Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Operasi truk kelebihan dimensi dan muatan atau over dimension over load (ODOL) di Jalan Tol Cipularang. (dok. Jasa Marga)
Operasi truk kelebihan dimensi dan muatan atau over dimension over load (ODOL) di Jalan Tol Cipularang. (dok. Jasa Marga)

Intinya sih...

  • Kemarau basah dan kebijakan ODOL jadi biang kerok inflasi Juni 2025 di Jateng

  • Bank Indonesia catat inflasi Jateng sebesar 0,24 persen (mtm) pada Juni 2025

  • Provinsi Jawa Tengah mengalami dampak pemicu inflasi dari kemarau basah dan kebijakan ODOL

Semarang, IDN Times - Kemarau basah hingga penerapan kebijakan pengurangan angkutan over dimension over loading (ODOL) menjadi biang kerok pemicu inflasi bulan Juni 2025 di Jawa Tengah. Bank Indonesia mencatat Provinsi Jawa Tengah mengalami inflasi sebesar 0,24 persen (m-t-m) pada Juni 2025.

1. Panen raya telah berlalu

Petani terdampak potong leher di desa Pragak memilih panen padinya lebih cepat untuk hindari kerugian besar. IDN Times/ Riyanto.

Kondisi itu lebih tinggi dari angka nasional 0,19 persen (m-t-m). Inflasi Jateng pada bulan Juni 2025 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya minus 0,49 persen (m-t-m) seiring dengan momentum panen raya yang telah berlalu. 

Sedangkan secara tahunan, inflasi Jateng sebesar 2,20 persen (y-o-y), sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 1,87 persen (y-o-y). 

Plh. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng, Nita Rachmenia mengatakan, inflasi tahunan Jateng masih berada pada rentang sasaran inflasi tahun 2025, yaitu 2,5±1 persen. 

“Secara spasial, seluruh kota pantauan inflasi di Jawa Tengah mengalami inflasi. Inflasi tertinggi berlangsung di Cilacap yang mencatatkan inflasi sebesar 0,43 persen (m-t-m),” katanya, Jumat (4/5/2025).

2. Beras jadi komoditas penyumbang inflasi

Pedagang beras di Pasar Al Mahirah, Kota Banda Aceh, Aceh. (IDN Times/Mhd Saifullah)

Inflasi pada periode laporan terutama dipengaruhi oleh peningkatan harga pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan andil 0,23 persen (m-t-m) seiring dengan puncak panen raya yang telah berlalu. 

Nita menjelaskan, beras menjadi komoditas utama penyumbang inflasi sejalan dengan kenaikan harga gabah pada periode musim tanam. Cabai rawit dan bawang merah juga mengalami kenaikan harga setelah mengalami penurunan cukup dalam pada April-Mei 2025. 

“Peningkatan harga komoditas hortikultura dipengaruhi oleh pasokan yang terbatas antara lain akibat kemarau basah, permintaan tinggi dari luar Jawa, serta tekanan dari sisi logistik seiring penerapan kebijakan pengurangan angkutan over dimension over loading (ODOL). Selain itu, harga daging ayam ras dan telur ayam ras juga mengalami peningkatan seiring dengan permintaan yang meningkat,” jelasnya.

3. Bank Indonesia upayakan kendalikan inflasi

Ilustrasi pasar tradisional. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Peningkatan tekanan inflasi lebih lanjut pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau tertahan oleh deflasi pada beberapa komoditas. Bawang putih mengalami deflasi pasca kenaikan harga pada Januari-April 2025 karena realisasi impor bawang putih yang rendah pada triwulan I 2025 akibat keterlambatan penerbitan persetujuan impor. 

“Cabai merah juga kembali mengalami deflasi seiring dengan panen yang masih berlangsung di sejumlah sentra produksi, sehingga pasokan di pasar melimpah,” tutur Nita.

Selain itu, deflasi juga disumbang oleh Kelompok Transportasi dengan andil sebesar minum 0,03 persen (mtm). Penurunan tekanan inflasi terutama bersumber dari tarif kereta api seiring dengan pemberian diskon tiket kereta api kelas ekonomi sebesar 30 persen selama 2 bulan, yaitu Juni dan Juli 2025. Penurunan tekanan inflasi juga disebabkan oleh penurunan harga bensin non subsidi oleh PT Pertamina (persero) per 1 Juni 2025.

“Ke depan, untuk menjaga inflasi berada pada rentang sasaran, Bank Indonesia bersama dengan para pemangku kepentingan di daerah yang tergabung dalam Forum TPID Provinsi Jawa Tengah akan terus berkoordinasi dan bekerja sama melaksanakan berbagai program pengendalian inflasi. Program pengendalian inflasi tersebut ditujukan untuk menjaga kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi barang/komoditas di Jawa Tengah sehingga inflasi dapat terjaga di rentang sasaran 2,5±1 persen,” tandas Nita.

Editorial Team