dari pemerintah Inggris dan AS. Jaminan ini bertujuan untuk menekan risiko proyek dan menurunkan suku bunga pinjaman, sehingga mempercepat transisi energi di Indonesia," kata Fabby dalam keterangan resminya yang diterima IDN Times, Minggu (2/2/2025).