Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB). (dok. Kemenko Perekonomian)
Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB). (dok. Kemenko Perekonomian)

Intinya sih...

  • Pemerintah Jawa Tengah mempercepat transformasi industri hijau dan pemanfaatan energi baru terbarukan sebagai komitmen global menghadapi perubahan iklim.

  • Industri di Jawa Tengah mulai beralih ke energi terbarukan, seperti pemasangan panel surya, dengan insentif dari Pemprov Jawa Tengah.

  • Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Provinsi Jawa Tengah mendorong industri hijau untuk menggunakan energi terbarukan dan pengelolaan limbah melalui daur ulang.

Semarang, IDN Times – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus mempercepat transformasi industri hijau dan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) sebagai bagian dari komitmen global dalam menghadapi perubahan iklim. Upaya itu menjadi fokus utama dalam acara Central Java Renewable Energy Investment Forum (CJREIF) bertema Unlocking Renewable Energy and Green Industry Investment Potential in Central Java yang diadakan di Hotel Gumaya, Kota Semarang, Kamis (26/6/2025).

1. Forum investasi energi terbarukan

Central Java Renewable Energy Investment Forum (CJREIF) bertema Unlocking Renewable Energy and Green Industry Investment Potential in Central Java di Hotel Gumaya, Kota Semarang, Kamis (26/6/2025). (IDN Times/Dhana Kencana)

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa menjelaskan, dunia kini tengah mengalami revolusi energi yang didorong oleh tiga faktor utama. Yakni komitmen global melalui Paris Agreement, ketidakstabilan harga energi fosil, dan kemajuan teknologi yang membuat energi terbarukan makin kompetitif.

"Investasi global pada energi bersih mencatat rekor tertinggi senilai 2,1 triliun dolar AS pada 2024, meningkat 11 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan dua kali lipat dari 2022. Tren tersebut menunjukkan investor dunia kini mulai meninggalkan energi fosil dan beralih pada energi hijau," katanya saat acara tersebut.

Menurut Fabby, saat ini investasi energi bersih meningkat dua hingga tiga kali lebih cepat dibandingkan energi fosil. Ia menambahkan, investor global mulai melirik negara-negara berkembang di Asia-Pasifik, termasuk Indonesia, meskipun masih terdapat kesenjangan dalam kesiapan infrastruktur dan regulasi.

Lebih lanjut, ia menegaskan, potensi energi surya di Jateng besar, mencapai rata-rata 5 kWh/m²/hari. Lalu, potensi angin di pesisir utara dan selatan, juga biomassa dari sektor pertanian dan kehutanan.

"Jawa Tengah memiliki posisi strategis sebagai pusat industri dan memiliki potensi besar di sektor energi terbarukan, terutama energi surya, angin, biomassa, dan geotermal yang belum dimanfaatkan maksimal," ujarnya.

2. PLTS Atap andalan industri di Jateng

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jawa Tengah, Sakina Rosellasari. (IDN Times/Dhana Kencana)

Salah satu langkah konkret yang sudah berjalan di Jawa Tengah adalah masifnya penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap di sektor industri, yang menjadi solusi untuk energi bersih, hemat biaya, dan berkelanjutan.

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jawa Tengah, Sakina Rosellasari menyebutkan, pelaku industri di Jawa Tengah mulai beralih ke energi terbarukan, terutama karena tuntutan dari pasar global seperti Eropa dan Amerika.

"Di Jawa Tengah, banyak industri garmen, pakaian jadi, dan alas kaki yang berorientasi ekspor. Mereka dituntut oleh para buyer untuk menggunakan energi hijau, khususnya solar panel," ucapnya kepada IDN Times.

Sakina mengungkapkan, saat ini ada 21 perusahaan yang telah memasang panel surya dengan kapasitas di atas 500 kilowatt, serta enam perusahaan lainnya sedang dalam proses perizinan dengan kapasitas lebih kecil.

Pemprov Jawa Tengah, imbuhnya, ikut memberikan insentif khusus kepada perusahaan yang menerapkan energi terbarukan. Dari catatannya, ada dua perusahaan yang sudah mendapatkan insentif tahun lalu dan satu perusahaan dalam proses tahun 2025.

3. Apindo Jateng dorong industri hijau

Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Provinsi Jawa Tengah Deddy Mulyadi. (IDN Times/Dhana Kencana)

Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Provinsi Jawa Tengah Deddy Mulyadi mengatakan, industri hijau bukan hanya tentang penggunaan energi terbarukan, tetapi juga pengelolaan limbah melalui daur ulang. Menurutnya, pasar ekspor, terutama Eropa dan Amerika, memiliki standar tinggi terhadap produk industri hijau, termasuk penggunaan listrik bersertifikat Renewable Energy Certificate (REC).

