Pekerja Rorokenes sedang menjahit tas untuk pembuatan tas kulit anyaman di ruang produksi yang berlokasi di Jalan Bukit Putri No 17, Ngesrep, Banyumanik, Kota Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)toningrum)
Membangun industri tas dengan konsep keberlanjutan dari hulu ke hilir itu sudah dilakukan Syanaz sejak tahun 2016. Mulai dari memanfaatkan kearifan lokal dan tidak merusak alam dalam menciptakan produk lokal berstandar global hingga memberikan manfaat bagi sesama serta menyejahterakan masyarakat.
‘’Mata rantai industri dari hulu ke hilir harus masuk dulu. Apakah sesuai dengan kebutuhan pasar atau tidak. Setelah sudah pas antara value dan market, lalu memanajemen industri dengan baik dan benar, kemudian saya arahkan ke sustainability,’’ ungkapnya saat ditemui IDN Times.
Bisnis keberlanjutan yang diterapkan UMKM mitra binaan Bank Indonesia Jawa Tengah ini tidak berhenti pada profit saja. Rorokenes telah memikirkan bahwa setelah mencapai profit harus ada dampak positif bagi lingkungan dan sosial. Maka itu, bisnis tas anyaman ini juga mengadopsi model ekonomi sirkular yang fokus pada Reduce, Reuse, Recycle, Refuse, Rethink, Recovery, Repair, Remanufacture, Refurbish, dan Recover.
‘’Apakah dari satu mata rantai ini ada nilai kebermanfaatan bagi keseluruhan yang terdiri atas planet, people, purpose dan profit. Planet itu apakah produk yang kami buat menambah beban bumi atau tidak. Apakah produk yang kami buat memanusiakan manusianya atau tidak. Apakah orang yang bekerja di Rorokenes hidupnya lebih baik dan bermanfaat. Jadi, tidak hanya owner-nya saja yang untung,’’ jelas ibu dua anak ini.
Demi kebermanfaatan bagi lingkungan, dalam memproduksi tas, 85 persen bahan baku yang digunakan Rorokenes berasal dari lokal. Syanaz terjun langsung saat memilih pemasok bahan baku kulit. Adapun syaratnya, pemasok bahan kulit wajib memiliki ISO, ber-SNI, dan melakukan manajemen limbah yang baik. Selain itu, dalam proses produksi diupayakan meminimalkan limbah. Saat ini total limbah produksi yang dihasilkan dari Rorokenes hanya 3 persen. Limbah produksi yang masih bisa dimanfaatkan diubah menjadi produk lain seperti gantungan kunci.
Terkait produk, Rorokenes memproduksi berbagai jenis tas anyaman kulit dan tenun untuk dijual seperti tas jinjing, bucket bag, hobo bag, clutch bag, hingga totebag dengan bermacam motif anyaman antara lain, anyaman tikar, anyaman gedhek, anyaman sulur, dan anyaman tetris. Mayoritas konsumen tas Rorokenes adalah perempuan dari berbagai usia muda hingga lansia.
Mereka berasal tidak hanya dari dalam negeri, tapi juga luar negeri seperti Malaysia, Hongkong, Taiwan, Singapura, Jepang, Qatar, Australia, hingga Selandia Baru. Produk Rorokenes pun pernah menjadi souvenir resmi dalam acara G20 di Bali, beberapa waktu lalu.
‘’Keunggulan dari produk kami adalah simple, chic, elegan dan timeless. Sehingga, sangat mudah dipadupadankan saat berbusana dalam berbagai kesempatan. Selain itu, kami jamin kualitas durability-nya, jadi awet dan nggak gampang rusak. Sebab, konsep kami tidak ingin menambah beban bumi jadi lebih banyak, karena kalau tas rusak nggak kepakai dibuang kan jadi sampah yang sulit didaur ulang. Kami pun memberikan after sales service for free kepada pelanggan selama tiga tahun,’’ jelas istri dari Adi Nugroho itu.