Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
uang rupiah (unsplash.com/BadyAbbas)

Intinya sih...

  • Gaya hidup ikut naik seiring gaji, jebakan lifestyle inflation

  • Tidak punya anggaran jelas, uang hanya dibiarkan berjalan tanpa rencana

  • Sering pakai sistem "nabung dari sisa", menyebabkan tabungan tak pernah bertambah

Siapa bilang penghasilan besar otomatis bikin kondisi keuangan aman? Nyatanya, banyak orang yang sudah bergaji dua kali lipat dibanding beberapa tahun lalu… tapi saldo tabungannya tetap segitu-segitu saja. Bahkan, ada yang justru merasa lebih stres mengelola uang saat gaji makin besar. Aneh, ya? Tapi itulah kenyataan yang dialami banyak profesional muda saat ini.

Kalau kamu merasa sudah kerja keras dan gajimu terus meningkat, tapi tabungan tak kunjung bertambah, mungkin ada kebiasaan keuangan yang perlu dievaluasi. Berikut ini empat penyebab paling umum kenapa gaji besar tetap tak bisa menyelamatkanmu dari dompet kosong di akhir bulan.

1. Gaya hidup ikut naik seiring gaji

ilustrasi menghabiskan uang untuk shopping (pexels.com/PNW Production)

Begitu gaji naik, banyak orang refleks langsung upgrade gaya hidup—mulai dari tempat nongkrong, gadget terbaru, pakaian branded, hingga langganan hiburan premium. Awalnya terasa menyenangkan karena kamu merasa pantas menikmati hasil kerja keras. Tapi tanpa sadar, kamu masuk ke jebakan lifestyle inflation, di mana pengeluaran terus meningkat seiring naiknya pendapatan.

Masalahnya, kebiasaan ini sering dianggap wajar karena merasa “toh sekarang mampu.” Namun justru di sinilah bahayanya. Pengeluaran kecil tapi sering—yang dulunya dianggap mewah—sekarang jadi rutinitas. Akibatnya, gaji yang naik pun tak terasa karena semuanya langsung habis untuk konsumsi. Tanpa kontrol, kamu bisa terus merasa kekurangan walau penghasilan sudah jauh lebih besar.

2. Tidak punya anggaran yang jelas

ilustrasi membuat anggaran keuangan (pexels.com/olia danilevich)

Punya penghasilan besar tapi tanpa rencana pengeluaran, ibarat mengemudi mobil mewah tanpa arah yang jelas. Banyak yang merasa cukup asal tidak boros, padahal kenyataannya mereka tidak tahu pasti uangnya lari ke mana. Tanpa anggaran, kamu hanya menebak-nebak dan berharap semua beres pada akhir bulan.

Padahal, membuat anggaran bukan hanya soal mencatat. Ini soal menentukan prioritas dan memberi batas agar keuanganmu tidak liar. Dengan membagi pengeluaran untuk kebutuhan pokok, keinginan pribadi, dan tabungan secara proporsional, kamu jadi bisa melihat dengan jelas apakah gaya hidupmu memang sesuai kapasitas. Kendali keuangan dimulai dari kebiasaan mencatat dan merencanakan.

3. Sering pakai sistem “nabung dari sisa”

ilustrasi menyisihkan uang untuk tabungan (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Kebiasaan yang satu ini terdengar familiar: begitu gajian, semua kebutuhan dibayar dulu, baru menabung kalau ada sisa. Masalahnya, sisa itu hampir tidak pernah ada. Selalu saja ada hal “tak terduga” yang menyedot uangmu—entah jajan, diskon dadakan, atau langganan aplikasi yang tak sempat dihentikan.

Solusinya adalah membalik sistem: prioritaskan menabung begitu kamu menerima gaji. Sisihkan 20--30 persen langsung ke rekening tabungan sebelum kamu mulai belanja atau bayar ini-itu. Saat menabung jadi rutinitas pertama, bukan yang terakhir, kamu akan lebih mudah membentuk kebiasaan finansial yang sehat. Menabung itu bukan soal jumlah, tapi soal disiplin.

4. Terlalu banyak cicilan dan komitmen jangka panjang

ilustrasi uang untuk membayar cicilan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Gaji tinggi kadang membuat orang percaya diri mengambil cicilan besar: mobil impian, rumah, gadget terbaru, bahkan langganan-langganan premium yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. Jika lebih dari 30 persen penghasilanmu langsung habis untuk membayar cicilan, jangan kaget kalau tabunganmu tidak sempat terisi.

Bukan berarti kamu tidak boleh punya cicilan, tapi porsinya harus proporsional. Terlalu banyak komitmen jangka panjang bisa membuat kamu kehilangan fleksibilitas finansial. Saat penghasilan sudah tersandera utang, kenaikan gaji pun hanya terasa sebagai "tambal sulam", bukan peningkatan kualitas hidup. Kuncinya adalah bijak menakar kemampuan dan jangan tergoda hidup di atas kapasitas.

Gaji besar seharusnya membawa kebebasan finansial, bukan jebakan gaya hidup atau komitmen yang membebani. Dengan kebiasaan keuangan yang lebih sadar, terencana, dan disiplin, kamu bisa mulai melihat tabungan bertumbuh—tanpa harus mengorbankan kenyamanan hidup. Ingat, bukan seberapa besar gajimu yang menentukan kekayaan, tapi bagaimana kamu mengelolanya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team