Terminal Peti Kemas (TPK) Belawan yang dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo). (dok. Pelindo)
Pelindo sebagai operator pelabuhan di Indonesia mengamini apa yang dirasakan konsumen cangkul Marmin jika biaya logistik di Indonesia masih mahal, bahkan lebih tinggi 11 persen dari angka dunia.
Penyebabnya adalah belum terintegrasinya Pelindo I, Pelindo II, Pelindo III, dan Pelindo IV sehingga harus berganti-ganti kapal dan tempat singgah di beberapa pelabuhan sebelum menuju ke lokasi tujuan. Kondisi tersebut juga mengakibatkan Indonesia kurang bersaing dengan negara lain lantaran distribusi barang menjadi mahal.
"Terintegrasinya Pelindo I--IV mendorong penyederhanaan layanan angkutan barang sehingga distribusi barang dari Sabang sampai ke Merauke dan sebaliknya tidak perlu lagi gonta-ganti kapal ketika sandar di pelabuhan transit di wilayah Pelindo," kata Direktur Utama Pelindo IV, Prasetyadi.
Pada 1 Oktober 2021, keempat Pelindo terintegrasi menjadi satu BUMN Pelabuhan atau Pelindo--tanpa ada embel-embel nomor--. Dalam penggabungan tersebut, Pelindo II menjadi perusahaan penerima penggabungan sedangkan Pelindo I, Pelindo III, dan Pelindo IV bubar demi hukum tanpa proses likuidasi.
Hal itu dimaksudkan untuk meningkatkan kapabilitas dan keahlian yang berdampak terhadap peningkatan kepuasan pelanggan serta membuka kesempatan perusahaan untuk go global.
“Penggabungan dilakukan dalam rangka mewujudkan industri kepelabuhan nasional melalui standarisasi pelayanan yang lebih kuat dan meningkatkan konektivitas maritim di seluruh Indonesia, serta meningkatkan kinerja dan daya saing BUMN bidang kepelabuhan ditingkat global,” kata Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, Rabu (1/9/2021).
Melalui integrasi tersebut, BUMN kepelabuhan berfokus mengembangkan potensi klaster-klaster (subholding) sesuai lini bisnis masing-masing, yaitu:
- Klaster bisnis peti kemas bernama Terminal Peti Kemas Indonesia, berpusat di Surabaya
- Klaster bisnis non-peti kemas bernama Pelindo Multi Terminal berpusat di Medan
- Klaster bisnis logistik bernama Pelindo Solusi Logistik berpusat di Jakarta
- Klaster bisnis marine, equipment, dan port service bernama Marine Service berpusat di Makassar.
Adapun, anak perusahaan-anak perusahaan Pelindo I--IV ditempatkan di masing-masing subholding berdasarkan lini bisnisnya. Sebagai contoh, seluruh anak perusahaan yang bergerak dibidang peti kemas, akan masuk kedalam subholding peti kemas.
Yang membedakan, jika sebelumnya parent company adalah Pelindo I--IV, kini anak perusahaan berada dibawah pengawasan langsung masing-masing keempat subholding tersebut sebagai business owner. Dengan begitu, dapat mengembangkan industri dan meningkatkan konektivitas hinterland (kawasan penyangga), trafik pelabuhan, serta volume ekspor impor.
"Pelindo kedepan memiliki kontrol dan kendali strategis yang lebih baik. Pengembangan perencanaan menjadi lebih holistik untuk jaringan pelabuhan yang akhirnya berdampak pada penurunan biaya logistik. Kualitas layanan yang lebih baik dan peningkatan efisiensi dalam penggunaan sumber daya keuangan, aset, dan SDM," ujar Dirut Pelindo II, Arif Suhartono, yang juga Ketua Organizing Committee (OC) Penggabungan Pelindo.