"Pada 2030, rantai pasok industri Jawa Tengah diprediksi akan makin hijau dengan menggunakan kendaraan listrik, termasuk truk listrik dan motor listrik bagi karyawan. Ini akan menciptakan lingkungan kerja yang bebas polusi," terang Deddy.

Namun, ia menyebut masih ada kendala dalam pengelolaan energi terbarukan karena monopoli oleh PLN. Ia menyoroti perlunya kebijakan yang membuka lebih banyak akses ke energi terbarukan non-PLN.

Deddy menyarankan agar ada kebijakan yang memungkinkan swasta ikut berpartisipasi aktif dalam menyediakan energi hijau dengan harga kompetitif.

“Kalau PLN masih dominan dan pakai PLTU, ya sulit bergerak cepat. Harusnya ada ruang bagi swasta dengan harga jual yang fleksibel,” katanya.

4. Kolaborasi untuk jadi pusat industri hijau

Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Provinsi Jawa Tengah, Sujarwanto Dwi Atmoko. (IDN Times/Dhana Kencana)

IESR memberikan lima rekomendasi strategis untuk mempercepat transisi industri hijau di Jawa Tengah. Di antaranya adalah pembuatan peta jalan investasi hijau, pembentukan unit khusus investasi hijau, pengembangan kawasan industri hijau (Green Industrial Park), memperkuat kolaborasi dengan lembaga keuangan, dan investasi besar-besaran dalam peningkatan kualitas SDM di bidang energi terbarukan.

Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Provinsi Jawa Tengah, Sujarwanto Dwi Atmoko menegaskan, sinergi antarpihak akan menjadi kunci dalam mendorong investasi hijau.

"Kami berharap forum ini membuka peluang kolaborasi yang lebih erat antara pemerintah, investor, dan pelaku industri untuk mewujudkan Jawa Tengah sebagai pusat industri hijau yang mandiri energi dan ramah lingkungan," jelas Sujarwanto.

Dengan langkah-langkah konkret tersebut, imbuhnya, Jawa Tengah siap menjadi pelopor transisi energi nasional menuju industri yang lebih hijau dan berkelanjutan.

5. Kapasitas 7.403 MW energi bersih di Jawa Tengah

PLN terus mendorong penggunaan energi ramah lingkungan dalam melakukan transisi energi. Melalui sub holding PLN Indonesia Power, PLN membangun PLTS Apung dengan kapasitas 561 kilowatt peak yang dibangun di atas water pond seluas 1 hektar di Semarang. (Dok. PLN)

Untuk diketahui, hingga tahun 2034, Jateng menargetkan pengembangan 7.403 MW pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT). Angka itu sejalan dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN terbaru, yang menetapkan 76 persen tambahan kapasitas pembangkit nasional akan berasal dari EBT.

Jawa Tengah memiliki potensi EBT yang luar biasa, meliputi:

  • PLTA: 360,3 MW

  • PLTB (Bayu/Angin): 860 MW (terutama di wilayah pantura seperti Jepara dan Brebes)

  • PLTM (Minihidro): 140,5 MW

  • PLTP (Panas Bumi): 280 MW (termasuk Dieng dan Ungaran)

  • PLTS (termasuk BESS dan PLTSa): 460 MW.

Proyek-proyek unggulan yang sedang digarap antara lain PLTS Terapung Gajah Mungkur--Proyek Strategis Nasional (PSN)--yang akan memanfaatkan waduk dan mengurangi penguapan air.

"PLTS terapung adalah masa depan energi surya di daerah padat lahan seperti Jawa. Ini solusi dua sisi: menghasilkan energi dan menjaga sumber air," jelas Zainal.

PLTS serupa juga direncanakan di Waduk Mrica dan Waduk Kedung Ombo.

Selain itu, Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) dengan kapasitas 20 MW akan dibangun di Kota Semarang, yang diklaim bisa menjawab masalah sampah sekaligus energi. Proyek PLTSa serupa sudah beroperasi di TPA Putri Cempo Surakarta dengan kapasitas 5 MW.

Total investasi yang dibutuhkan untuk pengembangan pembangkit nasional itu mencapai Rp2.133,7 triliun, dengan sebagian besar dana akan berasal dari investor swasta (IPP) dan alokasi langsung dari PLN.

EVP Aneka Energi Baru Terbarukan PT PLN (Persero) Zainal Arifin mengatakan, pihaknya melihat potensi besar di Jawa Tengah, baik dari segi teknis maupun kebijakan.

"RUPTL kali ini (tahun 2025) mencerminkan peta jalan konkret menuju sistem energi bersih." Dari target 7.403 MW, sekitar 3.668 MW akan berasal dari PLTS, termasuk yang dikombinasikan dengan sistem baterai (BESS)," ujarnya.

Editorial Team